Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[KC] Boleh Cicip Nektarmu?

3 Oktober 2015   16:54 Diperbarui: 15 Desember 2015   00:42 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Livia Halim, No. 135

 

-1-

-Si Biru Rapuh-

Saya mencintainya lebih dari apapun. Setangkai mawar yang tumbuh di taman kota. Warnanya merah merona, membuat setiap manusia yang melihatnya terkesiap. Ya, dia memang sangat cantik. Jangankan manusia, kupu- kupu seperti saya saja tertarik padanya!

Kelak, saya ingin mendekatinya dan mengatakan cinta. Namun, saya urungkan niat untuk melakukannya saat ini karena tampaknya ia masih bercengkrama dengan kupu- kupu lain, yang lebih besar, dan lebih indah dari saya.

 

-Kimi-

Hari ini ketika sedang berkunjung ke taman kota untuk sekedar mencari udara segar, saya melihat Alfa dan Micah, teman- teman sekelas saya. Mereka tampaknya sedang terlibat dalam suatu pembicaraan yang santai. Saya pun memutuskan untuk bergabung dan berbasa- basi. Saya baru saja hendak menyapa mereka sebelum rupanya Alfa menyapa saya duluan.

“Hei, Kimi! Kemari!” panggil Alfa sambil melambai- lambaikan tangannya.

Saya pun berjalan menuju ke tempat di mana mereka duduk- duduk, kemudian ikut duduk juga.

“Hei!” sapa saya berbasa- basi.

“Kimi, kamu sahabat Nila, kan? Apakah kamu tahu benda apa yang cocok diberikan sebagai hadiah untuk mengatakan cinta kepada Nila?” tanya Alfa.

Nila adalah sahabat saya, kami sudah bersahabat sejak kami kecil. Dari dulu saya tahu Nila suka sekali bunga, terutama mawar. Akhir- akhir ini Nila memang sering bercerita bahwa Alfa mendekatinya. Saya ikut senang mendengarnya.

Lalu saya memberi tahu Alfa bahwa Nila suka mawar. Alfa tersenyum lebar sambil berterima kasih. Saya tidak sabar menceritakan ini kepada Nila, ia pasti akan senang bukan main!

***

 

-2-

-Si Biru Rapuh-

Hari ini saya masih memperhatikan mawar cantik itu. Saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk menghampirinya hari ini! Harus hari ini! Saya memutuskan untuk menunggu beberapa jam lagi ketika saya sudah benar- benar berani. Mungkin dialog kami akan saya mulai dengan, “boleh cicip nektarmu?”. Ah, ternyata memang sulit sekali memberanikan diri untuk mengatakan cinta.

Namun, tiba- tiba terjadi hal yang mengejutkan saya.

KRAKK!

Mawar cantik itu dipetik! Astaga! Jahat sekali orang yang memetiknya!

Mawar cantik itu memang masih tetap cantik, namun saya tahu ia sudah mati. Astaga!

 

-Kimi-

Hari ini saya kembali berada di taman kota seperti kemarin. Nila minta ditemani pergi ke taman kota untuk bertemu dengan Alfa. Katanya, Alfa mengajaknya bertemu di sini.

Maka, di sini lah saya saat ini, bersembunyi di balik pohon, “menonton” Alfa yang sedang mengatakan cinta kepada Nila di kursi taman.

Saya melihat Alfa menyerahkan setangkai mawar yang tampak sangat cantik dan segar kepada Nila, sambil mengucapkan kata- kata yang tidak bisa saya dengar dari jarak sejauh ini. Nila tampak tersenyum, kemudian mengangguk. Saya merasa sangat lega. Ah, syukurlah semuanya berjalan dengan lancar. Saya ikut senang karena kini sahabat saya punya seorang kekasih.

 

-Si Biru Rapuh-

Ini sangat tidak adil!

Mengapa manusia- manusia itu bahagia, tapi mawar cantik itu harus jadi korbannya?

Mengapa? Mengapa?! Jahat sekali mereka!

***

               

-3-

-Kimi-

Hari ini ketika saya sedang berjalan pulang ke rumah, saya melihat Alfa dan teman- temannya sedang nongkrong di restoran dekat rumah saya. Mereka duduk di kursi yang berada di bagian luar restoran, sehingga saya dapat melihat mereka. Ah, kebetulan sekali, saya ingin bertanya bagaimana hubungan Alfa dengan Nila, sahabat saya. Pasti mereka sedang sangat berbunga- bunga karena baru kemarin mereka menjadi sepasang kekasih.

Saya pun mulai melangkahkan kaki mendekat ke arah mereka. Tapi saya memutuskan untuk berhenti ketika mendengar dialog mereka.

“Lihat, kan? Saya yang menang hahaha. Sudah saya bilang saya pasti menang kalau cuma soal mengatakan cinta pada gadis lugu seperti Nila”, ujar Alfa dengan puas.

“Sial!”

Kemudian teman- teman Alfa menyerahkan beberapa lembar uang 50 ribuan kepada Alfa yang masih tersenyum puas.

***

 

 

 

 

Masih bisa cicip nektarmu?

 

Bandung, 3 Oktober 2015, Livia Halim

 -

Sumber ilustrasi: www.markryden.com

Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community, klik di sini

Silakan bergabung di group FB Fiksiana Community di sini

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun