Raden Ajeng Kartini atau biasa disebut Kartini merupakan tokoh pembela emansipasi wanita Indonesia yang lahir pada 21 April 1879. Hari kelahirannya setiap tahun kita rayakan sebagai Hari Kartini.Â
Hari Kartini diperingati sebagai bentuk penghormatan pada Raden Ajeng Kartini yang telah berjuang untuk mendapatkan kesetaraan hak perempuan dan laki-laki.
Perempuan pada masa itu kesulitan untuk mendapatkan kesetaraan dalam berbagai hal, terutama di bidang pendidikan. Namun, kini perempuan telah mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki dalam kesempatan berpendidikan.Â
Kartini mengajarkan perempuan untuk senantiasa belajar meningkatkan kualitas diri, berprestasi, dan berdedikasi di lingkungannya.
Kini, perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan penyebaran informasi menjadi tidak terkendali. Banjir informasi ini menyebabkan orang-orang lebih mudah menyebarkan informasi tanpa berusaha memverifikasi kebenaran informasi tersebut.Â
Fenomena banjir informasi disebabkan karena seiring perkembangan zaman, masyarakat bisa turut andil dalam memproduksi informasi untuk diunggah di media sosial maupun kanal resmi media ataupun berperan menyebarkan informasi.Â
Dalam membuat dan menyebarkan informasi ini, tentu pendapat pribadi penulis dapat mempengaruhi opini publik. Kurangnya literasi masyarakat Indonesia menyebabkan masyarakat menelan mentah-mentah informasi tanpa memverifikasi kebenaran informasi tersebut.
Fenomena banjir informasi juga semakin diperkeruh dengan kualitas jurnalisme di Indonesia yang buruk. Kebanyakan media-media berita di Indonesia menyebarkan berita tanpa memperhatikan kebenaran informasinya hanya demi mengejar views atau jumlah click. Kebanyakan media-media mainstream ini menggunakan judul clickbait yang tidak berhubungan dengan isi berita.
Koordinator Nasional Garda Matahari, Muhammad Azrul Tanjung dalam wawancaranya dengan AntaraNews.com menyebutkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam mengatasi hoaks atau kabar bohong. Menurutnya, perempuan harus menjadi agen literasi media dalam mengingatkan suami, anak, dan keluarganya untuk senantiasa berpikir positif dengan pendekatan emosional yang tepat. Perempuan merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Oleh karena itulah, literasi media penting diberikan untuk kaum perempuan.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPA), Agustina Erni dalam Webinar IEEE Foundation: Kiat Menjadi Bijak Menghadapi Informasi Hoks di Masa Pandemi Covid-19 juga menyatakan bahwa perempuan lebih banyak terpapar hoaks selama pandemi Covid-19. Tercatat kasus hoaks meningkat sebesar 17%.Â
Menurutnya, perempuan lebih mudah terpapar hoaks isu kesehatan dikarenakan keadaan psikologis dan emosinya. Apalagi perempuan yang telah berkeluarga akan cenderung mudah terpapar hoaks karena ia memiliki rasa khawatir yang lebih terhadap anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.