Waktu itu saya senang sekali karena sebuah majalah remaja memuat cerpen seunik itu, sangat membuka mata bagi penikmat-penikmat cerpen pemula berusia remaja.
Bisa dilihat di sini bahwa ternyata ada alternatif ending cerpen yang menarik selain plot twist, yaitu element of surprise tadi. Sayang sekali saya tidak ingat siapa nama penulisnya karena sudah lama sekali. Jika Kompasianer tahu penulisnya, silakan menulisnya di kolom komentar, ya.
2. Penokohan
Penokohan adalah gambaran atau watak dari para tokoh dalam cerpen. Watak seorang tokoh dapat ditunjukkan melalui dialog, monolog, deskripsi gamblang dari penulis, dan lain sebagainya.
Tidak masalah untuk tidak menjelaskan sepenuhnya watak tokoh di awal cerpen. Me-reveal-nya pelan-pelan (secara tersirat) seiring dengan berjalannya alur juga menyenangkan!
Misalnya, tokoh utama cerpen Kompasianer yang selalu digambarkan manis dan baik hati dari awal hingga pertengahan alur, ternyata sadis karena ia seorang psikopat, dan hal tersebut baru “dibuka” di akhir kisah.
3. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah bagaimana penulis menempatkan diri dalam kisahnya (apakah sebagai bagian dari kisahnya atau bukan). Sudut pandang terbagi menjadi sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
a. Sudut Pandang Orang Pertama
Jika menggunakan sudut pandang ini, maka seluruh kejadian dalam cerpen adalah pengalaman atau buah penglihatan tokoh “aku” semata. Jangan menambahkan informasi-informasi yang tidak dilihat atau dialami si “aku”.
Meski dilihat dari sudut pandang “aku”, namun Kompasianer tidak perlu selalu memperkenalkan di awal siapa tokoh “aku” ini. Agar cerpen lebih menarik dan variatif, tipsnya, jangan pernah berpikir bahwa cerpen yang menggunakan sudut pandang ini harus selalu dimulai dengan, “Hai namaku… dan aku adalah seorang siswi SMP di sekolah… Aku tinggal bersama keluargaku… (dan seterusnya)”.