Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film | Underwater (2020)

16 Januari 2020   10:10 Diperbarui: 16 Januari 2020   10:13 3791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun jika ada alasan lain, bisa jadi Wonderland adalah representasi latar tempat film ini, yaitu dasar laut, mengingat kedua tempat tersebut sama-sama menyimpan misteri dan tidak bisa ditebak. Puisi nonsense Jabberwocky yang legendaris dalam novel tersebut yang menggambarkan keberadaan makhluk/ monster menyeramkan yang keberadaannya belum dapat dibuktikan selama ini juga berkolerasi dengan makhluk laut dalam film ini, yang hendak saya bahas di sini.

Saya melihat adanya gap yang sangat jauh antara karakter Paul dan karakter tokoh-tokoh lainnya. Paul memiliki karakter yang sangat popped up, bahkan mengemban referensi dari novel yang terbit ratusan tahun lalu, sementara karakter lainnya biasa saja. Terkadang, dalam dialog-dialog tertentu tokoh-tokoh lain menjelaskan tentang keluarga atau anjing mereka, namun semua informasi tokoh-tokoh tersebut menjadi sangat "dangkal" jika dibandingkan dengan karakter Paul. 

Padahal, saya berharap meski tokoh-tokoh lain tidak menampilkan referensi-referensi sastra lama, setidaknya ada perbedaan karakter yang jelas dan mudah diidentifikasi di awal (misalnya karakter 1: pemarah, karakter 2: penakut, karakter 3: banyak bicara, dan seterusnya), akan lebih bagus lagi jika nanti ternyata sebagian dari karakter tersebut ternyata palsu dan menunjang unsur twisty dalam plot, seperti halnya film-film survival kebanyakan.  Namun, karena film ini tidak seperti itu, jadi, Kompasianer penikmat berat film survival tidak dapat berharap banyak terkait unsur keberagaman karakter.

mv5bzmfhoda4zdytmwvkmi00ntfilthhndetnmewmzaznzq4odrhxkeyxkfqcgdeqxvymzywmzixntkat-v1-5e1f6206097f364dec587173.jpg
mv5bzmfhoda4zdytmwvkmi00ntfilthhndetnmewmzaznzq4odrhxkeyxkfqcgdeqxvymzywmzixntkat-v1-5e1f6206097f364dec587173.jpg
Seperti halnya film survival lainnya, film ini juga memiliki "unsur ancaman" yang menguji para tokoh yang berjuang untuk bertahan hidup. "Unsur ancaman" dalam Underwater, selain tentunya tekanan air laut, adalah makhluk laut dalam (yang clue-nya sudah bisa kita lihat dalam trailer). Sebelum benar-benar melihat sosok-sosok ini secara utuh, saya sempat berharap sosok makhluk laut ini tidak perlu ditampilkan hingga akhir film (seperti halnya Bird Box (2018) yang dapat Kompasianer baca review-nya di sini), agar film memiliki sisi misterius (yang mendukung sifat laut dalam yang juga masih misterius hingga kini). 

Namun, di luar dugaan, ketika melihat sosok-sosok makhluk laut dalam film ini, saya pribadi sangat menyukai desain tokoh makhluk-makhluk tersebut. Menurut saya desain makhluk-makhluk ini sangat disturbing (dalam arti positif), serta membuat saya ingin terus membayangkannya. Sayangnya, saya merasa sisi disturbing yang sangat potensial dari makhluk-makhluk ini kurang dieksekusi dengan baik di dalam film. Saya mengharapkan visual yang jauh lebih "sadis" dan "sakit" yang melibatkan makhluk-makhluk ini agar penonton mendapatkan kadar haunting yang lebih tinggi.

Pada bagian akhir film, ada adegan yang seolah mengajak penonton untuk mengintepretasi sendiri hal apa yang terjadi berikutnya, namun sebenarnya... tidak ada yang perlu diinterpreasi karena semuanya sudah jelas. Jadi, saya pribadi merasa adegan yang ditujukan untuk memberi kesan open-ending tersebut sangat sia-sia.

Dapat disimpulkan, secara keseluruhan saya merasa film ini memiliki banyak hal yang "nanggung", yaitu plot yang lurus-lurus saja, karakter para tokoh yang cenderung homogen, visualisasi yang kurang "sadis", dan adegan seolah open-ending yang tidak berguna. Namun, film ini menampilkan desain tokoh (makhluk-makhluk laut) yang jenius, dan referensi Alice's Adventure in Wonderland yang lebih dari satu (membuktikan bahwa siapapun yang datang dengan ide itu benar-benar memahami literasi klasik tersebut). Secara umum,film ini cukup menarik untuk ditonton, namun Kompasianer pecinta film-film sejenis mungkin harus sedikit maklum dengan sisi-sisi "nanggung" di sana- sini. Semoga review ini bermanfaat. Terima kasih sudah membaca!

Keterangan Film 

  • Genre: action, drama, horror, mystery, sci-fi, thriller
  • Sutradara: William Eubank
  • Penulis: Brian Duffield dan Adam Cozad
  • Pemain: Kristen Stewart, Vincent Cassel, Jessica Henwick, John Gallagher Jr., Mamoudou Athie dan T.J. Miller
  • Musik: Marco Beltrami dan  Brandon Roberts
  • Sinematografer: Bojan Bazelli
  • Editor: Brian Berdan, William Hoy, Todd E. Miller
  • Perusahaan Produksi: Chernin Entertainment
  • Distributor: 20th Century Fox Film Corporation

Review Film Lainnya

Artikel Edukatif Seputar Fiksi dan Bahasa

Fiksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun