Mohon tunggu...
Listiyo Yuniarti
Listiyo Yuniarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang mulai belajar menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pandangan Generasi Muda di Tuban Jawa Timur terhadap Kesenian Sandur

30 Maret 2023   16:46 Diperbarui: 30 Maret 2023   16:53 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan Generasi Muda di Kabupaten Tuban Jawa Timur

Terhadap Kesenian Sandur

Ditulis oleh: Listiyo Yuniarti

Abstract

Sandur is a native art of Tuban and Bojonegoro, East Java. Along with the times, sandur art slowly began to become extinct, especially among the younger generation. Because, sandur art performances are rarely shown and introduced so they are currently less popular. This research was conducted to determine the low level of attachment of the younger generation to sandur art as a local culture. With this research, it is hoped that it can provide motivation for the younger generation to preserve local wisdom, especially sandur arts for the younger generation in the Tuban Regency, East Java. This research uses a qualitative method because it collects a person's views on the issues raised. In this study, data collection was obtained by distributing questionnaires to the younger generation in the Tuban area, East Java. The results of this study as many as 58.1% of 62 respondents knew about sandur art. However, 71% have never witnessed sandur art in person.  As many as 70% of respondents stated that sandur art is less attractive. From these results, it can be concluded that the younger generation in the Tuban Regency of East Java is still mostly familiar with sandur art.  However, in this study, it was also obtained that many of them stated that sandur art is not interesting to watch at this time, this proves that indeed at this time sandur art is slowly becoming extinct, therefore it is very necessary to preserve it.

Keywords: Sandur, young generation, knowledge, performing arts

 

Abstrak

Sandur merupakan kesenian asli Tuban dan Bojonegoro, Jawa Timur. Seiring dengan perkembangan zaman, kesenian sandur perlahan mulai punah terutama di kalangan generasi muda. Sebab, pertunjukan seni Sandur jarang ditampilkan dan diperkenalkan sehingga saat ini kurang populer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rendahnya tingkat ketertaikan generasi muda terhadap seni sandur sebagai budaya lokal. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi generasi muda untuk melestarikan kearifan lokal khususnya kesenian sandur bagi generasi muda di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena mengumpulkan pandangan seseorang terhadap isu-isu yang diangkat. Dalam penelitian ini diperoleh pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada generasi muda di daerah Tuban, Jawa Timur. Hasil penelitian ini sebanyak 58,1% dari 62 responden mengetahui tentang seni sandur. Namun, 71% belum pernah menyaksikan seni sandur secara langsung.  Sebanyak 70% responden menyatakan bahwa seni sandur kurang menarik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa generasi muda di wilayah Kabupaten Tuban Jawa Timur sebagian besar masih mengenal kesenian sandur. Akan tetapi pada penelitian ini juga diperoleh bahwa banyak dari mereka yang menyatakan bahwa seni sandur tidak menarik untuk disaksikan saat ini, hal ini membuktikan bahwa memang saat ini seni sandur perlahan-lahan mulai punah, oleh karena itu sangat perlu untuk melestarikannya.

Kata kunci : Sandur, generasi muda, pengetahuan, pertunjukkan seni 

Bab I

Pendahuluan

1.1 Urgensi Penelitian

Kesenian sandur di wilayah Tuban, Jawa Timur merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang saat ini sedang terancam punah terutama di kalangan generasi muda. Generasi muda adalah generasi penerus bangsa juga semua kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Kelestarian budaya-budaya yang ada tidak terkecuali kesenian sandur sangat bergantung pada generasi muda. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada generasi muda untuk dapat kembali melestarikan budaya-budaya lokal terutama kesenian sandur bagai generasi muda di wilayah Tuban, Jawa Timur.

