Menghadapi teknologi yang semakin maju, kasus setiap sekolah tentunya tidak jauh berbeda atau malah kemungkinan juga sama dengan seluruh sekolah di Indonesia.Â
Menyambut pemerintah yang sudah mulai merintis pendidikan berbasis IT. Tidak sedikit permasalahan yang menghambat pendidikan berbasis IT ini, di antaranya masalah jaringan/ sinyal juga peserta didik yang tidak memiliki smartphone, terkadang punya smartphone tetapi dibawa kerja orang tuanya.Â
Lalu bagaimana agar anak tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik walaupun tidak mempunyai smartphone? Untuk sementara mengatasi keterbatasan ini bisa disiasati dengan dua peserta didik satu smartphone, jadi selain masalah keterbatasan sarana teratasi juga masih ada interaksi dengan teman meskipun pembelajaran berfokus pada smartphone.
Baca juga: Kecakapan Pendidik Abad 21
Tidak dipungkiri bahwa kasus penyalahgunaan teknologi sedang marak...
Menggunakan cara belajar di mana pembelajaran tatap muka dan online menjadi satu kesatuan, tidak sedikit di berbagai sekolah terdapat fenomena pembelajaran abad 21 yang terjadi pada peserta didik. Kebanyakan peserta didik lebih suka berinteraksi dengan smartphone daripada dengan teman-teman yang lain secara langsung.Â
Pada saat jam istrahat sekolah mereka lebih suka bergerombol main games bersama dengan masing-masing memegang smartphone tanpa memperhatikan sekitar.Â
Pada status whatshap mereka pun tak jarang terdapat unggahan games yang telah mereka selesaikan atau screenshot chat maupun foto-foto selfy mereka beserta komentarnya. Ini adalah salah satu peluang kita sebagai pendidik untuk memberi teladan dan membuat peserta didik kagum.Â
Diperlukan benar-benar strategi yang efektif untuk mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik untuk menanggulangi hal itu. Sebagai contoh ajak peserta didik  membuat vlog bersama dengan konten tema yang sudah disepakati.Â
Baca juga: Tuntutan Kecakapan Siswa di Abad 21
Di antaranya juga membuat peraturan kelas bahwa penggunaan smartphone di kelas adalah untuk pembelajaran dimana untuk browsing materi yang masih dianggap sulit, selain itu mendampingi peserta didik mencari soal-soal latihan online yang bisa mereka pelajari mandiri.Â
Setelah itu membahasnya bersama di kelas bersama-sama. Penggunaan smartphone harus dibatasi hanya untuk kepentingan pendidikan bukan untuk main game, apalagi di jam belajar, dan hal itu harus ada pernyataan dari orang tua bahwa sanggup, bersedia, dan setuju dengan peraturan sekolah dan siap menerima sanksi apabila terjadi pelanggaran.Â
Pemberian tugas diupayakan lebih banyak yang diberikan melalui IT, hal itu bertujuan untuk memaksa peserta didik agar mau belajar menggunakan IT yang ada untuk kepentingan pendidikan. bukan untuk main game yang cenderung merugikan peserta didik.Â
Selanjutnya bisa dipikirkan untuk bisa mengembangkan penggunaan IT, dengan membuat game edukasi atau aplikasi kuis yang bisa membuat mereka beralih kegemaran dari bermain game online menjadi bermain game edukatif. Pendidik sebisa mungkin menghindari untuk melarang peserta didik dengan sikap otoriter.. Dibentuk pula sebuah grup whatshap untuk saling sharing.Â
Dalam kegiatan pengawasan sesekali Guru boleh memberi komentar tentang status whatshap peserta didik sehingga selain menjalin kedekatan dengan peserta didik, sekaligus memantau sedikit banyak kegiatan mereka bersama smartphone.Â
Tentunya peran serta orang tua di rumah juga dilibatkan untuk membantu pengawasan terhadap penggunaan smartphone. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk melakukan pendampingan dan pembatasan peserta didik dalam pemanfaatan teknologi agar tidak salah tempat.Â
Semua ini adalah tantangan bagi pendidik dan pihak terkait untuk belajar dan terus belajar dengan penuh integritas supaya dapat mengawal generasi penerus bangsa dalam mengembangkan hard skill dan soft skill.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H