Mohon tunggu...
Litaa
Litaa Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Suka nulis aja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Olina (Episode 1)

20 Juni 2023   00:49 Diperbarui: 20 Juni 2023   01:03 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Olina pergi sekarang, kamu harus tetap hidup nak."

Ayah memintanya untuk pergi melalui pagar pembatas yang sudah di robohkan.

Sementara kabut hitam semakin dekat akan menyelimuti benteng di desa.

"Pa, apakah Papa Akan pergi bersama Olina?"

"Olina papa tidak bisa sekarang, kamu harus mengerti situasi." desak ayahnya.

"Papa Olina tidak mau, Olina tidak mau."

Olina tidak mau berpisah dengan sang ayah setelah ibunya menghilang sepuluh tahun yang lalu.

  "Olina, pergilah! Papa akan menyusul. Cepat!"

Karena keadaan terdesak dan kabut hitam semakin dekat, ayah hanya bisa mengelabui anaknya agar anaknya selamat meskipun hanya sebuah kemungkinan.

"Papa, jangan lama-lama."

Olina pun berlari ke hutan tanpa henti, menuruti nasihat ayahnya untuk tidak menoleh sedikitpun. Tangannya tidak lepas dari pita berwarna pink yang mengikat rambut panjang yang tergerai.

Berlari di hutan belantara ternyata sangat menakutkan, Olina mendengar suara aneh dari berbagai sisi, tetapi gadis itu masih tabah dan tegar, ia percaya ayahnya akan menyusul mungkin saja ada dibelakangnya melawan binatang buas dan apa saja yang menghalang jalannya.

Lambat laun suara macam mengaum semakin dekat membuat keberaniannya goyah. Olina berlari sambil menangis ketakutan.

"Papa tolong ... Olinaa ..."

Olina tidak mendengar suara ayahnya menyahut, sebaliknya suara macam mengaum semakin kencang, artinya binatang buas itu sudah sangat dekat darinya.

"AAAAA ...!"

Jeritan terakhir Olina bergaung di hutan belantara nan luas, macam berhasil menerkamnya sehingga ia melambung tinggi di udara sebelum terjatuh di permukaan tanah.

Macam buas yang kelaparan di pastikan sudah senang melihat santapan siang didepannya perlahan maju mencium darah dari luka gadis itu.

Sayangnya setelah mulutnya menganga lebar menampakkan taring tajamnya, sebuah pedang tertancap di perut bagian samping.

Seorang pria bertubuh tinggi muncul dari udara mendarat tepat di hadapan Olina.

    Pria tampan berjubah biru tua membawa gadis cantik yang terluka menuju sebuah gua.

Dialah Eldward yang menyelamatkan Olina dari macam buas di belantara.

Sesampainya di dalam gua yang isinya seperti istana kuno, Eldward meletakkan Olina di sebuah ruangan dan memeriksa luka di lengan kiri Olina.

Saudara kembar Eldward yang bernama Aldward datang.

Mereka adalah dua saudara kembar, kendatipun begitu kepribadian mereka jelas berbeda dan jubah Aldward yang berwarna hijau tua membedakannya dari Eldward.

Dua saudara ini sudah tinggal di Belantara ribuan tahun, namun mereka bukanlah iblis ataupun siluman tetapi penjaga hutan belantara. Kekuatan dan kesaktian mereka sangat besar tidak kalah hebat dari kekuatan siluman ular.

Karena kedua saudara itu selalu bertapa yang menjadi keperyaan untuk mendapatkan kesaktian

"Eldward mengapa kau membawa gadis ini kemari?"

Aldward menghampiri saudaranya yang sedang meletakkan seorang anak kecil lalu mengeluarkan pedangnya hendak menikam Olina yang belum sadar tetapi Eldward mencegahnya.

"Biarkan dia hidup."

"Manusia biasa sepertinya tidak boleh tinggal disini, binatang buas pasti akan mengincarnya termasuk para siluman, ini akan mengacaukan ketenteraman kita."

Aldward tidak bisa menerima keputusan saudara kembarnya membawa manusia lain ke gua mereka. Bagaimanapun gua mereka dikelilingi oleh kehidupan para siluman.

"Aku bilang biarkan dia tetap hidup!"

Tegas Eldward.

"Bagaimana mungkin Eldward, kau tahu sendiri dia ini anak kecil perempuan, mana mungkin bisa bertahan hidup seperti kita. Dia akan menjadi beban saja." Aldward tidak terima.

"Aldward biarkan dia tetap hidup, aku yang akan mengawasinya!"

Aldward menggeleng-gelengkan kepalanya karena saudaranya tidak sepemikiran dengannya, ia pun memilih pergi daripada mereka berujung berkelahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun