Suasana kamar mengingatkan dirinya akan masa lalu dimana saat dia dan kakak perempuannya masih kecil seringkali di minta membantu ibu dan tantenya untuk menyediakan makanan, menata ruang makan, merapikan peralatan dll. Selain itu, ketika dirinya dan kakak perempuannya sedang bercanda dan tertawa akan segera diingatkan oleh tantenya dan mengatakan jika perempuan harus sopan dan lembut.
 Ji Young juga teringat dimana mertua ibu Ji Young selalu menekankan bahwa harus memiliki anak laki-laki untuk penerus keluarga dan mengatakan bahwa anak perempuan jika sudah menikah sepenuhnya menjadi hak milik suami dengan begitu secara perlahan akan melupakan orang tuanya sehingga memprioritaskan harus ada anak laki-laki dalam sebuah keluarga.Â
Beranjak dari tempat tidur, Ji-Young melihat pena yang mengingatkan kembali kenangan dimana dia bercita-cita menjadi seorang penulis dan amat menginginkan ayahnya membelikan pena tersebut akan tetapi ayahnya hanya membelikan untuk adik laki-lakinya.
Adegan berpindah ketika Ji-Young dan suaminya sedang berada di rumah. Sebelum berangkat kerja Dae-hyun meminta istrinya untuk segera mengunjungi psikiater demi kesehatannya.Â
Dae-hyun khawatir istrinya sedang mengalami depresi postpartum. Ji-Young mengiyakan dan segera melakukan rutinitas harian sebelum berangkat mengunjungi psikiater.
Diperjalanan menuju tempat penitipan anak, Ji-Young melihat seorang gadis muda yang sedang berangkat kerja dan mengingatkan dirinya dimasa lalu yakni sebagai seorang pekerja kantoran tepatnya bagian pemasaran. Prioritas utama pada tempat kerja Ji-Young dahulu adalah pria.Â
Sepandai apapun wanita di kantor tersebut, pada akhirnya tetap para pria yang akan menerima prioritas kenaikan jabatan. Para petinggi kantor beranggapan bahwa wanita tidak selayaknya untuk ambisius terkait dengan pekerjaan karena masih memiliki tanggungjawab mengurus keluarga dan utamanya merawat anak.Â
Mereka mengatakan bahwa ketika anak tidak langsung dirawat oleh ibunya akan menyebabkan anak tersebut kurang dalam hal apapun terkait dengan kecerdasan, sopan santun dll.Â
Tersadar, Ji-Young segera melanjutkan perjalanan untuk menuju ke tempat psikiater, akan tetapi karena merasa sehat dan pemeriksaan yang dianggap terlalu mahal akhirnya dia memutuskan untuk tidak melakukannya.
Keesokan harinya, Ji-Young bertemu dengan mantan rekan kerjanya yang mengatakan bahwa terdapat kesempatan kerja kembali jika dirinya ingin bekerja. Ji-Young merasa senang dan mencoba untuk meminta izin suaminya.Â
Di luar dugaan, suaminya tidak mengizinkan Ji-Young dengan alasan kesehatan dan takut jika istrinya kelelahan karena harus melakukan double job yakni mengurus anak dan bekerja.Â