1.2 Latar Belakang

Kesenian sandur merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Kata budaya mendasari kata "kebudayaan". dalam lingkup kebangsaan budaya akan selalu dikaitkan dengan identitas nasional. karena itu budaya nasional dapat diartikan sebagai identitas sekaligus kekayaan suatu bangsa. suatu identitas bangsa dapat menentukan perkembangan suatu peradaban suatu bangsa itu sendiri (Endraswara, S. 2006). Oleh karenanya peran generasi muda dalam melestarikan kebudayaan sangatalah penting. Generasi muda adalah generasi yang nantinya  dapat meneruskan bangsa yang eksistensinya sangat menentukan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Eksistensi generasi muda ini nantinya dapat menjadi sebuah pelopor pergerakan kemerdekaan Indonesia (Rusdiyani, E. 2016). Sebagai penerus bangsa generasi muda juga harus dapat menjaga serta melestarikan budaya-budaya yang dimiliki Indonesia. Tidak terkecuali kesenian sandur. Kesenian sandur merupakan sebuah pertunjukkan drama, musik, serta tarian. Sandur adalah seni teater tradisional yang populer di Bojonegoro dan Tuban mendominasi dalam bentuk drama tari berdasarkan cerita lokal. Dalam penuturan masyarakat istilah sandur dimaknai sebagai sebuah pertunjukan yang tujuannya untuk hiburan. Sandur merupakan tebung garba 1 dari sandhing luhur, yang memiliki arti bahwa sandur berdampingan dengan leluhur. Istilah sandur pada penuturan masyarakat juga dimaknai sebagai sandhangan dhuwur, menyiratkan makna keluhuran di dalamnya. Dua kata yakni dhuwur dan luhur sangat berkaitan dengan leluhur yang dimuliakan. Selain itu sandur juga diartikan sebagai "beksan ngedhur" memiliki arti menari semalam suntuk atau dari malam hingga menjelang pagi (Rohmat, R., & Prakosa, D. 2017). Sandur merupakan kesenian tradisional yang berangkat dari sebuah seni teater tradisional dan tari. Pertunjukkan Sandur yang bersifat sporadif/ musiman sehingga kesenian ini dapat dikategorikan kesenian yang langka karena sudah jarang untuk dijumpai, khususnya Sandur di Kabupaten Tuban. Secara umum seni teater ini tidak berbeda dengan teater tradisional lainnya dalam hal pementasannya yang sederhana. Daya tarik pertunjukan kesenian tradisional ini terletak pada kemampuannya membangun dan memelihara kohesi kelompok serta menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal dalam masyarakat. Kesenian ini mengajarkan sopan santun, gotong royong dan toleransi dalam setiap kegiatan. Selain itu juga terdapat nilai-nilai seperti nilai pendidikan, nilai moral, nilai estetika, nilai religi, nilai hiburan dan nilai seni. Kesenian ini tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas sosial budaya masyarakat agraris, yaitu masyarakat yang hidup dengan sistem dan model pertanian sebagai landasan kehidupan.

Kesenian sandur populer didaerah Kabupaten Tuban dan Bojonegoro, namun pada penelitian kali ini hanya akan difokuskan pada tingkat ketertarikan generasi muda di wilayah Kabupaten Tuban Jawa Timur terhadap kesenian sandur. Seperti yang sudah diketahui bahwa kesenian sandur merupakan kesenian khas Tuban, namun pelan-pelan kepopulerannya semakin menurun. Minat generasi muda terhadap kesenian sandur juga sangat kurang. Hal ini tentunya  kesenian sandur perlu untuk kembali diperkenalkan kepada masyarakat khususnya generasi muda, agar terjaga kelestraiannya. Ada beberapa faktor yang membuat kearifan lokal semakin tidak menarik dikalangan generasi muda salah satunya adalah modernisasi yang ditandai dengan munculnya industrialisasi serta meluasnya lahan perkotaan hal ini menyebabkan munculnya budaya baru dan menyebabkan budaya lama semakin tertimbun. (Hidajad, A., Abdillah, A., Sabri, I., & Suryandoko, W., 2022). Selain itu tradisi dapat berubah karena masyarakat sudah tidak lagi mementingkan tradisi tersebut. Tradisi dapat mengalami suatu perubahan karena seseorang memberikan perhatian khusus pada fragmen tradisi tertentu dan setelahnya mengesampingkan fragmen yang lain. Tradisi dapat bertahan pada waktu tetentu dan bisa lenyap apabila unsur serta gagasan dalamnya di abaikan begitu saja (Sztompka, 2004 dalam Praditaningtyas, I. M.,2015).

1.3Penelitian Lain yang Terkait

Penelitian lain yang terkait atau penelitian terdahulu adalah upaya yang dilakukan peneliti untuk mencari perbandingan yang selanjutnya akan digunakan untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selain itu penelitian terdahulu dapat membantu penelitian untuk menunjukkan orisinalitas dari penelitian. Dalam penyusunan penulisan ini penulis sedikit banyak terinspirasi dan mereferensi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah ada dan berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan. Berikut beberapa penelitian lain atau penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidajad, A., Abdillah, A., Sabri, I., & Suryandoko, W. (2022), "sandur antara tontonan dan tuntutan"  ada beberapa kreteria yang diguakan dalam penelitian ini yakni (1) drama tradisional, (2) era transformasi atau era digitalisasi. Kesenian sandur sebagai budaya masyarakat memiliki arti di era transformasi. Kausalitas yang timbul tentunya berkaitan dengan ilmu ekonomi dan ilmu sosial lainnya. Keberadaan sandur di tengah masyarakat yang sedang berkembang tentunya menjadi kajian yang sangat menarik untuk dikaji. Hidajad, A., Abdillah, A., Sabri, I., & Suryandoko, W. (2022).

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Praditaningtyas, I. M. (2015). "pertunjukan seni sandur (studi tentang perubahan tradisi pertunjukan seni sandur sebagai bagian dari ritual setelah panen di Kabupaten Tuban)" dalam penelitian ini ada beberapa kriteria yang digunakan yakni, (1) tradisi, (2) kesenian, (3) perubahan tradisi, (4) pertunjukkan kesenian sandur. Dalam penelitian ini penulis menyampaikan bahwa  pertunjukkan seni sandur yang pada awalnya diwariskan secara turun temurun namun sekarang ditinggalkan dan tidak dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya. Praditaningtyas, I. M. (2015).

Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, Y., & Yanuartuti, S.  "visualisasi adegan kalongking dalam pertunjukan sandur Tuban pada karya tari kerta pancer" dalam penelitian ini ada beberapa kriteria yang digunakan yakni, (1) kesenian tradisional, (2) sandur, (3) adegan kalongking, (4) Kerta Pancer. Dalam penelitian ini penulis menyampaikan pertunjukkan sandur bersifat musiman tidak selalu ada sehingga kesenian ini dapat dikatakan sudah langka atau jarang ditemukan, khususnya sandur di Kabupaten Tuban. Pada zaman yang sudah sangat maju sepersi saat ini tak dapat dipungkiri bahwa kesenian sandur sudah mengalami penurunan peminat untuk menyaksikannya. Pratiwi, Y., & Yanuartuti, S. 

Penelitian yang juga dilakukan oleh Firdaus, E. N., & Sukmawan, S. "peranan sandur kembang desa dalam pelestarian kesenian sandur di Bojonegoro, Jawa Timur" dalam penelitian ini beberapa kriteria yang digunakan adalah (1) sandur kembang desa (2) seni pertunjukan (3) inovasi kesenian tradisional (4) masyarakat modern. Pada penelitian ini penulis menyampaikan bahwa seiring dengan perkembangan zaman, kesenian sandur dianggap kurang relevan bagi kehidupan masyarakat modern karena tidak adanya penyesuaian dengan perkembangan zaman serta tidak ada regenerasi. Masalah tersebut kian memburuk dengan adanya modernisasi yang terjadi saat ini. Firdaus, E. N., & Sukmawan, S.

1.4 Rumusan Masalah 

1. Bagaimana tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan generasi muda terhadap kesenian sandur?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan generasi muda terhadap kesenian sandur.


Bab II

Metode Penelitian

Metode Penelitian  

Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yakni terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi yang saat ini sedang terjadi atau ada. Penelitian kualitatif merupakan sebuah jenis penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena manusia atau sosial melalui proses menciptakan gambaran yang menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan kata-kata, kemudian melaporkan pandangan terinci yang didapatkan dari sumber informan Walidin, Saifullah & Tabarani (2015).  Penelitian kualitatif adalah penelitian yang didasarkan pada filosofi postpositivisme, yang digunakan oleh peneliti untuk mempelajari topik penelitian di lingkungan yang alami, peneliti menggunakan alat-alat primer, teknik pengumpulan data yang berbeda digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber data yang sama, sifat teknik analisis data yang dibentuk secara kualitatif dan hasil penelitian didasarkan pada makna Sugiyono (2013).

Alasan penulis menggunakan metode kualitatif pada penelitian ini adalah karena data yang akan diungkapkan berupa pendapat, pandangan, pemikiran, alasan, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan metode kualitatif dapat diperoleh data-data yang dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu dengan menyebarkan kuesioner terbuka serta dipadukan dengan kuesioner tertutup kepada generasi muda yang ada di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Dengan demikian dapat diperoleh data berupa pandangan serta pemikiran yang dapat menjawab pertanyaan penelitian.

  • Cara Memperoleh Data
  • Selain itu, berkaitan dengan metode atau teknik pengumpulan data teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara (interview), Kuesioner (kuesioner), pengamatan (observasi) dan gabungan dari ketiga Sugiyono (2017:137). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2017:142) Kuesioner atau angket adalah suatu teknik Pengumpulan data dilakukan melalui serangkaian pertanyaan atau keterangan tertulis kepada responden. Jenis pertanyaan dalam kuesioner terbagi menjadi dua bagian, yaitu terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang ditunggu oleh responden. Tulis jawaban dalam bentuk deskripsi. Dan sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat mengasumsikan bahwa responden memilih salah satu alternatif jawaban pertanyaan yang tersedia Menunggu kuesioner apapun. Respon berupa data nominal, ordinal, intermediet dan relasional merupakan bentuk pertanyaan tertutup Sugiyono (2017:143). Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe kuesioner tertutup dan terbuka karena dengan demikian dapat diperoleh data-data yang mendukung penelitian. 
  • Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 November 2022 sampai 7 Desember 2022. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner melalui Google Forms yang dapat dikerjakan secara daring. Pada penelitian ini terdapat 100 responden dan setiap responden membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk mengisi kuesioner yang telah disebarkan.  Pada penelitian ini juga terdapat adanya sampel yang diambil dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2017: 81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi. Jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sampel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi yang diteliti atau sebagian dari sasaran yang diwakilinya. Arikunto dalam Riduwan (2014 : 8) menyatakan bahwa sampel adalah wakil dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang digunakan sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Kriteria responden yang diambil sebagai sampel pada penelitian ini adalah generasi muda yang meliputi generasi milenial yang biasanya seseorang yang lahir pada tahun 1980-an hingga awal tahun 1995 dan juga generasi Z yang biasanya lahir sekitar tahun 1996 sampai sekitar tahun 2009. Jumalah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang. Pada penelitian ini responden dipilih karena mereka merupakan generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang juga sebagai penerus kebudayaan bangsa.

Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa hambatan, salah satunya adalah jarak antara peneliti dan lokasi atau tempat penelitian. Selain itu dengan adanya pandemi covid-19 yang membatasi interaksi antar satu dengan lainnya sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian secara langsung di lokasi tempat penelitian. untuk mengatasi hambatan tersebut penelitian ini dilakukan secara daring melalui kuesioner yang dibuat melalui Google Forms dan disebarkan secara daring.

