Mohon tunggu...
Litteu Nur El Lailatie
Litteu Nur El Lailatie Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Belajar dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Intertekstualitas Sepotong Senja untuk Pacarku dan Perkara Mengirim Senja serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra

5 Oktober 2024   00:39 Diperbarui: 5 Oktober 2024   00:41 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jika dilihat, memang terdapat hubungan antara cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku dan Perkara Mengirim Senja, yaitu antara karya yang dijadikan landasan atau hipogram dengan karya yang terlahir kemudian atau epigon. Gagasan-gagasan yang diciptakan oleh Seno dalam cerpennya dengan sengaja digunakan kembali oleh Jia Effendie, walaupun memang ada hasil karya cipta tersendiri yang membuatnya sedikit berbeda. Namun, jika dilihat dari kutipan biografi Jia Effendie dalam kumcernya, Perkara Mengirim Senja, disebutkan bahwa Jia Effendie mulai kembali menulis setelah Jia membaca cerpen-cerpen karya Seno Gumira Ajidarma. Dari fakta tersebut, memang ada kesengajaan yang dilakukan oleh Jia Effendie saat melakukan epigon terhadap karya Seno tersebut. Epigon yang diciptakan oleh Jia Effendie adalah epigon yang menyetujui atas konvensi yang telah dibuat oleh Seno. Hal itu, karena dalam cerpen Perkara Mengirim Senja, secara keseluruhan ide tema dan jalan cerita cerpen memang benar-benar mengambil dari ide tema dan jalan cerita cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku.

 

Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra 

Terbentuknya karya sastra bukan tidak mungkin dilandaskan dari karya sebelumnya yang pernah dibaca oleh penulis. Adalah hal yang sah jika suatu karya memiliki kemiripan dengan karya sebelumnya, karena memang ada penulis yang secara terang-terangan menyetujian suatu gagasan, konvensi yang ditampilkan oleh suatu karya, sehingga penulis tersebut melahirkan kembali suatu karya dengan konvensi yang sama.

Pembelajaran sastra di sekolah memiliki muatan materi yang mengharuskan siswa untuk membuat suatu karya, baik itu berbentuk pantun, puisi, prosa, teks drama, dan lainnya. Sebagai pemelajar pemula, pastinya siswa didorong untuk mengenal terlebih dahulu karya-karya para sastrawan. Proses pengenalan tersebut akan membuat siswa mengenal bagaimana gagasan yang ditampilkan dari karya tersebut, yang nantinya akan mendorong siswa untuk menciptakan suatu karya, baik itu yang menyetujui atau menolak konvensi karya terdahulu yang ia baca dan digunakan sebagai referensi.

Cerita pendek Sepotong Senja untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma dan Perkara Mengirim Senja karya Jia Effendie dapat dimanfaatkan sebagai penunjang pada pemberian pengetahuan tentang sastra di sekolah, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) pada pembelajaran apresiasi sastra. Pemanfaatan tersebut disesuaikan dengan materi yang relevan, yaitu materi menulis cerpen. Materi yang digunakan juga sesuai dengan kurikulum dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sehingga siswa dapat menerimanya sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

Pembelajaran yang berkaitan dengan sastra tentu tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan tentang kemampuan berbahasa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Materi menulis cerpen mendorong siswa untuk menghasilkan suatu karya berbentuk cerpen dari hasil imajinasi yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Sebagai stimulus dalam mencari ide, siswa dapat dikenalkan terlebih dahulu dengan karya-karya sastrawan dengan memberi bacaan berupa cerpen, agar siswa mengetahui lebih jelas terkait produk akhir dari tertuangnya ide-ide mereka. Pemberian stimulus dapat dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan, yaitu 1) Membaca karya sastra yang diberikan oleh guru, 2) Mendiskusikan unsur-unsur yang terdapat karya sastra, 3) Melakukan tanya jawab, 4) Membuat simpulan secara bersama. Rangkaian kegiatan tersebut diarahkan secara jelas agar siswa mampu mencerna materi yang diberikan.

Penggunaan dua cerpen di atas yang sama-sama fokus pada senja tersebut dapat mempengaruhi pembelajaran sastra di sekolah. Siswa dapat mengetahui bahwa suatu karya terkadang memang terinspirasi dari karya-karya yang lebih dahulu lahir dan hal itu adalah hal yang diperbolehkan dengan adanya hipogram atau teks yang menjadi latar belakang terbentuknya teks lain dan epigon atau teks yang mengikuti teks sebelumnya. Melalui dua cerpen tersebut, siswa dapat melihat bagaimana persamaan dan perbedaan tiap gagasan dan konvensi dari dua cerpen yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan. Siswa dapat mengambil pelajaran bahwa saat ingin menulis suatu karya, missal cerpen, kita bisa membaca karya-karya sebelumnya sebagai salah satu cara mencari ide, gagasan, sebagai inspirasi dan landasan kita. Setelahnya, kembali lagi pada diri sendiri apakah kita akan menyetujui gagasan tersebut dengan cara membuat tulisan yang memiliki gagasan yang sama dengan karya tersebut atau menolaknya dengan membuat gagasan baru. Perlu diperhatikan bahwa jika siswa menyetujui gagasan dari karya sebelumnya, tetap harus ada inovasi, konvensi baru yang dihasilkan dari pemikiran sendiri agar karya yang dihasilkan tidak mengandung plagiasi, tetapi menjadi epigon yang kreatif.

Simpulan

Sepotong Senja untuk Pacarku adalah cerpen induk epigon dari cerpen Perkara Mengirim Senja. Sebagai induk epigon atau hipogram, ada beberapa gagagan dan ide Seno yang kembali dituangkan dalam cerpen oleh Jia Effendie. Hal ini dilakukan, karena Jia Effendie selaku pengarang memang memiliki minat tersendiri terhadap karya-karya Seno Gumira Ajidarma yang membuat ia dengan sengaja menggunakan konvensi Seno dalam karyanya. Namun, walaupun karyanya adalah karya epigon, Jia Effendie tetap memberikan inovasi dan kreasi yang baru sehingga karya epiogonnya termasuk ke dalam epigon kreatif, sehingga karya Jia Effendie bukanlah karya yang menjiplak dari karya Seno Gumira Ajidarma.

Berkaitan dengan implikasi intertekstualitas cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku dan Perkara Mengirim Senja terhadap pembelajaran sastra di sekolah, yaitu pemanfaatan dua cerita pendek tersebut sebagai penunjang pembelajaran materi menulis cerpen. Siswa dapat melihat persamaan dan perbedaan gagasan dari dua cerpen tersebut. Selain itu, siswa juga dapat memahami bahwa adalah hal yang lumrah jika seseorang menulis suatu karya karena terpengaruh dari karya sebelumnya dari penulis lain, sehingga diambil pula gagasan dari karya tersebut sebagai landasan untuk karya yang akan diciptakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun