Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa bio etanol merupakan cairan biokimia atau etanol yang diperoleh melalui proses fermentasi, sehingga proses ini memerlukan bantuan dari mikroorganisme yaitu khamir. Khamir yang biasa digunakan dalam proses fermentasi etanol secara industri adalah Saccharomyces cerevisiae, S. uvarium, Schizosaccharomyces sp., dan Kluyveromyces sp.
Khamir dapat mengubah substrat gula menjadi bioetanol, tergantung spesies khamir yang digunakan. Umumnya, mikroorganisme dapat tumbuh dan memfermentasi gula menjadi etanol secara efisien pada pH 3,5- 6,0 dan dengan suhu 28-35 0C.
Dalam proses pengembangan produksi alkohol, metode yang paling banyak digunakan adalah  fermentasi dan distilasi. Hidrolisis senyawa selulosa pada tongkol jagung meliputi beberapa metode yaitu kimia dan enzimatik. Hambatan hidrolisis selulosa, baik asam maupun enzimatik, disebabkan oleh struktur kristal dan peran lignin sebagai pelindung selulosa. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan perlakuan awal terhadap bahan yang akan dihidrolisis.
Salah satu metodenya adalah perlakuan delignifikasi dengan menggunakan basa. Delignifikasi dilakukan dengan menggunakan larutan NaOH. Selain itu larutan NaOCl juga dapat digunakan karena larutan ini dapat merusak struktur lignin, melepaskan selulosa yang ada pada jaringan serta bagian kristalin dan amorf, memisahkan sebagian lignin dan hemiselulosa serta menyebabkan pembengkakan pada struktur selulosa. Selulosa yang disortir mudah dihidrolisis oleh asam dan menghasilkan glukosa dalam jumlah maksimal.
Tantangan Bioetanol sebagai Bahan Bakar
Sebelum digunakan pada kendaraan atau sebagai bahan bakar, bioetanol harus memenuhi standar tertentu yang telah ditetapkan. Sayangnya, kualitas bioetanol, yang dinyatakan dalam sifat fisik dan kimia, sangat bervariasi dan bergantung pada bahan dasar dan proses produksi.
Bioetanol dari tongkol jagung harus bersaing dengan bahan bakar fosil murah yang tersedia dalam jumlah besar. Hal ini menimbulkan tantangan ekonomi saat memasarkannya.
Meskipun bioetanol tongkol jagung mempunyai potensi untuk menjadi sumber bahan bakar yang lebih berkelanjutan, beberapa tantangan ini harus diatasi melalui inovasi dalam teknologi produksi, pengelolaan sumber daya, dan kebijakan energi agar lebih praktis dan efektif.
Nah bagiamana sobat, apakah kalian tertarik menggunakan bioethanol untuk bahan bakar pengganti BBM?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H