Mohon tunggu...
Abd Hafid
Abd Hafid Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Ibnu Sina Batam & STAI Ibnu Sina Batam

Doktor Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Mahasiswa Manajemen SDM S3-UNJ tahun 2015 dengan status candidat Doktor 2018. Dosen Tetap STAI Ibnu Sina Batam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Marwah Dalam Pandangan Islam

16 April 2018   08:34 Diperbarui: 16 April 2018   09:09 14955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana sikap kita jika ada kelompok masyarakat karena kekhilafannya dalam melakukan penjagaan marwah seseorang justru bertentangan dengan norma agama, adat istiadat serta nilai-nilai budaya lokal yang dijunjung tinggi masyatakat?

Islam memandang, manusia itu berharga karena kemuliaannya, sedang kemuliaan seseorang itu bersumber dari kesabaran dan kebijaksanaannya. Sebagaimana disebutkan di dalam QS. Al A'raaf ayat 199:"Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang baik, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh".

  Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa, sikap sabar dengan selalu memberikan maaf inilah ajaran yang dituntunkan oleh Allah Swt. kepada hambanya yang beriman. Karena itu, setiap pribadi muslim, hendaknya tidak terpengaruh dengan melakukan pembalasan, ketika ada orang lain yang bersikap atau berbuat tidak baik kepadanya. Maafkan mereka dan ingatkan agar tidak mengulanginya kembali.

Perhatikanlah, ada yang menarik dari susunan kalimat ayat diatas. Disebutkan bahwa, Allah menganjurkan bagi setiap muslim untuk memberikan maaf dengan tujuan agar mereka berbuat baik, dalam artian, tidak melayani perbuatan bodoh mereka. Sebab jika perbuatan bodoh mereka kita balas, maka mereka akan melakukan perbuatan yang lebih bodoh lagi dari pada perbuatan mereka yang pertama. 

Selain itu juga, jika kita tidak membalas perbuatannya, maka mereka akan merasa cukup dengan perbuatan yang pertama, karena telah membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sehingga secara tidak langsung, kita sudah membuat orang lain berbuat baik, karena mereka tidak melakukan perbuatan buruk yang kedua dengan sikap kita yang telah memaafkan dan tidak membalas perbuatan mereka yang pertama.

Sikap memberikan maaf ini pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana telah diriwayatkan ketika beliau diludahi oleh salah seorang yang kafir, setiap kali melewati suatu jalan. Hingga suatu ketika orang kafir tersebut sakit, dan Rasul menjenguknya. Seketika itu juga orang kafir tersebut merasa kagum dan takjub terhadap sikap terpuji yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. ini, hingga mendorong dia mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dihadapan Rasulullah.

Dari kisah diatas sebenarnya, jika Rasulullah menginginkan membalas perbuatan orang kafir tersebut mudah saja beliau lakukan, tetapi hal itu tidak dilakukannya, namun justru memaafkannya. Bahkan lebih dari itu, beliau juga membalas dengan perbuatan yang baik dengan menjenguknya ketika dia sakit. Sehingga membuat orang kafir tersebut tersentuh dan tergerak untuk melakukan perbuatan yang baik juga.

Nabi Muhammad SAW ketika dihina oleh kaum jahiliah, Nabi malah mendoakan mereka: "Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti". Inilah contoh sikap yang diajarkan dalam ajaran Islam, bahkan Allah Swt juga memuji hambanya yang memiliki sifat demikian. sebagaimana yang terdapat di dalam QS. Al-Furqon: 63: "Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan".

Dengan demikian, segala bentuk kekerasan, perilaku hina,  yang dilakukan, walaupun dengan dalih membela harga diri sendiri, membela marwah pejabat jelaslah bukan merupakan cara yang benar. Ketika orang lain malakukan kesalahan, dan dibalas dengan kesalahan, maka tidak ada beda antara keduanya, dan tentunya cara demikian bukanlah ajaran Islam dan sangat dibenci oleh Allah Swt. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi: "Laki-laki yang paling dibenci oleh Allah Swt. adalah laki-laki yang keras" (HR. Bukhori Muslim).

Oleh karena itu, peristiwa pagelaran tari exotis di alun-alun pemko Batam (14/4/2018) yang menghebohkan masyarakat kota Batam setidaknya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya bagi saudara-saudara yang tergabung dalam LSM PMR. Mari menjaga marwah diri masing-masing agar jadi pribadi yang lebih baik. Pada dasarnya menjada marwah, kehormatan diri jauh lebih berat dibanding menjaga kehormatan orang lain. Jadikanlah pelajaran "pahit" ini sebagai obat agar semakin baik lagi ke depannya.

Kemudian jika boleh mengusulkan kepada bapak Walikota Batam Muhammad Rudi, ada baiknya PMR dibubarkan saja. Sebab tanpa PMR marwah bapak baik sebagai pribadi maupun sebagai pejabat public sepenuhnya tergantung pada diri bapak sendiri. Berbuat amanah dan bertanggung-jawab pada masyarakat Kota Batam, tidak korupsi dan adil pada rakyat adalah sebaik-baik upaya menjaga marwah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun