Namun jika ada alasan lain, bisa jadi Wonderland adalah representasi latar tempat film ini, yaitu dasar laut, mengingat kedua tempat tersebut sama-sama menyimpan misteri dan tidak bisa ditebak. Puisi nonsense Jabberwocky yang legendaris dalam novel tersebut yang menggambarkan keberadaan makhluk/ monster menyeramkan yang keberadaannya belum dapat dibuktikan selama ini juga berkolerasi dengan makhluk laut dalam film ini, yang hendak saya bahas di sini.
Saya melihat adanya gap yang sangat jauh antara karakter Paul dan karakter tokoh-tokoh lainnya. Paul memiliki karakter yang sangat popped up, bahkan mengemban referensi dari novel yang terbit ratusan tahun lalu, sementara karakter lainnya biasa saja. Terkadang, dalam dialog-dialog tertentu tokoh-tokoh lain menjelaskan tentang keluarga atau anjing mereka, namun semua informasi tokoh-tokoh tersebut menjadi sangat "dangkal" jika dibandingkan dengan karakter Paul.Â
Padahal, saya berharap meski tokoh-tokoh lain tidak menampilkan referensi-referensi sastra lama, setidaknya ada perbedaan karakter yang jelas dan mudah diidentifikasi di awal (misalnya karakter 1: pemarah, karakter 2: penakut, karakter 3: banyak bicara, dan seterusnya), akan lebih bagus lagi jika nanti ternyata sebagian dari karakter tersebut ternyata palsu dan menunjang unsur twisty dalam plot, seperti halnya film-film survival kebanyakan.  Namun, karena film ini tidak seperti itu, jadi, Kompasianer penikmat berat film survival tidak dapat berharap banyak terkait unsur keberagaman karakter.
Namun, di luar dugaan, ketika melihat sosok-sosok makhluk laut dalam film ini, saya pribadi sangat menyukai desain tokoh makhluk-makhluk tersebut. Menurut saya desain makhluk-makhluk ini sangat disturbing (dalam arti positif), serta membuat saya ingin terus membayangkannya. Sayangnya, saya merasa sisi disturbing yang sangat potensial dari makhluk-makhluk ini kurang dieksekusi dengan baik di dalam film. Saya mengharapkan visual yang jauh lebih "sadis" dan "sakit" yang melibatkan makhluk-makhluk ini agar penonton mendapatkan kadar haunting yang lebih tinggi.
Pada bagian akhir film, ada adegan yang seolah mengajak penonton untuk mengintepretasi sendiri hal apa yang terjadi berikutnya, namun sebenarnya... tidak ada yang perlu diinterpreasi karena semuanya sudah jelas. Jadi, saya pribadi merasa adegan yang ditujukan untuk memberi kesan open-ending tersebut sangat sia-sia.
Dapat disimpulkan, secara keseluruhan saya merasa film ini memiliki banyak hal yang "nanggung", yaitu plot yang lurus-lurus saja, karakter para tokoh yang cenderung homogen, visualisasi yang kurang "sadis", dan adegan seolah open-ending yang tidak berguna. Namun, film ini menampilkan desain tokoh (makhluk-makhluk laut) yang jenius, dan referensi Alice's Adventure in Wonderland yang lebih dari satu (membuktikan bahwa siapapun yang datang dengan ide itu benar-benar memahami literasi klasik tersebut). Secara umum,film ini cukup menarik untuk ditonton, namun Kompasianer pecinta film-film sejenis mungkin harus sedikit maklum dengan sisi-sisi "nanggung" di sana- sini. Semoga review ini bermanfaat. Terima kasih sudah membaca!
Keterangan FilmÂ
- Genre:Â action, drama, horror, mystery, sci-fi, thriller
- Sutradara: William Eubank
- Penulis: Brian Duffield dan Adam Cozad
- Pemain: Kristen Stewart, Vincent Cassel, Jessica Henwick, John Gallagher Jr., Mamoudou Athie dan T.J. Miller
- Musik: Marco Beltrami dan  Brandon Roberts
- Sinematografer: Bojan Bazelli
- Editor: Brian Berdan, William Hoy, Todd E. Miller
- Perusahaan Produksi: Chernin Entertainment
- Distributor: 20th Century Fox Film Corporation
Review Film Lainnya
- Film-Film Plot Twist yang Berlatar di Satu Tempat
- Film-Film Plot Twist
- Film-Film Mind BendingÂ
- Film-Film Dark Beauty
- Film-Film Time Travelling
Artikel Edukatif Seputar Fiksi dan Bahasa
- Time Travelling Dalam Karya Fiksi
- Unreliable Narrator Dalam Karya Fiksi
- Kapanpun Atau Kapan Pun?
- Pedoman Menulis Fiksi Surealis
Fiksi