Halo sobat kompasianaa!
Seperti yang kita ketahui saat ini, sampah plastik menjadi masalah lingkungan yang sulit diatasi. Sampah plastik menduduki peringkat ke tiga dari jumlah total produksi sampah. Di Indonesia sendiri rata-rata orang menghasilkan sampah 0,5 kg dan 13% diantaranya adalah sampah plastik.
Terbayang ya sobat, bagaimana menumpuknya sampah plastik dibumi kita ini.
Kita sangat bergantung terhadap penggunaan plastik yang sebenarnya kita tahu dampak yang ditimbulkan limbah plastik terhadap lingkungan.
Banyak program pelatihan, penyuluhan dan kampanye untuk mengatasi limbah sampah telah dilakukan, tetapi fakta dilapangan masih saja sampah plastik menjadi masalah yang belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Dengan adanya kesadaran terhadap bahayanya sampah plastik, perlu adanya peralihan penggunaan bahan plastik yang sulit terurai dengan menggunakan bahan yang mudah terurai (biodegradable).
Inovasi Bioplastik Ramah Lingkungan
Bioplastik atau biodegradable merupakan plastik yang dapat hancur terurai menjadi air dan gas karbondioksida oleh aktivitas mikroorganisme setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan, sehingga tidak meninggalkan sisa yang beracun dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Bioplastik seringkali diperoleh dari sumber daya terbarukan seperti polisakarida (selulosa, pati, pektin, kitin), protein (gluten, kasein, gelatin), lipid (minyak hewani dan nabati) atau bahkan suatu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu (mikroalga).
Proses pembuatan bioplastik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu temperatur untuk membentuk bioplastik, konsentrasi polimer dan juga plsticizer yang digunakan.
Kedelai Sebagai Bahan Dasar Bioplastik
Sobat kompasaiana, tahu merupakan salah satu bahan olahan yang terbuat dari kedelai, dimana dalam pengolahan tahu dihasilkan limbah yang disebut dengan ampas tahu. Ampas tahu merupakan limbah dari proses produksi tahu yang berupa padatan atau semi solid dan memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Ampas tahu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan ampas makanan lainnya.
Protein dapat dibagi dalam tiga kelompok sifat fungsional utama yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu sifat hidrasi yang berhubungan dengan kadar air didalamnya, sifat yang berhubungan dengan interaksi antar protein seperti pembentukan gel, serta sifat permukaan seperti emulsifikasi.
Proses pembentukan gel merupakan bentuk molekul yang berada diantara padat dan cair. Dalam pembentukan gel ini protein diuraikan menjadi beberapa bagian seperti, denaturasi bagian molekul protein atau perubahan konformasi. Denaturasi protein sendiri merupakan perubahan sekunder, tersier dan kuarter tanpa mengubah struktur primernya atau tanpa memotong ikatan peptida.
Protein kedelai menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk bahan dasar pembuatan bioplastic karena memiliki 20 kandungan asam amino pada tiap rantainya.
Bahan Pembuatan Bio Plastik
Kulit ari pada kedelai memiliki kandungan bobot kering selulosa 42%, hemilosa 16% dan lignin 2%. Selulosa merupakan biopolymer yang memiliki sifat termoplastik sehinggga berpotensi untuk di bentuk dan dicetak menjadi bioplastik kemasan.
Penambahan plasticizer dapat menurunkan kekuatan antarmolekul dan sifat penghalang bioplastik, namun karena dapat meningkatkan fleksibilitas bioplastik, sangat bermanfaat untuk produksi bioplastik. Gliserol merupakan salah satu pemlastis yang efektif karena memiliki kemampuan, selain mereduksi ikatan hidrogen internal pada ikatan antarmolekul, juga dalam produksi bioplastik dapat mengurangi kerapuhan dan daya tahan bioplastik, apalagi jika disimpan pada suhu rendah.
Gliserol sebagai bahan utama plasticzer untuk bioplastic dapat diperoleh dari minyak jelantah. Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang sudah melalui proses penggorengan berulang kali, sehingga mengandung senyawa senyawa yang bersifat karsinogenik atau yang sering disebut dengan asam lemak jenuh, dalam jangka waktu tertentu dapat menyebablan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan free fatty acid (FFA) dan jika dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan penyakit pada tubuh.
Limbah Ampas Tahu Untuk Bioplastik
Seperti yang telah dijelaskan diatas dalam proses produksi tahu dihasilkan limbah ampas tahu dimana limbah tersebut juga berupa limbah cair. Limbah cair pada produksui industri tahu memiliki kandungan senyawa orgaik yang cukup tinggi, limbah cair tahu (whey) ini dihasilkan dari air bekas pencucian kedelai, perendaman kedelai, air bekas pembuatan tahu dan air bekas perendaman tahu yang berpotensi tinggi dapat mencemari lingkungan.
Kandungan bahan organik pada limbah cair tahu ini antara lain karbohidrat, protein, lemak dan unsur hara. Limbah cair tahu dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan bioplastik, dimana bioplastic terbuat dari senyawa seperti pati, bakteri selulosa, protein, dan lipid yang dapat ditemukan pada kandungan yang ada pada limbah cair tahu.
Sebagaimana terdapat kandungan yang ada pada limbah cair tahu, potensi bahaya pada pencemaran lingkungan lebih besar apabila limbah cair tahu tersebut tidak diolah terlebih dahulu.
Dengan penanganan limbah yang bijak kita dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran limbah produksi bahan olahan kedelai dan juga pencemaran plastik yang masih sulit diatasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H