Mohon tunggu...
Litteu Nur El Lailatie
Litteu Nur El Lailatie Mohon Tunggu... Pendidik

Belajar dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Intertekstualitas Sepotong Senja untuk Pacarku dan Perkara Mengirim Senja serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra

5 Oktober 2024   00:39 Diperbarui: 5 Oktober 2024   00:41 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Sastra bukan hanya membahas tentang persoalan serius, tetapi juga merambah ke masalah percintaaan sederhana namun penuh makna ala remaja. Saat ini, banyak sastrawan yang sekarang menjadi idola, karena karya-karyanya yang memang pantas untuk dipuja. Banyak penulis-penulis muda yang terinspirasi oleh karya para sastrawan, yang kemudian dijadikan bahan dasar untuk menulis gagasan mereka. Semakin banyak penulis yang dipengaruhi oleh penulis-penulis sebelumnya, maka semakin berkembang fenomena intertekstual di dunia sastra Indonesia. Entah itu merasa terpengaruhi, ingin mengikuti atau menoleh suatu konvensi, dan lainnya menjadi hal yang membuat perkembangan sastra di Indonesia semakin ke arah yang lebih kreatif dan inovatif.

Memiliki profesi sebagai penulis, wartawan, dan pekerja teater, nama Seno Gumira Ajidaram sangat layak menjadi inspirasi bagi yang lainnya. Namanya melambung berkat karya-karyanya yang sering menggunakan jurus-jurus posmodernisme, penggunaan metanarasi, abusrditas dalam penokohan, dan kedekatan dengan budaya modern. Seno juga sering membaurkan batas antara fiksi dan fakta, seperti yang dapat dilihat dalam cerpen-cerpennya. Pramoedya Ananta Toer menyebutkan bahwa Seno Gumira Ajidarma adalah penulis Indonesia kontemporer yang paling layak untuk diapresiasi. Seno mempunyai ciri khas, yaitu berani dalam menyuarakan apa yang menurutnya salah dan sedang terjadi di sekitar, seperti memberitakan secara gamblang tentang pembantaian rakyat Timor Timur oleh tentara Indonesia di kompleks pemakaman Santa Cruz, Dili. Tindakannya membuat ia dibebastugaskan dari jabatannya sebagai wakil pemimpin redaksi majalah Jakarta Jakarta. Hal itu membuat Seno akhirnya melawan melalui sastra, sesuai dengan kredo "ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara".

Seno sendiri sebenarnya lebih suka menulis tentang sesuatu yang berkaitan dengan senja, cinta, yang tetap menyimpak kritik sosial. Dia "terpaksa" menulis tentang hal-hal berbau penindasan hanya karena merasa punya tanggung jawab moral sebagai seorang penulis yang harus melek tentang keadaan di sekitarnya. Hal itu membuat karya-karya Seno yang berbau "senja" dan "cinta" memiliki karakteristik sendiri. Banyak pembaca Seno yang merasa, bahwa Seno sangatlah puitis dan romantis. Hal ini membuat Seno menjadi tokoh sastrawan inspiratif yang menjadi inspirasi bagi penulis-penulis lainnya yang juga ingin menciptakan keromantisannya sendiri dalam karya mereka. Semakin banyak penulis lain yang ingin memiliki "senja" sendiri dengan cara mengambil gagasan-gagasan "senja" Seno Gumira Ajidarma.

Karya Seno antara lain berbentuk kumpulan puisi, cerpen, novel, dan esai. Kumpulan puisi; Catatan-catatan Mira Sato Mati Mati Mati, Bayi Mati. Kumpulan cerpen yang banyak diminati seperti; Sepotong Senja Untuk Pacarku Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, Dunia Sukab, Negeri Kabut, dan lainnya. Kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami. Novel, seperti, Jazz, Parfum, dan Insiden, Biola Tak Berdawai, dan lainnya. Karya esai Seno Gumira Ajidarma contohnya seperti Kisah Mata Fotografi Antara Dua Subjek: Perbincangan Tentang Ada, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, dan lainnya.

Karya-karya fenomenal Seno Gumira Ajidarma banyak memberikan pengaruh kepada penulis-penulis lainnya, sebagai landasan dalam mencari ide dan gagasan saat proses penulisan karya mereka, salah satunya yaitu penulis Jia Effendie. Dikenal sebagai seorang penulis sekaligus editor, Jia Effendie telah menerbitkan Nyonya Perca (2008), Ya Lyublyu Tebya (2010). Selain itu, dia juga menjadi kontributor dalam kumpulan cerpen Be Strong Indonesia (2010), Empat Elemen (2011), Cerita Sahabat (2011), Kaki Mimpi (2012), dan lainnya.

Jia Effendia bersama dengan penulis lainnya membuat kumpulan cerpen yang memang dipersembahkan untuk Seno Gumira Ajidarma, berjudul Perkara Mengirim Senja. Cerpen yang dibuat oleh Jia Effendie dengan judul yang sama dengan judul buku tersebut, didekasikan dengan cara mengambil gagasan-gagasan yang ada dalam cerpen Seno Gumira Ajidarma yang berjudul Sepotong Senja untuk Pacarku. Hal ini menegaskan bahwa karya sastra seseorang bisa menjadi landasan terbentuknya karya sastra yang baru.

Sastra juga memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran sastra akan memberikan siswa wawasan dalam pembuatan karya sastra, yang nantinya membantu perkembangan sastra di Indonesia. Salah satu materi yang bisa mendorong berkembangnya sastra di Indonesia, yaitu materi menulis cerpen. Guru perlu mengajari siswa berupa keterampilan untuk memahami dan menganalisis cerita pendek sehingga mereka dapat menghargainya. Mengapresiasi karya sastra tidak hanya diperlukan untuk penghayatan dan pemahaman, tetapi juga memiliki efek mengasah pemikiran dan sensibilitas.

Merujuk pada berbagai masalah di atas, maka penulis akan meneliti suatu masalah dengan judul Intertextuality of Sepotong Senja untuk Pacarku and Perkara Mengirim Senja and the Implications for Literature Learning.

Penelitian tentang kajian intertekstual memang sudah banyak dilakukan, khususnya di Indonesia. Penelitian relevan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Intertekstual Cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma dengan Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar yang ditulis oleh Ricky Daliuwa sebagai skripsi Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2016. Tujuan penelitian ini untuk melihat persamaan dan perbedaan makna dan isi antara cerpen dan puisi tersebut. Ricky Daliuwa menggunakan cerpen dan puisi, sedangkan penelitian ini menggunakan bentuk karya yang sama, yaitu cerpen. Selain itu, hal yang ditekankan pada penelitian ini, yaitu bahwa Jia Effendie secara terang-terangan memperlihatkan bahwa cerpennya memang terinspirasi dari cerpen Seno, sehingga karya sastra buatannya didedikasikan untuk Seno Gumira Ajidarma dengan mengambil gagasan-gagasan yang ada pada cerita pendek milik Seno ke dalam karya pribadinya, yaitu Perkara Mengirim Senja.

Cerpen

Karya sastra yang banyak ditemukan di media massa adalah karya sastra berbentu cerpen. Cerita pendek dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015) berarti tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya. Di sisi lain, pendek berarti ceritanya pendek. Hal ini memberikan kesan dominan tunggal dan menentukan karakter situasi (sekali).

Cerpen adalah bentuk dan hasil karya seni kreatif yang berpusat pada kehidupan manusia melalui bahasa. Cerpen sebagai suatu karya kreatif dapat menjadi wadah penyampaian aspirasi, ide, gagasan terhadap suatu fenomena atau permasalahan yang ada. Melalui cerpen, penulis dapat menyampaikan gagasan tersebut menjadi bentuk yang lebih indah, kreatif, dan estetik.

