Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

[Bulan Kemerdekaan RTC] Bincang Tentang Negeri Saya Setelah Umur Sepatunya Seabad

17 Agustus 2016   18:09 Diperbarui: 17 Agustus 2016   22:54 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: www.pinterest.com | Modern abstract painting by Maria Farias

Hei, mengapa mulut mereka diplester? Apakah mereka dilarang bicara? Sepertinya ada yang salah, kita jangan turun ke sana dulu. Mencoba menjelajah waktu? Boleh. Biar kita lihat apa yang terjadi di sini 29 tahun ke depan.

...

...

Hei. Saya tidak bisa melihat dengan jelas ke bawah. Sepertinya perjalanan tadi mengaburkan mata saya sedikit, selain itu saya juga sedikit pusing. Mari kita langsung turun saja dan melihat.

Waktu, mengapa mulut orang-orang di sini juga diplester? Benarkah kita sudah melewati 29 tahun? Jadi, Waktu. Kamu bilang kamu bisa memulihkan keadaan apa pun. Lantas mengapa mereka masih belum bisa bicara? Mengapa?

“Eh tunggu, mengapa membawa plester? Saya cuma mau bilang.. mmph...”

“Seben... mmmph.... sebentar!”

“Mengapa.. mmph... mengapa? Mengap

 

***

PS:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun