Mohon tunggu...
Lita Chan Lai
Lita Chan Lai Mohon Tunggu... Freelancer - Semangat Jiwa

---hanya perempuan biasa--- menyukai petualangan alam terbuka,traveling, aktif dikegiatan pecinta alam, senang bersosialisasi dan suka menyimpan buku dibawah bantal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksistensi Candi Kimpulan dan Nasib Jero Wacik

4 November 2016   01:39 Diperbarui: 4 November 2016   02:22 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Candi Kimpulan Dalam Lingkungan Kampus UII, Yogyakarta. (dokumen pribadi)

Pernah mendengar Candi Kimpulan? Candi yang ada didalam sebuah bangunan perpustakaan di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Candi Kimpulan warisan budaya adiluhung karya cipta sebuah generasi. ditemukan, dikenali dan dilestarikan oleh rasa handarbeni, rasa peduli dan atmosfir harmoni yang hidup dalam dinamika budaya warga bangsa.

Candi Kimpulan memang tidak begitu terkenal seperti candi-candi yang ada di Yogyakarta dan tidak juga banyak yang tahu. Aku sendiri tahu candi Kimpulan ini dari Mantan Menteri Pariwisata era zaman SBY yaitu bapak Jero Wacik.

Pada saat itu Jero Wacik dikabarkan , bahwa ada penemuan Candi di dalam wilayah kampus UII.Candi yang tidak besar dan luas. Candi ini ditemukan secara tidak sengaja pada 11 Desember 2009 ketika tengah diadakan penggalian untuk fondasi proyek pembangunan perpustakaan UII. Candi ini terkubur sekitar lima meter di bawah tanah.

Awalnya penemuan candi ini menjadi dilema bagi Jero Wacik sebagai Menteri Pariwisata dan Kebudayaan. Umumnya jika ada penemuan sebuah situs atau candi, lokasi penemuan tersebut otomatis menjadi milik pemerintah yang dilindungi oleh undang-undang yang berlaku.

Batu Penandatangan Jero Wacik dan Pendiri UII (dokpri)
Batu Penandatangan Jero Wacik dan Pendiri UII (dokpri)
Pada saat itu situs candi yang ditemukan mempunyai 2 pilihan :
  • Tanah tempat candi ditemukan di ambil alih oleh Pemerintah dan menjadi hak Negara.
  • Candi tersebut akan di pindahkan ke sebuah museum dan UII tetap melanjutkan pembangunannya.

Namun Jero Wacik yang beragama hindu ini memiliki rasa yang mendalam terhadap penemuan situs candi ini,  yang kebetulan memang candi ini jelas bersifat HinduSiwaistik . Sebagai orang yang beragama dan bertoleransi tinggi, dia memutuskan untuk menggabungkan kedua agama ini berjalan berdampingan. UII yang notabene berasal dari agama Islam bisa memiliki candi yang berasal dari agama hindu. Jadilah sebuah perpustakaan yang didalamnya terdapat sebuah situs candi yang diberi nama Candi Kimpulan.

Berdasarkan nama tersebut, Candi ini pada saat pertama kali ditemukan dikenal oleh masyarakat luas sebagai Candi UII (Candi Universitas Islam Indonesia), karena ditemukan di lingkungan Kampus UII. BP3 menamai candi ini Candi Kimpulan berdasarkan nama desa setempat. Akan tetapi Yayasan Badan Wakaf UII mengusulkan nama lain, Pustakasala yang berarti "perpustakaan" dalam bahasa Sanskerta. Maksud penamaan ini untuk menekankan sejarah penemuan candi di tempat yang semula hendak dibangun perpustakaan.  Nama ini juga untuk menggambarkan nuansa pendidikan universitas, ditambah lagi arca Ganesha yang ditemukan di situs dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan, intelektual, dan kebijaksanaan.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Candi ini jelas bersifat Hindu Siwaistik. Akan tetapi arsitektur candi ini tidak lazim, lain daripada gaya candi-candi yang lazim ditemukan di kawasan ini. Tidak seperti candi bergaya Jawa Tengah lainnya, tubuh candi dan atap dari batu tidak ditemukan. Candi ini berukuran kecil dan sederhana ukiran hiasannya. Candi ini hanya terdiri dari beberapa bujur sangkar landasan candi berpagar serta tangga dan celah masuk berhias antefiks berukir Kala. Ruang dalam terdapat arca Ganesha, Nandi, dan Lingga-Yoni.

Sejauh ini para ahli menduga bahwa gaya arsitektur dan sejarah candi ini bersifat sederhana. Tubuh, tiang, dan atap candi kemungkinan besar terbuat dari kayu atau bahan organik lainnya yang mudah lapuk dan telah musnah tanpa meninggalkan sisa. Bentuk asli candi ini mungkin serupa dengan pura Hindu Bali dengan atap meru yang menjulang dari bahan kayu, sirap, atau atap ijuk. Tidak seperti Candi Prambanan, candi kerajaan yang megah dan berukir indah dan mewah, Candi Pustakasala boleh jadi hanyalah candi desa sederhana yang dibangun masyarakat umum di suatu desa di pinggiran ibu kota kerajaan.

blogger yang datang mengunjungi Candi Kimpulan (dokpri)
blogger yang datang mengunjungi Candi Kimpulan (dokpri)
Seperti Candi Sambisari, Candi Morangan, dan Candi Kedulan, candi ini diperkirakan terkubur bersamaan akibat letusan Gunung Merapi di dekatnya yang meletus sekitar seribu tahun yang lalu. Penemuan candi ini merupakan penemuan arkeologi yang paling menarik di Yogyakarta baru-baru ini, serta menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan adanya candi-candi lain yang masih terkubur oleh lahar dan debu vulkanik Gunung Merapi.

Penelitian lebih lanjut dan penggalian arkeologi dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta. Candi ini jelas bersifat HinduSiwaistik, dan berdasarkan gaya ukiran dan arca menunjukan bahwa candi ini dibangun pada kurun waktu abad ke-9 sampai ke-10 pada masa Kerajaan Mataram Kuna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun