Lupa. Kebanyakan orang sangat membencimu ketika kamu membuat mereka kelabakan saat terlupa. Hampir semua orang pernah merasakanmu.
Saat mereka ingin menghubungi seseorang, mereka lupa menaruh handphone dimana. Alhasil mereka marah-marah.
Ketika mereka sedang kencan dengan kekasihnya dan berlagak sudah ingin membayari makanan ternyata dompetny ketinggalan.
Sepertinya hampir semua orang pernah merasakanaang lupa taruh handphone. Lupa taruh kunci motor atau mobil padahal lagi terburu-buru. Lupa membilas pakaian yang direndam sampai sudah bau karena berhari-hari dii ember. Lupa mengambil jemuran sampai akhirnya kehujanan lagi padahal besoknya baju mau dipakai. Atau lupa menekan tombol rice cooker padahal sudah berharap mau buka puasa dengan lauk ayam crispy.
Kalau saya paling sering lupa meletakkan kacamata. Bagaimana bisa mencari kacamata kalau dua mata saya ini sama-sama minus. Akhirnya saya sering mencari kacamata dengan posisi bungkuk karena tidak kelihatan. Setiap saya bertanya pada suami, dia juga tidak tahu.
Kalau sudah tidak ketemu-ketemu, rasanya ingin mengamuk. Pernah saya dalam satu hari tidak memakai kacamata sama sekali. Bayangkan saja pas memasak saya harus mendekatkan kepala saya ke wajan yang uapnya membuat wajah dan mata panas. Gara-gara hanya ingin lihat perubahan warna pada sayur bahkan tempe goreng sudah matang apa belum. Bahaya banget kan, bisa-bisa saya kecipratan minyak. Eh, ketemunya malah di bawah kasur gara-gara anak menjatuhkan sesuatu.
Penyakit lupa itu memang sangat menyebalkan. Bahkan menyerang siapa saja, orang tua juga anak muda. Apalagi ditambah kata-kata "masih muda kok sudah pelupa." Duh, namanya juga manusia, tempatnya salah dan lupa.
Tapi ada juga loh lupa yang sangat menyenangkan.
Yaitu lupa berpuasa.
Saya terkadang lupa kalau berpuasa. Setiap saya menyuapi anak saya, biasanya saya juga ikut makan. Waktu puasa, saya hampir melakukannya. Untung saya ingat. Jadi batal ikut makan.
Setiap saya memasak, biasanya saya cicipi dan saya telan. Untungnya saat mencicipi makanan saya langsung teringat saya berpuasa. Langsung saja saya membuangnya.
Sore tadi ketika saya ke swalayan dekat rumah saya membeli kurma dan susu formula untuk anak. Setelah selesai berbelanja, saya pun antri di kasir.
Saya melihat seorang bapak-bapak dan anak kecil, sepertinya bapak-bapak ini adalah kakeknya. Sang anak sepertinya bayi berusia delapan  bulan.
Ternyata mereka membelikannya es krim. Sang kakek pun memberikan pada cucunya. Tiba-tiba saya melihat si bapak mengigit es krimnya.
"Loh! Lupa kalau ini puasa," katanya sambil melihat ke arah ku dan para pembeli yang lihat.
Aku terkekeh. Kok bisa saja sih bapaknya kalau lupa lagi puasa.
"Piye iki? Tak telan opo piye?" Tanyanya lagi sambil melihat ke arah kami. Ekspresinya biasa saja.
Loh, ternyata belum ditelan. Masih di dalam mulut. Ealah, Pak, kalau masih di dalam mulut ya dikeluarkan, Pak, kan belum sampai tenggorokan. Jadi seperti mencicipi makanan asal tidak masuk dalam tenggorokan jadi belum batal, batinku dalam hati.
Ekspresi bapaknya seperti tidak ada merasa bersalah sama sekali.
"Yowes, tak telen ae. Wong nggak sengaja," ucapnya lagi innocent seolah tak ada penyesalan. Saya kaget. Kalau itu namanya sengaja menelan, Pak. Haha. Ada-ada saja.
Sepanjang perjalanan aku masih terkekeh-kekeh mengingat wajah bapaknya yang innocent. Wah, itu sih namanya lupa yang sangat menyenangkan! Hayo, ngaku, siapa diantara rekan Kompasiana, pernah lupa lagi puasa trus makan tapi kemudian lupa?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI