Sekitar sepuluh tahun yang lalu, saat saya masih kuliah, saya pernah diajak teman saya ikutan sahur on the road. Karena saya baru tahu istilah itu, jadi saya menerka-nerka kalau sahurnya di pinggir jalan. Saya pun membayangkan apa nggak serem ya apalagi jamnya sahur pasti sepi. Teman saya bilang kalau kita banyak orang. Walaupun agak-agak khawatir, saya pun menyetujuinya.
Pastinya sahur on the road membuat jam tidur saya berkurang. Yang saya ingat waktu itu, saya dan teman-teman membagi-bagikan makanan bungkus ke tuna wisma yang tidur di pelataran ruko. Dengan mata setengah mengantuk, saya menyusuri jalan-jalan dekat Masjid Jami' Kota Malang untuk membagi-bagikan sama teman saya. Begitu selesai, kami pun makan di alun-alun kota yang belum diubah seperti sekarang.
Ternyata sahur on the road juga menuai kontra. Pihak yang kontra melarang sahur on the road karena memberi dampak negatif.
1. Lingkungan Kotor
Beberapa pihak yang sadar akan kebersihan pasti akan mengumpulkan sampah makanan dan membuangnya di tong sampah. Tapi bagaimana yang tidak peduli? Jalanan dan fasilitas publik tempat Sahur On The Road jadi kotor.
2. Vandalisme
Sahur On The Road juga rawan terhadap penghancuran dan kerusakan fasilitas publik atau vandalisme seperti yang terjadi di Underpass Mampang dimana beberapa orang melakukan aksi corat-coret dinding Underpass.
3. Kecelakaan
Saat orang sahur, jalanan cukup sepi atau lengang. Kondisi ini dimanfaatkan oleh orang-orang untuk kebut-kebutan yang bisa menyebabkan kecelakaan hingga meninggal.
4. Resiko pencurian motor
Dengan kondisi jalanan yang sepi, tempat parkir biasanya tidak ada penjaganya. Maka kegiatan Sahur On The Road bisa memancing seseorang untuk melakukan pencurian motor.