Tujuh Dosa yang mematikan atau lebih dikenal dengan dalam bahasa Inggris "Seven Deadly Sins" adalah dosa-dosa yang mengakibatkan dosa-dosa lain dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya. Dosa-dosa yang mematikan ini dihubungkan dengan kebiasaan buruk yang digolongkan menurut kebaikan (Virtues) yang adalah lawannya. Kebiasaan buruk merupakan lawan dari keutamaan atau kebaikan, diakibatkan oleh kebiasaan yang melenceng dari kebaikan, kebiasaan yang mengaburkan suara hati dan membuat seseorang cenderung melakukan hal buruk.Â
Kesombongan (Pride)
Kesombongan adalah dosa utama dan dosa yang paling dibenci Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang yang sombong (Q.S. An-Nahl ayat 22-23). Kesombongan adalah hasrat berlebihan disaat manusia menilai dirinya terlalu tinggi, dalam tahap manusia menjadikan dirinya sendiri "Tuhan" karena penolakan untuk menundukkan akal budi dan keinginannya pada Tuhan.Â
Kesombongan hanya akan membawa kita pada kehancuran. Kita harus belajar dari kisah Iblis. Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman,"Apakah yang menghalangimu sehingga kamu tidak bersujud kepada Adam ketika aku menyuruhmu?" Iblis menjawab, "Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah Swt berfirman, "Maka turunlah kamu dari surga, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina." (Q.S. Al-Araf ayat 12-13).
Iblis yang diturunkan dari surga itu merupakan Azazil Panglima besar malaikat (gelar untuk Iblis), dalam kitab karangan Al-Gahazali menyebutkan bahwa Iblis itu sesungguhnya pada langit pertama disebut Al-Abid (ahli ibadah). Pada langit kedua disebut Az-Zahid. Pada langit ketiga disebut Al-Arif. Pada langit keempat disebut Al-Wali. Pada langit kelima disebut At-Taqi. Pada langit keenam disebut Al-Kazin. Pada langit ketujuh disebut Azazil yang dalam Lauhul Mahfudz namanya ialah Iblis yang selama 1000 tahun giat taat beribadah sujud tiada henti kepada Allah Swt, bahkan pernah menjadi Sayyidul Malaikat (Pemimpin malaikat), dan Khozinul Jannah (Penjaga pintu surga).Â
Ketamakan (Greed)
Tamak adalah sifat rakus terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram, penyakit hati yang sangat membahayakan kehidupan manusia. Tamak bisa menyebabkan timbulnya rasa dengki, permusuhan, hasut, perbuatan keji, dusta, curang, dan kemungkaran lainnya yang pada akhirnya bisa mengakibatkan manusia lupa kepada Allah Swt, kehidupan akhirat serta menjauhi kewajiban agama.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Al-Zubair tatkala di atas mimbar di Mekah dalam khutbahnya, beliau berkata; Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah bersabda, "Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah Swt menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat." (HR. Al-Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bagaimana tamaknya manusia terhadap dunia yang tidak mengenal rasa puas. Hadits ini juga, mengadung makna celaan bagi orang yang tamak terhadap harta dunia. Kecintaan terhadap harta dunia bisa membuat seseorang terlena dari perjalanan hidup yang abadi di akhirat. Semangat mengumpulkan harta bisa menjadi sebab lalai dari ketaatan kepada Allah Swt karena hati menjadi sibuk dengan dunia daripada akhirat.
Iri Hati (Envy)
Iri Hati adalah salah satu penyakit hati yang akan membuat seseorang tidak tenang dalam menjalani hidup karena terus merasa tersaingi oleh kebahagiaan orang lain. Penyakit hati ini dapat mengarahkan menusia melakukan perbuatan negatif dan cemburu dengan apa yang didapatkan atau dimiliki oleh orang lain karena dianggap hal tersebut lebih dari apa yang dimilikinya. Allah Swt telah melarang umatnya untuk iri kepada sesamanya dalam hal kemewahan, dan kenikmatan dunia yang hanya sesaat, karena segala yang Allah Swt berikan telah sesuai dengan usaha hambanya masing-masing.
Dalam sebuah ayat, Allah Swt berfirman: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah Swt kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Karena bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan pun ada sebagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah Swt sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. An-Nisa ayat 32) Dan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Jagalah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasad merusak kebaikan, sebagaimana api yang memakan kayu bakar." (HR. Abu Daud) Hasad adalah perbuatan yang dapat menghapus pahala kebaikan kita, itulah mengapa hasad disebut merusak kebaikan.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar (sedekah), dan seorang deberi Allah Swt ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya." (HR. Bukhari) Lalu, apabila kita merasa kagum dengan apa yang menjadi milik orang lain, hendaklah berdoa memohon keberkahan kepada Allah Swt agar terhindar dari rasa iri. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam hadits ini: "Apabila seseorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya, sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar." (HR. Abu Ya'la)
Kemarahan (Wrath)
Kemarahan adalah luapan emosi yang sangat dibenci Allah Swt dan Rasul-Nya. Marah merupakan bentuk emosi yang ada pada setiap manusia, marah bisa membuat seseorang berbuat kekerasan terutama bagi mereka yang tidak memiliki kontrol emosi yang baik. Nabi Muhammad Saw memberi perhatian besar terhadap masalah ini hingga beliau bersabda dalam satu hadits: "La Taghdob Walakal Jannah (Janganlah marah maka bagimu surga)."
Dalam Al-Quran, Allah Swt telah menyinggung orang-orang yang telah menahan marah dan selalu memaafkan kesalahan adalah salah satu ciri-ciri penghuni surga, yang berbunyi: " Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah Swt mencintai orang yang berbuat kebaikan." (Q.S. Ali-Imran ayat 133-134)
Ini mengingatkan pada sebuah kisah budak dari Ali bin Al-Husain ra, ketika itu ia menuangkan air pada Ali untuk persiapan salat. Tiba-tiba wadah yang digunakan itu jatuh lalu pecah lantas melukai tuannya (Ali). Ali lantas mengangkat kepala dan memandang budak wanita itu. Budak itu lantas mengatakan, ingatlah Allah Swt berfirman, "(Ciri-ciri penghuni surga adalah) orang-orang yang menahan amarahnya." Ali berkata,"Aku tidak jadi memarahimu." Terus budak itu mengatakan lagi, "(Ciri-ciri penghuni surga adalah) dan memaafkan kesalahan orang." Ali berkata,"Saya sudah memaafkanmu." Terus budak itu mengatakan lagi, "Allah Swt menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." Ali berkata, "Sekarang engkau bebas (merdeka)." (HR. Al-Baihaqi dalam Syu'ab Al-Iman, 10:545, dinukil dari Tafsir Az-Zahrawain, hlm. 723).
Hawa Nafsu (Lust)
Hawa Nafsu adalah potensi negatif yang ada di dalam diri. Kecenderungannya kepada nafsu seksual dan nafsu perut. "Rasulullah Saw bersabda, hati-hatilah dengan hawa nafsu karena hawa nafsu itu membutakan dan membuat tuli." Orang yang sedang dimabuk asmara sulit menerima kebenaran dan nasehat karena hawa nafsu telah membutakan dan membuat tuli mata hati. Rasulullah Saw mengingatkan agar umatnya hati-hati dengan hawa nafsu yang akan menjerumuskannya kedalam kenistaan dan penyesalan.
Orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya selalu cenderung kepada perbuatan yang melampaui batas. Kejahatan seksual, perselingkuhan, pembunuhan dan sebagainya. Hawa nafsu itu bagaikan api yang berkobar di dalam dada, apabila diperturutkan akan semakin menggila, bagaikan api yang disiram bensin, semakin disiram, semakin menyala dan sulit dikendalikan. Tidak sedikit manusia yang buta mata hatinya dalam memperturutkan hawa nafsunya. Atas nama cinta mengikuti hawa nafsunya melakukan perzinaan. Setan menghiasi kemaksiatan dengan keindahan. Orang dalam kondisi seperti ini tidak dapat menerima nasihat karena hanya nasihat setan yang menjadi pedoman hidupnya.
Rasulullah Saw bersabda, "Aku sangat mengkhawatirkan kepada umatku sepeninggalku tiga hal. Pertama, kesesatan hawa nafsu. Kedua, mengikuti syahwat perut dan seksual. Ketiga, lalai setelah mengetahui." Kekhawatiran Rasulullah Saw terhadap umatnya sangat beralasan karena ketiga hal tersebut akan membinasakan dan menghancurkan masa depan manusia. Rasulullah Saw bersabda, "Apabila Allah hendak menghancurkan suatu negeri, maka akan marak perzinaan." Saat perzinaan dianggap lumrah, kemaksiatan dianggap biasa dan kejahatan sudah merata, maka siksa Tuhan akan segera datang.
Kerakusan (Gluttony)
Rakus adalah suatu sifat ingin menguasai atau mendapatkan bagian lebih banyak daripada orang lain tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram. Sifat ini sebagai sebab timbulnya rasa dengki, hasut, permusuhan, perbuatan keji, dan kemungkaran lainnya, yang kemudian pada akhirnya mengakibatkan manusia lupa kepada Allah Swt, kehidupan akhirat serta menjauhi kewajiban agama.
Dalam Al-Quran dikatakan, "Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (Q.S. Al-Baqarah ayat 96) Beberapa ulama tafsir menyebutkan bahwa yang dicontohkan dalam ayat ini adalah kaum Yahudi di Arab kala itu. Meski begitu mengingat pesan Al-Quran ditujukan untuk semua manusia, sesungguhnya potensi bertindak rakus itu bisa teerjadi pada siapa saja.
Ungkapan tentang bahaya sikap rakus dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah, "Bahwa rakusnya seseorang terhadap harta benda dan kedudukan akan merusak agamanya dan kerusakan ini lebih dahsyat dibanding kerusakan dua serigala yang sedang lapar terhadap kambing yang menyendiri. Ungkapan lain datang dari Mahatma Gandhi, "Bumi mampu mencukupi semua kebutuhan seluruh manusia, tetapi tidak mampu mencukupi kerakusan seorang manusia." Begitulah, rakus dapat menyebabkan seseorang lupa menyembah kepada-Nya, memeras serta merampas hak-hak orang lain.
Kemalasan (Sloth)
Malas adalah suatu perasaan di mana seseorang akan enggan melakukan sesuatu karena dalam pikirannya sudah memiliki penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hal tersebut. Malas juga timbul karena kebiasaan seseorang yang cenderung bermalas-malasan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Menurut Imam Ibnul Qoyyim ra mengatakan, "Adapun malas maka akan melahirkan sifat menyia-nyiakan waktu, tidak mendapat apa pun, dan penyesalan yang sangat parah. Maka hal itu akan menafikan sifat keinginan dan kekuatan yang keduanya merupakan buah dari ilmu. Sesungguhnya apabila seseorang mengetahui bahwa kesempurnaan dan kenikmatannya pada sesuatu tentu akan mencarinya dengan usaha dan keinginan yang kuat. Karena setiap orang akan selalu berusaha untuk menggapai kesempurnaan diri dan kelezatannya. Akan tetapi, kebanyakan mereka salah dalam menempuh jalan karena tidak adanya ilmu. Malas adalah sifat dasar orang-orang munafik."
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah pernah bersabda mengenai diantaranya faktor penyebab munculnya rasa malas dan cara mengatasinya. Berikut ini sabda Rasulullah: "Setan mengikat pada tengkuk kepala seseorang kelian manakala ia tidur dengan tiga ikatan, yang ia buat tempatnya pada tiap ikatan dengan mengatakan: "Bagimu malam yang panjang maka tidurlah." Maka jika ia bangun lantas berdzikir kepada Allah Swt terbukalah satu ikatan, kemudian jika ia berwudhu terbukalah satu ikatan lagi, kemudian jika ia salat maka terbukalah seluruh ikatan, maka ia pun di pagi hari dalam keadaan bersemangat dan baik jiwanya. Namun kalau tidak demikian maka ia di pagi hari dalam keadaan jelek jiwanya lagi pemalas." (Shohih Al-Bukhari 1143)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H