 

Intertekstual

Penelitian intertekstualitas adalah studi tentang serangkaian karya sastra yang memiliki bentuk hubungan tertentu untuk menemukan hubungan antara elemen-elemen penting seperti ide, gagasan, peristiwa, tindakan, sifat, bahasa (gaya). Penelitian intertekstualitas berusaha menemukan aspek-aspek tertentu dari karya-karya selanjutnya yang ada pada karya-karya sebelumnya. Penelitian intertekstualitas bertujuan untuk memberikan makna yang lebih luas pada karya tersebut. Asas intertekstualitas menyatakan bahwa semua karya, teks sastra dapat dibaca dengan latar belakang teks lain. Teks tidak selalu independen dalam arti tidak dapat dibuat dan dibaca tanpa teks lain seperti contoh, teladan, kerangka. Intertekstual juga melihat bahwasanya teks-teks terdahulu memainkan peranan penting pada teks-teks baru yang memiliki gagasan yang bertolak belakang dengan teks terdahulu

Secara umum, interteks adalah jaringan hubungan antara satu teks dengan teks lainnya. Penyelidikan dilakukan dengan menemukan asosiasi yang bermakna antara dua teks atau lebih. Teori intertekstualitas adalah teori sastra yang mengeksplorasi hubungan antara teks dan teks sastra lainnya. Ada du acara untuk melakukan interteks, yaitu 1) Membaca dua teks atau lebih secara berdampingan pada saat yang sama. 2) Hanya membaca sebuah teks tetapi dilatarbelakangi oleh teks-teks lain yang sudah pernah dibaca sebelumnya.

Melalui karyanya, The Dialogic Imagination (1981), Mikhail Bathin memberi pendapat tentang karya sastra dilahirkan di antara teks yang satu dan teks yang lain dan menjadi pendukung intertekstualitas pertama dari konsep tersebut. Pada karyanya yang lain, Speech Genre and Other Late Essays (1086), Bakhtin juga mengatakan bahwa dalam semua karya sastra, teks internal, yaitu unsur-unsur yang membentuk karya (dasar) dan teks eksternal, yaitu sosial, teks (sosial) memberikan unsur-unsur yang terkait dengan kehidupan penulis.

Epigonos atau epigignestai adalah bahasa Latin dari epigon yang memiliki arti 'terlahir kembali'. Epigon, adalah karya yang mana mengikuti atau terpengaruh dari suatu karya sebelumnya. Karya yang menjadi gagasan dasar, disebut sebagai induk epigon. Namun, epigon tidak hanya mengambil gagasan karya sebelumnya, tetapi juga ada inovasi baru yang diciptakan pada karya tersebut. Epigon dapat dipahami dengan menggunaan pendekatan generik dan genetik.

Epigon adalah hal yang lumrah dalam dunia sastra, karena setiap penulis selalu ada kemungkinan terpengaruh dalam hal apapun dari apa yang dia baca. Selama penulis tersebut tidak mencuri karya seseorang, maka epigon adalah hal yang sah, terlebih jika dalam karya epigon tersebut terdapat konvensi baru dalam hal apapun, sehingga karya yang dihasilkan adalah bentuk dari epigon kreatif.

Sinopsis

Sepotong Senja untuk Pacarku -- Seno Gumira Ajidarma

Tokoh utama bernama Sukab ingin mengirimkan sesuatu yang menjadi bukti tanda cinta untuk pacarnya, Alina. Sukab memilih untuk mengirimkan sepotong senja yang dia ambil dari cakrawala, karena menurut Sukab mengirimkan kata-kata tentang cinta adalah hal yang sia-sia. Dunia sudah tidak membutuhkan kata-kata yang kebanyakan tidak dipedulikan. Sayangnya, Sukab malah menjadi buronan seluruh kota, karena perbuatannya mencuri senja. Hingga akhirnya berkat bantuan seorang gelandangan, Sukab terperangkap di sebuah gorong-gorong yang menuntunnya menuju sebuah tempat, yaitu tempat yang sama di mana ia mencuri senja, dengan senja yang sama, namun tidak ada yang peduli dengan senja tersebut. Sukab akhirnya mencuri senja gorong-gorong tersebut untuk dia pasang menggantikan senja cakrawala yang asli, sedangkan senja cakrawala asli dikirimkan untuk kekasihnya, Alina.

Perkara Mengirim Senja -- Jia Effendie

Sosok aku yang terinspirasi untuk memotong senja dan memberikannya untuk seseorang seperti yang dilakukan Sukab untuk Alina. Namun, sosok aku bingung, untuk siapa senja itu ia berikan? Dan akhirnya hanya ada satu jawaban kepada siapa senja ini ditujukan. Di tempat lain, sosok laki-laki yang mencintai kekasihnya, tiba-tiba mendapat tawaran tentang sepotong senja lewat telepon dari seorang perempuan. Laki-laki tersebut awalnya menolak, tetapi akhirnya setuju saat kekasihnya meminta untuk diberikan sepotong senja tersebut. Sosok aku sudah siap memberikan senja kepada seseorang yang dicintainya, yang ternyata adalah laki-laki yang sudah memiliki kekasih tersebut. Belum sempat bertemu, laki-laki tersebut tiba-tiba mendapati ada sebuah paket berisi senja di pintu remahnya. Di senja itu, laki-laki tersebut melihat dua perempuan, yaitu si penjual senja dan kekasihnya, sedang berpeluk-pelukan sambil menangis.

Hasil dan Pembahasan

Struktur Intrinsik Sepotong Senja untuk Pacarku -- Seno Gumira Ajidarma

Karya sastra berjudul Sepotong Senja untuk Pacarku adalah cerpen bertema tentang perjuangan cinta yang dilakukan oleh seseorang untuk pacarnya. Ada dua tokoh yang terdalam dalam cerita, yaitu tokoh aku, yang kemudian di cerita pendek Seno selanjutnya terungkap bernama Sukab, dan tokoh Alina, kekasih dari Sukab. Tokoh Sukab, adalah sosok laki-laki penyayang, romantis, setia, realis (terlihat dari keputusannya untuk tidak memberikan Alina kata-kata, karena kata-kata pada kenyataannya sudah tidak dipedulikan), pemberani, dan keras kepala. Sukab adalah tokoh pemberani dan keras kepala, karena dia tetap bersikeras untuk mempertahankan senja yang dicurinya walaupun itu artinya dia menjadi buronan. Sedangkan di dalam cerita, tidak diketahui bagaimana gambaran tentang penokohan Alina, karena tidak dimunculkan.

Untuk pelataran, latar tempat yang diambil hanya digambarkan berada di sebuah pantai tempat Sukab melihat senja, kota tempat Sukab dikejar polisi, dan gorong-gorong tempat Sukab bersembunyi, namun tidak ada nama tempat khusus yang disebutkan.  Selain itu latar waktu yang digunakan adalah latar waktu yang umum, seperti sore hari di mana senja muncul dan senja tenggelam.

Alur yang digunakan adalah alur maju, dimulai dari tahap pengenalan tokoh Sukab yang melihat senja indah di cakrawala, tahap pemunculan konflik saat Sukab memotong senja dan dia bawa pulang, tahap peningkatan konflik saat Sukab dikejar-kejar oleh orang-orang dan juga polisi karena perbuatannya mencuri senja, tahap klimaks saat Sukab bersembunyi di gorong-gorong dan menemukan senja lain. Diakhiri dengan tahap penyelesaian, yaitu saat Sukab mengganti senja yang dicurinya dengan senja yang dia ambil, sedangkan senja asli tetap ia simpan untuk diberikan kepada Alina.

Penelitian ini menggunakan gaya bahasa sederhana, tidak banyak perumpamaan, sehingga memberi pemahaman kepada pembaca. Sudut pandang pertama adalah sudut pandang yang digunakan dalam cerpen dilihat dari tokoh utama yaitu Sukab, yang menggunakan kata ganti "aku". Dan terakhir, amanat yang dapat diambil dari cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku, yaitu bahwa cinta memang butuh perjuangan. Orang yang jatuh cinta, sering melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan sehingga terkadang membuat orang lain merasa tidak suka. Namun, orang yang jatuh cinta harus bisa menerima konsekuensi dan harus bisa menyelesaikan masalah atas apa yang telah ia lakukan.

Perkara Mengirim Senja -- Jia Effendie

Sama halnya dengan cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku, cerpen Perkara Mengirim Senja juga temanya adalah tentang perjuangan mereka yang ingin memberikan sesuatu yang berharga kepada orang yang mereka cinta. Namun, berbeda dengan tokoh Sepotong Senja untuk Pacarku yang fokus pada dua tokoh, cerpen Perkara Mengirim Senja memiliki tiga tokoh utama, yaitu tokoh "Aku", seorang perempuan yang memotong senja, tokoh "Saya", seorang laki-laki yang dicintai tokoh "Aku", dan tokoh perempuan yang menjadi kekasih tokoh "Saya".

Tokoh "Aku" adalah sosok perempuan yang setia dan sabar. Ia tahu bahwa laki-laki yang dicintainya tidak memiliki perasaan kepadanya dan memiliki kekasih, tetapi tokoh "Aku" tetap bersikeras mencintai laki-laki tersebut, bahkan berkeinginan untuk mengirimkan senja yang indah kepada laki-laki tersebut. Sedangkan tokoh "Saya", adalah seorang laki-laki tipikal penurut pada perempuan, dilihat dari gambaran saat awalnya laki-laki itu menolak tawaran tokoh "Aku" yang menawarkan sepotong senja, namun kemudian akhirnya mengiyakan, karena kekasihnya yang merajuk minta dibelikan sepotong senja. Dan tokoh "Perempuan" yang menjadi kekasih tokoh "Saya" tidak terlalu digambarkan bagaimana sifatnya dalam cerpen Perkara Mengirim Senja.

Untuk pelataran, baik latar tempat maupun latar waktu termasuk ke dalam latar umum. Latar tempat yang muncul, yaitu pantai, ruang tempat tokoh "Saya" dan kekasihnya sedang bermesraan, dan rumah "Saya" tempat di mana paket senja dikirimkan. Dan latar waktu yang muncul, hanya sekadar latar umum.

Cerpen ini memiliki alur maju, dimulai dari tahap pengenalan yang menceritakan tokoh "Aku" yang melihat senja dan teringat pada suatu cerita berjudul Sepotong Senja untuk Pacarku yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma. Tokoh "Aku" melakukan hal yang sama, yaitu memotong senja. Tapi, dia tidak tahu siapa yang akan dia berikan senja tersebut. Selanjutnya tahap pemunculan konflik, saat tokoh "Saya" mendapat tawaran dari seorang perempuan yang menawarkan senja. Laki-laki itu setuju untuk membeli senja tersebut atas permintaan kekasihnya. Tahap peningkatan konflik dan klimaks menjadi satu, saat ternyata si penjual senja adalah tokoh "Aku" yang sudah lama menyukai si laki-laki tersebut dan berniat memberikan senja tersebut secara langsung. Terakhir, tahap penyelesaian, yaitu saat tokoh "Saya" atau si laki-laki yang disukai tokoh "Aku" menerima paket berisi senja di pintu rumahnya. Di senja itu, dia melihat si penjual senja dan kekasihnya sedang menangis sambil berpelukan.

Gaya bahasa cerpen Perkara Mengirim Senja juga termasuk ke dalam gaya bahasa sederhana yang membuat pembaca mudah dalam memahami isi cerita. Selanjutnya, cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Namun, sudut pandang pertama ini ada di dua tokoh, yaitu tokoh utama "Aku" dan tokoh tambahan "Saya". Cerpen Perkara Mengirim Senja memiliki nilai moral, bahwa cinta memang tidak harus memiliki. Ada saat di mana kita baik-baik saja saat mencintai orang dan akan melakukan sesuatu untuk orang tersebut, walaupun orang itu bahkan tidak memikirkan kita sama sekali.

Intertekstualitas 

Karya sastra berjudul Sepotong Senja untuk Pacarku adalah cerpen karya Seno Gumira Ajidarma yang pertama kali diterbitkan di Harian Kompas pada tahun 1991, yang diterbitkan kembali di Pelajaran Mengarang (Cerpen Pilihan Kompas 1993). Sedangkan cerpen Perkara Mengirim Senja adalah sebuah cerpen karya Jia Effendie yang termasuk ke dalam kumpulan cerpen persembahan untuk Seno Gumira Ajidarma yang diterbitkan pada tahun 2012 dengan judul yang sama. Berikut adalah persamaan dan perbedaan kedua cerpen yang menunjukkan bahwa cerpen Perkara Mengirim Senja adalah karya epigon dari cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku.

Dimulai dari kedua judul cerita yang sama-sama menggunakan kata "senja" yang juga menjadi objek utama dalam tema. Memang, Seno Gumira dalam salah satu wawancaranya mengatakan bahwa dia lebih senang menulis cerita tentang "senja" atau "cinta", ketimbang tentang konflik sosial. Sehingga dapat terlihat dari karya-karya Seno Gumira yang banyak menjadikan "senja" sebagai objek. Kemudian, beralih ke tema cerita. Kedua cerpen ini sama-sama menceritakan tentang seseorang yang ingin memperlihatkan rasa cintanya kepada orang lain dengan melakukan sesuatu. Dalam kedua cerita, perkenalan sama-sama diawali dengan tokoh utama yang sedang berada di pantai dan terpana saat melihat senja yang sangat indah.

"Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah dan pasir tetap saja hangat ketika kususupkan kakiku ke dalamnya." (Sepotong Senja Untuk Pacarku, h. 6 -- 7).

"Ketika aku tiba di pesisir ini, senja baru saja melangkah. Aku dan senja saling menatap, saling menyapa. Betapa ayu senja kala itu....." (Perkara Mengirim Senja, h. 12 -- 13).

Setelah itu, kedua tokoh utama dalam cerpen memiliki niat untuk memotong senja. Perbedaannya yaitu, dalam cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku, gagasan memotong senja adalah gagasan murni yang diciptakan oleh Seno Gumira, sedangkan dalam cerpen Perkara Mengirim Senja, ide memotong senja bukanlah hasil gagasan murni Jia Effendie, melainkan mengambil ide dari cerpen Seno Gumira. Hal ini terlihat dari gambaran tokoh utama pada Perkara Mengirim Senja yang membandingkan antara senja yang dilihatnya dengan senja yang ada dalam cerpen Seno Gumira.

"Tentunya, ini bukanlah sepotong senja yang dimasukkan ke dalam amplop untuk seorang pacar bernama Alina...................................Langit pun tak sepenuhnya berwarna keemasan seperti senja milik Sukab, tapi nila. Tak ada burung atau perahu seperti senja yang dikirimkan Sukab pada Alina." (Perkara Mengirim Senja, h. 13).

Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Jia Effendie memang sengaja memasukkan kutipan tentang penggambaran senja dari cerpen Seno Gumira, karena Jia Effendie membawa-bawa tokoh Sukab dan Alina yang menjadi tokoh dalam cerita Seno Gumira Ajidarma. Penggambaran ini menunjukkan bahwa ide memotong senja memang terinspirasi dari cerpen tersebut.

Selain itu, persamaan tokoh utama memilih senja, karena di perkotaan di mana orang-orang lebih sibuk dengan pekerjaan dibandingan sesuatu yang menjadi hiburan untuk melepas penat, senja di pantai menjadi diacuhkan. Oleh karena itu, sepotong senja sangatlah berharga bagi orang-orang yang ingin liburan.

"....Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagipula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam." (Sepotong Senja untuk Pacarku, h. 8).

"Produk ini muncul setelah dipandang penting bagi manusia-manusia perkotaan seperti kita untuk berlibur tanpa perlu beranjak dari meja kerja! Ini adalah produk unggulan." (Perkara Mengirim Senja, h. 16).

Selain itu, ada pula penceritaan di mana sang perempuan yang menjadi tokoh utama di Perkara Mengirim Senja menceritakan cerita tentang Sukab yang mencuri senja untuk Alina kepada laki-laki yang dia tawarkan senja.

"Produk ini berawal dari sepotong senja yang dicuri seorang pemuda untuk pacarnya. Karena kebodohan, dia menjadi buronan polisi. Karena dia mengerat senja itu untuk urusan-urusan romantik. Anda tahu, cinta dan romantisme itu omong kosong." (Perkara Mengirim Senja, h. 17).

Dari kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa ide memotong senja adalah ide yang diambil dari gagasan Seno Gumira dalam cerpennya.

Selanjutnya, yaitu perbedaan gagasan dua cerpen bertema senja tersebut. Dilihat dari tokoh, dalam cerpen Seno yang menjadi tokoh utama yaitu seorang laki-laki, sedangkan dalam cerpen Jia yang menjadi tokoh utama yaitu seorang perempuan. Kemudian, masalah yang muncul dalam cerpen juga berbeda. Pada cerpen Seno Gumira Ajidarma, konfllik muncul saat tokoh utama menjadi buronan atas perbuatannya menjadi pencuri senja, sedangkan pada Perkara Mengirim Senja, konflik yang muncul saat ada seorang laki-laki mendapat tawaran senja dari seorang perempuan, yang ternyata adalah orang yang menyukainya. Nasib dari kedua tokoh juga berbeda, yang mana tokoh utama dalam cerita Sepotong Senja untuk Pacarku, memiliki kekasih bernama Alina. Sedangkan tokoh utama pada cerita Perkara Mengirim Senja, tidak memiliki kekasih, tetapi dia menyukai seorang laki-laki dalam jangka waktu yang lama dan laki-laki tersebut sudah memiliki kekasih.

Dan perbedaan selanjutnya terdapat pada tahap penyelesaian. Pada cerita Sepotong Senja untuk Pacarku, tahap penyelesaian ditutup dengan tokoh utama, yaitu Sukab mengganti potongan senja yang dicuri dengan potongan senja yang dia ambil dari gorong-gorong, sedangkan potongan senja asli tetap ia simpan untuk dikirim ke pacarnya, Alina. Di cerpen Perkara Mengirim Senja, penonton dibiarkan untuk berimajinasi tentang apa yang terjadi, karena tahap penyelesaian hanya digambarkan dengan si laki-laki yang menerima paket senja dan melihat bahwa perempuan si penjual senja dan kekasihnya sedang berpelukan sambil menangis.

"....Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja di atas bumi yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya." (Sepotong Senja untuk Pacarku, h, 14).

"Di senja yang manis dan memancang mata itu, saya melihat perempuan penjual senja menangis. Saya juga melihat kekasih saya. Keduanya sedang berpeluk-pelukan sambil menangis." (Perkara Mengirim Senja, h. 22).

Jika dilihat, memang terdapat hubungan antara cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku dan Perkara Mengirim Senja, yaitu antara karya yang dijadikan landasan atau hipogram dengan karya yang terlahir kemudian atau epigon. Gagasan-gagasan yang diciptakan oleh Seno dalam cerpennya dengan sengaja digunakan kembali oleh Jia Effendie, walaupun memang ada hasil karya cipta tersendiri yang membuatnya sedikit berbeda. Namun, jika dilihat dari kutipan biografi Jia Effendie dalam kumcernya, Perkara Mengirim Senja, disebutkan bahwa Jia Effendie mulai kembali menulis setelah Jia membaca cerpen-cerpen karya Seno Gumira Ajidarma. Dari fakta tersebut, memang ada kesengajaan yang dilakukan oleh Jia Effendie saat melakukan epigon terhadap karya Seno tersebut. Epigon yang diciptakan oleh Jia Effendie adalah epigon yang menyetujui atas konvensi yang telah dibuat oleh Seno. Hal itu, karena dalam cerpen Perkara Mengirim Senja, secara keseluruhan ide tema dan jalan cerita cerpen memang benar-benar mengambil dari ide tema dan jalan cerita cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku.

 

Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra 

Terbentuknya karya sastra bukan tidak mungkin dilandaskan dari karya sebelumnya yang pernah dibaca oleh penulis. Adalah hal yang sah jika suatu karya memiliki kemiripan dengan karya sebelumnya, karena memang ada penulis yang secara terang-terangan menyetujian suatu gagasan, konvensi yang ditampilkan oleh suatu karya, sehingga penulis tersebut melahirkan kembali suatu karya dengan konvensi yang sama.

Pembelajaran sastra di sekolah memiliki muatan materi yang mengharuskan siswa untuk membuat suatu karya, baik itu berbentuk pantun, puisi, prosa, teks drama, dan lainnya. Sebagai pemelajar pemula, pastinya siswa didorong untuk mengenal terlebih dahulu karya-karya para sastrawan. Proses pengenalan tersebut akan membuat siswa mengenal bagaimana gagasan yang ditampilkan dari karya tersebut, yang nantinya akan mendorong siswa untuk menciptakan suatu karya, baik itu yang menyetujui atau menolak konvensi karya terdahulu yang ia baca dan digunakan sebagai referensi.

Cerita pendek Sepotong Senja untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma dan Perkara Mengirim Senja karya Jia Effendie dapat dimanfaatkan sebagai penunjang pada pemberian pengetahuan tentang sastra di sekolah, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) pada pembelajaran apresiasi sastra. Pemanfaatan tersebut disesuaikan dengan materi yang relevan, yaitu materi menulis cerpen. Materi yang digunakan juga sesuai dengan kurikulum dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sehingga siswa dapat menerimanya sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

Pembelajaran yang berkaitan dengan sastra tentu tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan tentang kemampuan berbahasa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Materi menulis cerpen mendorong siswa untuk menghasilkan suatu karya berbentuk cerpen dari hasil imajinasi yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Sebagai stimulus dalam mencari ide, siswa dapat dikenalkan terlebih dahulu dengan karya-karya sastrawan dengan memberi bacaan berupa cerpen, agar siswa mengetahui lebih jelas terkait produk akhir dari tertuangnya ide-ide mereka. Pemberian stimulus dapat dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan, yaitu 1) Membaca karya sastra yang diberikan oleh guru, 2) Mendiskusikan unsur-unsur yang terdapat karya sastra, 3) Melakukan tanya jawab, 4) Membuat simpulan secara bersama. Rangkaian kegiatan tersebut diarahkan secara jelas agar siswa mampu mencerna materi yang diberikan.

Penggunaan dua cerpen di atas yang sama-sama fokus pada senja tersebut dapat mempengaruhi pembelajaran sastra di sekolah. Siswa dapat mengetahui bahwa suatu karya terkadang memang terinspirasi dari karya-karya yang lebih dahulu lahir dan hal itu adalah hal yang diperbolehkan dengan adanya hipogram atau teks yang menjadi latar belakang terbentuknya teks lain dan epigon atau teks yang mengikuti teks sebelumnya. Melalui dua cerpen tersebut, siswa dapat melihat bagaimana persamaan dan perbedaan tiap gagasan dan konvensi dari dua cerpen yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan. Siswa dapat mengambil pelajaran bahwa saat ingin menulis suatu karya, missal cerpen, kita bisa membaca karya-karya sebelumnya sebagai salah satu cara mencari ide, gagasan, sebagai inspirasi dan landasan kita. Setelahnya, kembali lagi pada diri sendiri apakah kita akan menyetujui gagasan tersebut dengan cara membuat tulisan yang memiliki gagasan yang sama dengan karya tersebut atau menolaknya dengan membuat gagasan baru. Perlu diperhatikan bahwa jika siswa menyetujui gagasan dari karya sebelumnya, tetap harus ada inovasi, konvensi baru yang dihasilkan dari pemikiran sendiri agar karya yang dihasilkan tidak mengandung plagiasi, tetapi menjadi epigon yang kreatif.

Simpulan

Sepotong Senja untuk Pacarku adalah cerpen induk epigon dari cerpen Perkara Mengirim Senja. Sebagai induk epigon atau hipogram, ada beberapa gagagan dan ide Seno yang kembali dituangkan dalam cerpen oleh Jia Effendie. Hal ini dilakukan, karena Jia Effendie selaku pengarang memang memiliki minat tersendiri terhadap karya-karya Seno Gumira Ajidarma yang membuat ia dengan sengaja menggunakan konvensi Seno dalam karyanya. Namun, walaupun karyanya adalah karya epigon, Jia Effendie tetap memberikan inovasi dan kreasi yang baru sehingga karya epiogonnya termasuk ke dalam epigon kreatif, sehingga karya Jia Effendie bukanlah karya yang menjiplak dari karya Seno Gumira Ajidarma.

Berkaitan dengan implikasi intertekstualitas cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku dan Perkara Mengirim Senja terhadap pembelajaran sastra di sekolah, yaitu pemanfaatan dua cerita pendek tersebut sebagai penunjang pembelajaran materi menulis cerpen. Siswa dapat melihat persamaan dan perbedaan gagasan dari dua cerpen tersebut. Selain itu, siswa juga dapat memahami bahwa adalah hal yang lumrah jika seseorang menulis suatu karya karena terpengaruh dari karya sebelumnya dari penulis lain, sehingga diambil pula gagasan dari karya tersebut sebagai landasan untuk karya yang akan diciptakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun