Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Probabilitas Tak Terbatas dalam Film-film Plot "Twist"

1 April 2017   16:53 Diperbarui: 19 Mei 2017   16:47 5657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, Kompasianer!

Dalam artikel kali ini, saya akan me-review film-film menarik yang memiliki plot twist/ plot tidak terduga. Semua film yang akan saya review di sini masing-masing memiliki kejutan tersendiri. Berbeda dengan film-film plot twist pada umumnya, di sini saya hanya me-review film-film plot twist yang bersifat dua arah, yakni bukan hanya hiburan searah, melainkan memberikan peluang bagi penonton untuk terlibat dalam berteori sendiri mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Jadi, film-film berikut ini bukan cuma hadir sebagai hiburan mata di kala bosan, tetapi juga bisa jadi “permainan kecil” bagi para penonton.

Di sini, saya akan memberikan garis besar mengenai film, plot singkatnya, opini saya pribadi, dan trailer-trailernya sehingga Kompasianer bisa langsung menonton trailer masing-masing film.

Jadi, buat Kompasianer yang ingin mencoba pengalaman tenggelam dalam probabilitas tak terbatas hanya dengan menonton film, langsung dibaca saja ya review-nya!

Selamat membaca (dan bermain)!

1. American Psycho (2000)

source: www.wikipedia.com
source: www.wikipedia.com
Film pertama yang akan saya review ini umurnya sudah lebih dari satu dekade, biar begitu film ini menurut saya masih menjadi salah satu film yang wajib ditonton selama hidup dan tidak termakan waktu sama sekali. Oh ya, film ini juga sedikit banyak mengobati rasa kangen pada era-era menyenangkan tahun 1990 hingga awal 2000an, juga menjadi time capsule yang manis bagi penggemar Christian Bale, Willem Dafoe, dan Jared Leto.

Film bergenre psychological thriller ini merupakan adaptasi dari sebuah novel berjudul sama karya Bret Easton Ellis, yang terbit pada tahun 1991. Seperti film-film lain yang diangkat dari novel, film ini menyuguhkan detail-detail ciamik yang tertuang dalam plot dan dialog.


Di dalam film yang disutradarai oleh Mary Harron ini juga banyak terdapat komedi-komedi satir, yang sebenarnya wajar mengingat film ini berlatarbelakang kehidupan barat. Namun, komedi-komedi satir tersebut hadir sebagai bumbu menambah kesan “dark” yang sudah sangat kental sejak awal.

American Psycho merupakan jenis film yang sangat open-ending, sehingga memberikan peluang menyenangkan bagi penonton untuk menyusun sandiwara sendiri seluas-luasnya dalam pikiran. 

source: www.denofgeek.com
source: www.denofgeek.com
Film ini berpusat pada seorang laki-laki bernama Patrick Bateman (Christian Bale). Pada mulanya, kehidupannya digambarkan sangat normal dan sempurna. Ia memiliki semuanya!Namun, rupanya di balik semua itu Bateman memiliki sisi gelap yang tak terduga!



2. Sound of My Voice (2012)

source: www.imdb.com
source: www.imdb.com

Film yang satu ini merupakan karya indie. Seperti halnya film-film indie lainnya, film yang dibuat oleh Zal Batmanglij ini tidak memiliki ‘hollywood plot’ yang cenderung mudah ditebak. Menurut www.wikipedia.com, film ini bergenre psychological thriller, tetapi saya kurang setuju karena ada beberapa unsur lain seperti drama, time travel, dan okultisme. Namun jangan salah, film ini bukan film yang akan mendoktrin penonton untuk menjadi okult, melainkan menyuguhkan sisi-sisi yang berbeda serta masuk akal dari hal tersebut.

Naskah dalam film ini memliki kekuatan yang luar biasa. Bagaimana tidak, film ini mampu menggabungkan berbagai unsur, bahkan unsur-unsur yang sebenarnya berbeda 360 derajat tanpa cacat. Tentu saja, layaknya film indie yang berkualitas, film ini minim di budget dan kuat di plot. Sederhana namun memikat.


Seperti halnya American Psycho, film ini juga sangat open-ending. Rasanya seperti membaca buku serial “Pilih Sendiri Pertualanganmu” (yang sempat populer di akhir tahun 1970an hingga awal 2000an). Bedanya, serial “Pilih Sendiri Pertualanganmu” memiliki probabilitas yang terbatas. Sementara film ini sebaliknya. Tak heran film ini memenangkan sebuah penghargaan sebagai film terbaik di Strasbourg European Fantastic Film Festival. Bukan hanya itu, karena indie (dan underrated), tidak banyak penjelasan (explanation) mengenai makna ending mau pun teori yang tersebar di internet. Jadi… semoga berhasil! Hehe.

source: the-artifice.com
source: the-artifice.com
Film ini bercerita tentang sepasang kekasih, yaitu  Peter (Christopher Denham) dan Lorna (Nicole Vicius) yang memutuskan tergabung dalam sebuah kelompok okultisme yang dipimpin oleh Maggie (Brit Marling) , sambil diam-diam melakukan dokumentasi rahasia. Hal yang mereka dapatkan di sana rupanya jauh lebih mencengangkan dari apa yang mereka kira!

3. Parallels (2015)

source: www.wikipedia.com
source: www.wikipedia.com

Film yang satu menyorot obyek utama yang cukup unik. Film ini menjadikan sebuah bangunan sebagai “kendaraan” lintas dimensi. Namun, masalahnya para tokoh dalam film ini tidak dapat mengendalikan tujuan mereka. Itu lah peluang utama munculnya berbagai probabilitas dalam film ini. Peluang probabilitas masih terus ada bahkan hingga detik-detik terakhir film ini. Hingga artikel ini dibuat, ending film ini  masih menyisakan tanda tanya besar di otak saya.


Film yang berasal dari otak kreatif Christopher Leone tidak berisi banyak efek dan editing yang canggih meski judul dan genre-nya yang science fiction sangat identik dengan kedua hal tersebut. Film ini sangat kuat di plot dan ide. Terlalu menakjubkan!

source: systemmastery.files.wordpress.com
source: systemmastery.files.wordpress.com
Film ini berawal dari munculnya pesan suara tentang instruksi aneh dari ayah seorang pemuda bernama Ronan (Mark Hapka), padahal sudah dua tahun mereka tidak berkomunikasi. Melalui pesan suara tersebut, Ronan beserta adiknya dan seorang teman  (Jessica Rothe dan Eric Jungmann) menyelidiki maksud dari pesan tersebut. Penyelidikan tersebut membawa mereka pada pertualangan panjang yang menegangkan.

4. Triangle (2009)

source: www.wikipedia,com
source: www.wikipedia,com

Triangle adalah sebuah film indie karya  Christopher Smith. Film ini mengadopsi salah satu teori tentang waktu yang cukup populer, yaitu time loop (penjelasan mengenai time loop bisa dibaca di sini). Film lainnya yang juga mengadopsi teori tersebut adalah “Source Code” (2011).


Berbeda dengan time loop pada umumnya, film ini agak unik karena Smith seakan membuat sebuah “ramuan time loop” sehingga ada beberapa time loop yang teracik dengan sempurna. Sederhanya, ada time loop dalam time loop dalam film ini. Ide film ini cukup “fresh” bagi saya karena saya belum pernah melihat film lain yang seperti ini. Film ini juga merupakan kombinasi antara time travelling, filosofi dewa kuno, dan satu unsur lain yang tidak bisa disebutkan karena merupakan kejutan yang baru saya temukan setelah selesai menonton film ini (dan tambahan menonton salah satu video explanation di youtube hehe).

source: www.theguardian.com
source: www.theguardian.com

Film ini bercerita tentang Jess (Melissa George) yang mengira ia hanya sedang melakukan pelayaran biasa dengan teman-temannya (Jack Taylor, Michael Dorman, Henry Nixon, Liam Hemsworth dan lain-lain). Setidaknya, itu yang dikira Jess pada awalnya!

5. Paradox (2016)

source: www.imdb.com
source: www.imdb.com
Film terakhir yang saya review dalam artikel ini adalah Paradox! Lagi-lagi film indie. Film indie memang memiliki daya pikat tersendiri, kebanyakan tidak melulu terpatok pada plot yang itu-itu saja.

Film ini bisa jadi ‘starter kit’ yang baik bagi Kompasianer yang selama ini belum pernah menonton film-film khas plot twist atau plot twist pada level open-ending. Paradox tidak open ending, karenanya tidak memberikan celah sedikit pun bagi penonton untuk berteori di akhir film. Namun, film ini memberikan kesempatan bagi penonton untuk berteori seluas-luasnya selama film belum mencapai akhir karena posibilitas tak terbatasnya justru berada di tengah-tengah. Selain itu, film ini juga mengandung teori paradoks waktu yang paling dasar, sehingga dapat menjadi semacam edukasi bagi penonton film jenis ini yang pemula, sebelum menonton film-film time travel lainnya yang lebih kompleks seperti beberapa judul yang telah saya sebutkan di atas, atau yang ada dalam artikel yang  ini (penjelasan mengenai paradoks waktu bisa dibaca di sini).


Seperti halnya film-film bergenre science-fiction seputar time travel, film yang disutradarai Michael Hurst ini bercerita tentang sekumpulan ilmuwan muda (Zoë Bell, Malik Yoba, Adam Huss dan lain-lain) yang meneliti mengenai mesin waktu, namun berujung petaka.

source: www.imdb.com
source: www.imdb.com
Awal-awal menonton film ini, rasanya memang agak “lucu” karena film science fiction yang seharusnya “wow” dengan teknologi canggih dan CGI di sana-sini, justru tampak “murah” karena teknologi yang biasa saja. Namun kekurangan tersebut terbayar lunas dengan plot yang tak terduga! Saya rasa dunia perlu lebih banyak “film-film starter kit” seperti yang satu ini!

Demikian review film-film plot twist kali ini. Semoga dapat menjadi hiburan dan rekomendasi film untuk ditonton selanjutnya oleh Kompasianer! Sampai berjumpa di review film selanjutnya, ya!

Thanks for reading!

-

Review film-film lain:

1. Film-Film Time Travelling

2. Film-Film Mind Bending

3. Film-Film Dark Beauty

-

FIksi:

1. Lelaki Berambut Ombak

2. Jika Saja Lupa Menghilangkan Angkasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun