Liyanda Choirani (200904127)
Angel Sisilia Pane (200904025)
Dosen : Drs. Syahfruddin Pohan, M.Si, Ph.D
Revolusi Industri 4.0 telah membawa perubahan besar dalam dunia teknologi dan ekonomi. Kemajuan dalam bidang digitalisasi, otomatisasi, dan kecerdasan buatan telah membuka pintu bagi efisiensi yang luar biasa dalam produksi dan komunikasi. Namun, di balik janji kemajuan ini, terdapat ancaman serius yang tidak boleh diabaikan: meluasnya kesenjangan sosial.
Revolusi Industri 4.0 menciptakan kesenjangan sosial yang semakin lebar dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendapatan, akses terhadap pendidikan dan kesempatan kerja, serta kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Salah satu alasan utama di balik fenomena ini adalah pergeseran besar dalam jenis pekerjaan yang tersedia.
“Hilangnya pekerjaan-pekerjaan lama disertai dengan meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja ahli yang tidak serta merta dapat dipenuhi oleh banyak masyarakat,” kata Robertus Robert saat menjadi narasumber pada the 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 yang mengangkat tema “Culture and Civilization: Humanity at the crossroad” secara daring, (21/10).
Dalam uraian Klaus Schwab, lanjut Robert, disebutkan bahwa pengambil keuntungan terbesar dari revolusi indutri keempat adalah para pemodal, industriawan penyedia tenaga intelektual atau modal psikis: para inovator, para penemu, dan shareholder-nya. Kondisi ini menegaskan adanya kesenjangan antara para pekerja dengan para inovator dan para pemilik kapital. Meluasnya ketaksetaraan sosial merupakan ancaman terbesar dari revolusi industri keempat.
“Uraian Schwab ini membawa kita kembali berhadapan dengan persoalan lama, bahwa di dalam
sains dan teknologi, masyarakat kita mengalami progres, tapi progresivitas itu mengambil tempat
dalam tatanan yang timpang,” kata Robert. Otomatisasi dan kecerdasan buatan menggantikan pekerjaan rutin yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, dan ini mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan tradisional. Orang-orang dengan keterampilan yang tidak relevan dalam era digital ini akan terpinggirkan secara ekonomi.
Di sisi lain, revolusi teknologi ini memberikan keuntungan besar bagi mereka yang memiliki akses dan pengetahuan yang memadai. Kesenjangan digital, yang mengacu pada kesenjangan dalam akses dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, semakin memperdalam kesenjangan sosial. Masyarakat yang tidak mampu mengakses dan memahami teknologi ini akan tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, kesempatan kerja, dan akses ke informasi yang penting.
Selain itu, kesenjangan sosial juga tercermin dalam kesenjangan pendapatan yang semakin lebar. Peningkatan produktivitas yang dihasilkan oleh otomatisasi dan digitalisasi memang menghasilkan pertumbuhan ekonomi, tetapi manfaatnya tidak didistribusikan secara merata. Sektor tertentu, seperti industri teknologi, mungkin mengalami pertumbuhan yang pesat, tetapi tidak semua orang dapat memperoleh manfaat dari pertumbuhan tersebut. Beberapa orang kaya semakin kaya, sementara sebagian besar masyarakat terjebak dalam kemiskinan atau penghasilan yang stagnan.
Ancaman terbesar dari meluasnya kesenjangan sosial adalah ketidakstabilan sosial yang dapat memicu revolusi atau kerusuhan. Ketika kesenjangan sosial semakin tajam, ketidakpuasan dan ketidakadilan sosial meningkat. Ketegangan antara kelas sosial dapat meningkat, dan masyarakat yang merasa terpinggirkan dan tidak diakui dapat menjadi sumber ketidakstabilan. Ketidaksetaraan yang luas dapat memicu pergeseran politik, protes massa, dan bahkan konflik sosial yang lebih besar.
Untuk mengatasi ancaman meluasnya kesenjangan sosial dalam era Revolusi Industri 4.0, tindakan segera diperlukan. Pertama, penting untuk memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang adil ke pendidikan yang berkualitas tinggi dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan dunia digital. Ini akan membantu mempersiapkan individu untuk pekerjaan masa depan dan mengurangi kesenjangan keterampilan.
Pemerintah harus melibatkan diri dalam upaya ini dengan mendukung program-program pendidikan yang mencakup literasi digital dan pengembangan keterampilan teknologi. Selain itu, investasi yang signifikan dalam infrastruktur digital dan akses internet yang terjangkau di seluruh wilayah juga diperlukan untuk mengatasi kesenjangan akses teknologi.
Selain itu, pemerintah dan lembaga terkait harus memainkan peran aktif dalam memastikan bahwa manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh Revolusi Industri 4.0 didistribusikan secara adil. Kebijakan yang mendorong inklusi digital, perlindungan sosial yang memadai, dan kebijakan redistribusi yang bijaksana dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial.
Dalam menghadapi revolusi teknologi ini, tanggung jawab juga ada pada sektor swasta. Perusahaan-perusahaan teknologi dan industri harus berupaya menciptakan kesempatan kerja yang berkelanjutan, memberikan pelatihan keterampilan kepada karyawan, dan memastikan keberlanjutan sosial dalam proses transformasi industri.
Selain itu, kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan lembaga pendidikan juga penting. Program kemitraan publik-swasta dapat didirikan untuk mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan memastikan kesesuaian antara pendidikan dan dunia kerja.
Dalam kesimpulannya, meluasnya kesenjangan sosial adalah ancaman terbesar yang dihadapi oleh Revolusi Industri 4.0. Untuk mencegah dampak negatif yang luas, langkah-langkah harus diambil untuk mengurangi kesenjangan keterampilan, kesenjangan akses terhadap teknologi, dan kesenjangan pendapatan. Dalam upaya mencapai keadilan sosial dan stabilitas, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas sangat diperlukan. Hanya dengan tindakan kolektif ini kita dapat memastikan bahwa potensi Revolusi Industri 4.0 dapat diwujudkan secara inklusif dan berkelanjutan bagi semua anggota masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H