Namun ada pula yang memandang bahwa masuk perguruan tinggi bertujuan untuk mencari gelar/sertifikat, mungkin juga ini berkait mengejar status sosial. Nah, kelompok yang inilah biasanya tidak mau repot-repot pada urusan yang rumit seperti menyusun karya ilmiah yang memang prosesnya relatif lama (cermat, teliti, tekun, penuh tantangan, dan berani memperbaiki kesalahan, siap diuji serta penuh tanggung jawab).
Kelompok ini (pemburu gelar dan status sosial) cenderung bersikap praktis dan pragmatis, segala sesuatu maunya harus seketika jadi. Dan ini yang mendorong tumbuhnya 'biro jasa karya ilmiah" atau terjadinya kasus jual beli karya ilmiah diberberapa tempat.Â
Sangat memprihatinkan bilamana kelompok pemburu gelar dan status sosial tersebut masih  merebak dimana-mana. Citra perguruan tinggi menjadi menurun ibarat "setitik nila -- merusak susu sebelanga", kualitas karya ilmiahnya masih mengundang tanya sehingga kelulusannyapun pantas diragukan.
Dunia perguruan tinggi yang diharapkan mampu bekontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia akan berangsur-angsur suram. Pendidikan tinggi hanya menjadikan menara gading yang ikut meluluskan mereka yang tidak berprestasi.
Jangan-jangan nantinya semakin menggejala bahwa seseorang masuk/ikutan kuliah di perguruan tinggi -- tidak lebih dari sekedar pilihan gaya hidup (life style) di era kekinian? Persoalan ini perlu segera dicari solusinya terutama oleh pihak-pihak yang berkompeten.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H