Sementara, pada tahun 2000-an, Kusama terlihat sedang ingin merambah gaya seni yang baru. Seri "Love Forever" beliau merupakan seri karya yang paling berbeda dibandingkan karya-karya lainnya.Â
Obyek-obyek dalam karya tersebut terlihat sangat liar namun lebih "menapak bumi" ketimbang karya-karya lainnya. Dalam seri "Love Forever" saya dapat melihat beberapa bentuk (misalnya wajah) yang digambar dengan sangat jelas dan tidak membutuhkan interpretasi (yang tidak membutuhkan interpretasi adalah bentuk-bentuk yang digambarnya, bukan keseluruhan lukisan).
Lalu, karya-karya terbaru Kusama terasa sangat matang dan kelihatannya beliau kembali pada gaya seni yang lebih rumit ketimbang yang sempat dilakukannya di tahun 1970-an.
Kini, ada lebih banyak pola dan warna yang beliau gunakan. Dari semua karya yang dipamerkan, yang paling saya sukai adalah kotak intip "I Want to Love on The Festival Night" (2017). Karya tersebut sangat cantik dan memberikan nuansa festive yang sangat kuat. Rasanya seperti berada di salah satu festival cantik di Jepang pada malam hari sambil memegang kembang api tangan.
Biarpun saya merasa senang melihat banyak orang yang tertarik untuk datang ke pameran Kusama, namun sungguh disayangkan masih banyak pengunjung yang mengira pameran ini hanyalah salah satu "obyek wisata" biasa, sehingga mereka dengan seenaknya menyentuh karya, menyandar pada karya, dan lain-lain. Padahal, setiap karya adalah wujud dari ide kreatif dan kerja keras Kusama yang masing-masing pembuatannya memakan waktu yang tidak sebentar.Â
Segala bentuk sentuhan berpotensi merusak karya atau mengubah kondisi karya. Untungnya, di dalam museum terdapat banyak staff yang selalu siaga mengingatkan pengunjung agar tidak menyentuh karya.
Biarpun begitu, perlu dimengerti juga bahwa alangkah lebih baik apabila muncul kesadaran diri dari pengunjung untuk mengapresiasi karya, sehingga tidak perlu "menunggu" untuk diingatkan oleh staff museum. Perlu diketahui bahwa tidak semua benda yang ada di semua tempat boleh disentuh sesuka hati demi kepentingan foto yang kelak diunggah ke sosial media. Karya seni bukanlah "benda properti foto".Â
Di dalam karya seni ada kerja keras seniman yang tertuang dalam karya yang harus diapresiasi. Berfoto dengan karya seni untuk diunggah ke sosial media sebenarnya sangat baik karena selain dapat disimpan sebagai kenang-kenangan, akan ada lebih banyak orang yang mengenal dan menikmati karya Kusama melalui sosial media. Namun, hal tersebut tentunya bisa dilakukan tanpa harus menyentuh karya.
Akhir kata, saya sangat menikmati pameran "Life is The Heart of A Rainbow" ini. Semoga artikel ini bermanfaat! Thanks for reading!
-
Postscript:
- Segala penjelasan terkait ukuran dan bahan karya bersumber dari buku panduan yang saya peroleh ketika memasuki area pameran. Sementara, deskripsi lain mengenai wujud karya merupakan hasil pengamatan pribadi.
- Saya tidak menjamin interpretasi saya terhadap karya-karya Kusama adalah benar, karena setiap orang memiliki interpretasi berbeda ketika menikmati karya seni.
- Semua foto yang ditampilkan dalam artikel ini hanya ditambahkan exposure-nya. Tidak ada pemberian tone yang berpotensi mengubah warna karya agar tidak mengubah impresi asli yang ingin disampaikan seniman.
- Semua foto yang ditampilkan merupakan dokumen pribadi dan dipotret oleh instagram.com/pernando09 dan saya.