Pada tahun 2018, ketika saya sedang menjelajah di Twitter; saya menemukan satu film dalam negeri yang menarik perhatian saya yaitu Wiro Sableng, Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Seorang pemuda, murid dari pendekar misterius bernama Sinto Gendeng mendapat titah dari gurunya untuk memburu Mahesa Birawa, mantan murid Sinto Gendeng yang berkhianat.Â
Mengapa saya tertarik dengan film laga ini? Pasti yang lahir di tahun 90an, akan merasakan hal yang sama. Ketika jagoan andalannya kembali dan dikemas secara kekinian serta dibintangi oleh aktor tampan yang saya kagumi juga yaitu Vino G Bastian.Â
Tanpa menunggu lama, saya pun kembali menonton film dalam negeri dan saya kaget, benar-benar tak menyangka bahwa saya hanya fokus kepada pemeran utama pria dan ternyata pemeran wanitanya ada sosok yang saya tonton semasa kecil yaitu Sherina. Wah, di bangku bioskop, saya langsung terharu.Â
Nostalgia masa kecil bersama teman-teman langsung menghinggapi hati dan dari film ini saya semakin menguatkan tekad untuk terus merekomendasikan film dalam negeri kepada banyak orang. Film Wiro Sableng ini juga menjadi cerita yang saya suka karena pengambilan latarnya yang membuat kita kembali kepada kenangan masa lalu yang indah, alur cerita yang seru serta membuka tawa, dan editingnya pun cukup mengesankan!
Pada bulan berikutnya, muncullah kembali film dalam negeri yang sangat berhasil membuat saya ngiler yaitu Aruna dan Lidahnya. Saya mengajak teman saya untuk menonton dalam gala premiere dan kami berkesempatan bertemu dengan sang pangeran Ada Apa Dengan Cinta yaitu Nicholas Saputra.Â
Wah, perasaan saya campur aduk; antara senang ketemu aktor tampan lagi dan senang bisa membawa teman saya lebih dekat dengan pemain yang akan ditontonnya langsung di layar lebar.Â
Oke, kembali ke topik, hehe. Film Aruna dan Lidahnya adaptasi dari novel terlaris tentang seorang wanita bernama Aruna yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo yang bekerja sebagai ahli wabah serta seorang pencinta makanan juga yang ditugasi oleh perusahaannya untuk menyelidiki kasus flu burung di beberapa tempat di Indonesia yaitu Surabaya, Pamekasan (Jawa Timur), Pontianak, dan Singkawang (Kalimantan Barat) untuk melakukan penyelidikan kasus flu burung yang hanya dilakukan Aruna sekaligus juga berwisata kuliner bersama teman-temannya.Â
Bagi para food blogger yang sedang happening saat film itu tayang dan sampai sekarang, sangat menyukai alur cerita dan pengambilan latar suasana film ini.Â
Oleh karena Aruna dan Lidahnya, saya dan penonton dibuat lapar sambil berkeliling ke berbagai daerah di di Indonesia untuk mencicipi cerita dalam filmnya. Benar-benar, pengalaman menonton yang tak akan terlupakan di sejarah perfilman Indonesia. Â
Oiya, saat itu juga beberapa bioskop menyediakan makanan eksklusif Aruna dan Lidahnya untuk bisa disantap ketika film berlangsung. Keren, kan?
Sebegitu hebat dan kreatifnya pelaku industri film untuk mengemas cerita otentik dalam negeri untuk disajikan dalam layar lebar. Jujur, saya sebagai anak muda akan semakin bangga dengan kemunculan film-film yang berkualitas seperti ini. Dan di bulan Agustus 2019 ini, saya sedang menunggu 2 film yang diperankan oleh aktor-aktor tampan juga.Â