Oleh Sucia Hafizah
Media massa memainkan peran sentral dalam membentuk budaya masyarakat modern, menjadi suatu fenomena yang tak terelakkan. Meskipun kontribusinya signifikan dalam ranah budaya, politik, dan ekonomi, tetapi media massa mengambil sorotan kritis. Kritik tersebut, terutama terkait potensinya sebagai instrumen borjuasi, menyoroti dampak negatifnya terhadap kepentingan secara menyeluruh. Artikel ini bertujuan untuk menyelami lebih dalam peran media massa sebagai alat yang melayani kepentingan politik-ekonomi kelompok tertentu, serta dampaknya yang menyebarkan masyarakat ke dalam pola pikir konsumtif. Lebih lanjut, akan dieksplorasi bagaimana kemunculan media sosial dan gelombang gerakan post-modernisme ikut mengubah paradigma media massa secara keseluruhan.
Media massa bukan sekadar cermin masyarakat modern; ia juga menjadi arsitek yang membentuk pola pikir dan nilai-nilai yang menggerakkan perilaku masyarakat. Pada tingkat yang lebih dalam, peran media massa sebagai instrumen borjuasi menggambarkan bahwa kendali atas informasi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok elit, merugikan kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu, artikel ini akan mengungkap lapisan-lapisan peran media massa dan mencoba mengungkap bagaimana hal tersebut menjadi fondasi terbentuknya masyarakat konsumen yang cenderung pasif.
Tidak hanya itu, pergeseran media sosial dan dominasi gerakan post-modernisme memberikan perspektif baru terhadap bagaimana media massa berinteraksi dengan masyarakat. Di era dimana setiap individu dapat menjadi produsen dan konsumen konten, dinamika hubungan antara media dan masyarakat mengalami transformasi yang signifikan. Oleh karena itu, artikel ini akan mencari pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana kemunculan media sosial dan gerakan post-modernisme mewarnai dan merekonstruksi lanskap media massa secara keseluruhan.
Peran Media Massa sebagai Instrumen Borjuasi
Dalam perjalanan kemajuan teknologi, media massa tidak hanya tumbuh sebagai industri raksasa dengan keuntungan finansial yang besar, tetapi juga menjadi instrumen yang memegang peran kunci dalam membentuk pemahaman masyarakat terhadap realitas politik dan ekonomi. Keberhasilan industri media massa ternyata berdampak lebih dalam, mengingat potensi besar untuk menjadi sarana manipulasi oleh kelompok elit kepentingan politik dan ekonomi pribadi mereka.
Kelompok elit yang memiliki kendali atas media memiliki kekuatan untuk membentuk dan memanipulasi narasi publik sesuai dengan agenda mereka. Manipulasi informasi ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, salah satunya melalui pemberitaan yang bias (Meylda Adheista et all, 2020). Narasi yang mendukung agenda politik kelompok tertentu seringkali disusun dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat umum. Misalnya, pemberitaan yang tendensius dapat menciptakan opini yang distorsi terhadap suatu isu, menyebabkan kekoefisien persepsi di kalangan masyarakat.
Dalam konteks ini, media massa tidak hanya menjadi cermin masyarakat, tetapi juga alat untuk membentuk dan mengarahkan opini publik sesuai dengan kepentingan yang dimiliki. Dengan kontrol atas informasi, kelompok elit dapat mengarahkan pemikiran masyarakat sesuai dengan agenda mereka, menciptakan kesinambungan informasi yang merugikan keterbukaan dan partisipasi demokratis. Diperlukan kesadaran masyarakat tentang potensi manipulatif media massa dan kritis terhadap informasi yang disajikan. Media pendidikan yang mempromosikan literasi informasi menjadi kunci dalam membekali masyarakat untuk mempengaruhi pengaruh borjuasi dalam media massa. Dengan demikian, masyarakat dapat menjadi agen aktif yang lebih kritis dan mandiri, mampu membaca informasi dengan pemahaman yang lebih mendalam dan tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang mungkin diarahkan oleh kelompok kepentingan tertentu.
Media Massa dan Masyarakat Konsumen
Salah satu kritik utama terhadap media massa adalah pembentukan masyarakat konsumen. Media massa, melalui daya tariknya yang luas, menciptakan masyarakat yang terfokus pada konsumsi tanpa kritis terhadap informasi yang diterima. Masyarakat Ditempatkan dalam posisi konsumen yang pasif, menerima dan mengonsumsi informasi tanpa pemahaman atau menganalisis secara kritis. Hal ini menciptakan masyarakat yang mudah terpengaruh dan cenderung mengikuti tren tanpa mempertimbangkan kesan yang lebih terhadap kehidupan sosial dan politik. Salah satu contoh yang sering terjadi berupa perkembangna trend fashion mengubah perilaku Masyarakat menjadi konsumtif (Dola Asmita et all, 2019).
Media Sosial dan Transformasi Media Masa
Kemunculan media sosial telah mengubah dinamika media massa secara signifikan. Media sosial memberikan platform bagi partisipasi aktif masyarakat dalam pembentukan dan penyebaran informasi. Namun, paradoksnya, media sosial juga dapat menjadi alat manipulasi dan penyebaran informasi palsu. Kritik terhadap media massa tradisional yang dikendalikan oleh borjuasi juga dapat diterapkan pada media sosial yang sering kali menjadi panggung bagi kepentingan politik dan ekonomi tertentu.