Mohon tunggu...
Mikhael Aditya
Mikhael Aditya Mohon Tunggu... -

Pria sederhana saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Kaya dan Anak Jalanan

2 Mei 2013   09:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:16 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bolehkah aku meminta sepotong kuemu?", tanya seorang anak jalanan pada seorang anak didepan gerbang sekolah. Rambutnya kusut dan bajunya kumuh. Tubuh dan wajahnya basah oleh cucuran keringatnya. "Siapa kamu? Kok minta kueku?", tanya anak berseragam sekolah. Dari logo diseragamnya yang bergambar burung elang dengan perisai dikakinya mengatakan bahwa anak ini berasal dari sekolah kelas atas.

"Aku hanyalah anak jalanan, aku lapar. Bolehkah aku meminta sepotong kuemu?", tanya anak jalanan ini lagi tersenyum ramah sambil tetap mengulurkan tangannya berharap sepotong kue itu akan diletakkan diatas telapak tangannya yang terlihat banyak bekas luka.

"Tidak mau. Pergi kamu. Kamu bau dan jelek", teriak anak dari sekolah elit ini langsung berlalu.

"Terimakasih, semoga Tuhan memberkatimu", jawab anak jalanan ini menundukkan kepala seperti memberi hormat. Lalu dia berjalan keanak lainnya yang sedang makan dan mengulangi hal yang sama. Tetapi selalu ditolak dan dia juga selalu mengucapkan kata yang sama. "Terimakasih, semoga Tuhan memberkatimu".

Ketika hendak meminta pada anak lain yang sudah entah keberapa, seorang anak dari sekolah yang sama yang mengikutinya sejak tadi memanggilnya, "Hei teman, ambil punyaku saja", sambil memberikan roti isi dua buah. Melihat hal itu, anak jalanan ini langsung berlutut dan menyembahnya.

"Terimakasih, terimakasih..., terimaka....", suaranya tertahan karena isaknya. Air matanya menetes membasahi jalanan dimana ia berlutut menyembah. Anak yang memberinya roti ini hanya terdiam bingung dengan apa yang dilakukan anak jalanan ini. "Terimakasih banyak..., Tuhan memberkatimu...", katanya menyembah sekali lagi.

Lalu dia berdiri, sebelum pergi, dia melihat anak yang memberinya roti ini dan bertanya, "Rotinya ada dua, bolehkah aku berbagi dengan saudaraku?", dengan senyuman yang sangat indah meminta ijin. Anak yang memberinya roti ini membalas senyumannya dengan senyuman yang tidak kalah indah. "Iya...".

"Terimakasih..., Tuhan memberkatimu...", lalu ia berlari kecil pergi. Tidak jauh dari situ, ternyata ia memberikan rotinya pada seorang anak perempuan kecil. Terlihat anak perempuan kecil itu tertawa senang sekali dan memakannya dengan lahap.

Lalu roti satunya dia potong dua, setengahnya dia makan, setengahnya dia berikan pada seekor anjing tua yang sejak tadi menemani anak perempuan tadi bermain. Ternyata, maksud dari "saudaraku" anak jalanan ini adalah anjing tua itu yang telah menemani dan menjaga mereka sekian tahun lamanya setelah orang tua mereka tiada.

Anak yang memberinya roti melihat hal itu dengan mata berkaca-kaca. Lalu datang seorang pria dewasa menghampirinya. "Mengapa kamu memberikan roti itu pada mereka? Bukankah itu makan siangmu dan merupakan roti kesukaanmu?", tanya pria dewasa ini dengan senyuman ramah.

Dipeluknya pria dewasa ini dengan erat. Jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun