Dalam kalimat-kalimat tersebut, beliau sedang menggambarkan kondisi fisik menyedihkan tokoh utama (yang sedang disaksikan oleh si tokoh utama sendiri) sebagai mayat. Ketimbang menulis "mayatku terlihat menyedihkan", beliau menyampaikannya dengan mendeskripsikan keadaan fisik mayat tersebut menggunakan kata-kata yang unik seperti "mengisut" (bukan "mengkerut") dan "mencuat" (bukan "menonjol").
Untuk mempermudah Kompasianer menemukan kata-kata unik, salah satu caranya adalah dengan mencari padanan kata dari kata-kata yang hendak Kompasianer gunakan, seperti misalnya di persamaankata. Biar begitu, jangan lupa untuk tetap memastikan bahwa padanan kata yang dipilih benar-benar sesuai dengan konteks karya fiksi terkait dan gaya khas Kompasianer saat menulis.
4. Tata Bahasa yang Benar
Seabstrak dan seliar apapun karya tulis surealisme yang Kompasianer tulis, jangan lupa untuk tetap berpegang pada tata bahasa yang benar. Terkadang ada karya-karya yang sengaja dibuat untuk diinterpreasi sebebas-bebasnya oleh pembaca, sehingga karya-karya tersebut dibuat seabstrak mungkin. Permasalahannya adalah seringkali karya-karya tersebut tidak disusun dengan tata bahasa yang benar karena alasan free interpreted tersebut.
Padahal, para pembaca fiksi biasanya paham juga mengenai tata bahasa, sehingga mereka dapat membedakan dengan jelas mana karya yang memang berkualitas karena kontennya yang free interpreted, dan mana yang free interpreted-nya dipaksakan (dengan membolak-balik kata secara sembarangan). Jadi, bahkan ketika Kompasiner ingin dengan sengaja membolak-balik kata-kata untuk memberikan impresi tertentu pada pembaca, jangan lupa untuk tetap berpatok pada tata bahasa yang benar, ya!
Selain poin-poin di atas, tentunya jangan lupa untuk selalu membaca buku agar wawasan mengenai fiksi surealisme dan wawasan secara umum terus bertambah. Semoga artikel ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut maupun ide-ide artikel atau fiksi yang sebaiknya saya tulis berikutnya, silakan tuliskan komentar di kolom yang tersedia atau mengirim surel ke surrealiv@gmail.com.
Terima kasih sudah membaca!Â
-
Artikel-artikel edukatif lainnya seputar fiksi dan bahasa:
Time Travelling Dalam Karya Fiksi
Unreliable Narrator Dalam Karya Fiksi
"Kapanpun" atau "Kapan Pun"?
Fiksi:
Puisi | Ragu Memilih Untuk Tetap Bodoh
Cerpen | Puluhan Nyaris Dalam Kamarmu
Cerpen | Mengulang-ulang Sarapan