  • Cara Menganalisis Data
  • Reduksi Data
  • Reduksi Data. Reduksi data adalah suatu teknik analisis data kualitatif. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menekankan, mengklasifikasikan, mengarahkan, serta menyusun data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat disimpulkan. Mereduksi data dapat diartikan merangkum, memilih hal-hal yang penting atau pokok bahasan, membuang hal yang tidak diperlukan, serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih mudah dipahami. Reduksi data mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Pada penelitian kali ini adapunbberapa peralatan serta keperluan yang dapat membantu proses penelitian dalam reduksi data adalah smartphone, laptop, jaringan internet, google forms dan lain sebagainya.
  • Sajian Data
  • Sajian data bertujuan untuk memudahkan memahami apa yang terjadi. Data yang telah terkumpul disusun dengan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang mengacu pada rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan. Sehingga, narasi yang tersaji merupakan deskripsi yang mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.
  • Pertanyaan Kepada Responden
  • Dalam penelitian ini berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner yang disebarkan melalui daring diantaranya adalah.
  • Tahun kelahiran?
  • Apakah Anda mengetahui mengenai kesenian sandur?
  • Jika Anda mengetahui mengenai kesenian sandur apa yang Anda pikirkan?
  • Apakah Anda pernah menyaksikan kesenian sandur?
  • Seberapa tertarikkah Anda untuk menyaksikan kesenian sandur?
  • Menurut Anda apakah kesenian sandur masih menarik untuk disaksikan bagi kalangan muda?
  • Berikan alasan Anda mengapa kesenian sandur masih menarik untuk disaksikan, dan jika sudah tidak menarik berikan alasan Anda mengapa demikianMenurut Anda perlukah kesenian sandur untuk tetap dilestarikan?Jika kesenian sandur perlu untuk dilestarikan hal apa yang sekiranya dapat dilakukan untuk melestarikan kesenian sandur?Jika kesenian sandur tidak perlu untuk dilestarikan, mengapa demikian?  

Bab III

Hasil Penelitian

Tabel 3.1

No.

Klasifikasi

Hasil

Lampiran

1

Tahun kelahiran responden yang menjadi responden.

Dalam penelitian ini tahun kelahiran yang diambil sebagai responden sangat beragam terutama generasi Z.

2

Tingkat pengetahuan generasi muda yang menjadi responden mengenai kesenian sandur.

Dari penelitian yang telah dilakukan 53% dari 83 responden tidak atau belum tahu mengenai kesenian sandur.

3

Hal yang dipikirkan generasi muda sebagai responden mengenai kesenian sandur.

Jawaban responden sangat beragam akan tetapi sebagian besar responden mengartikan sandur sebagai tarian dan juga dihubungkan dengan hal mistis.

4

Mengetahui generasi muda sebagai responden sudah atau belum menyaksikan kesenian sandur.

Pada penelitian ini 78.3% dari 83 responden belum pernah menyaksikan kesenian sandur.

5

Tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur.

dari hasil penelitian ini menjawab bahwa 34.9% masih tertarik dengan kesenian sandur.

6

Mengetahui apakah generasi muda yang menjadi responden masih tertarik untuk menyaksikan sandur saat ini.

Jawaban yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa 49.4% dari 83 responden menganggap bahwa kesenian sandur kurang menarik.

7

Alasan generasi muda yang menjadi responden menganggap bahwa kesenian sandur masih menarik atau sudah tidak menarik untuk disaksikan.

Alasan yang disampaikan responden sangat beragam akan tetapi rata-rata menjawab bahwa kesenian sandur kurang menarik karena kurang diperkenalkan dan sudah tertinggal oleh perkembangan zaman.

8

Menurut generasi muda yang menjadi responden apakah kesenian sandur masih perlu untuk dilestarikan

Dalam penelitian kali ini 55.4% dari 83 responden menyatakan bahwa kesenian sandur masih sangat perlu untuk dilestarikan.

9

Upaya generasi muda yang menjadi responden untuk ikut serta dalam pelestarian kesenian sandur

Jawaban yang dipaparkan responden sangat beragam tetapi rata-rata responden menjawab bahwa hal yang bisa dilakukan adalah dengan memperkenalkan kembali sandur dan memperbarui sesuai perkembangan zaman

10

Alasan generasi muda yang menjadi responden mengapa kesenian sandur tidak perlu untuk dilestarikan

Pada penelitian kali ini tidak banyak yang menyatakan bahwa kesenian sandur tidak perlu untuk dilestarikan akan tetapi ada beberapa yang menyatakan bahwa kesenian sandur tidak perlu untuk dilestarikan, alasannya adalah karena kesenian sandur menyimpang dari ajaran agama dan bermakna negatif. 

 Bab IV

Pembahasan

Kesenian sandur merupakan salah satu kesenian yang ada di Indonesia. Kesenian ini populer di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak suku bangsa setiap suku bangsa memiliki banyak jenis keragaman budaya Koentjaraningrat (2000:108), termasuk budaya unsur bahasa, sistem kehidupan, sistem informasi, organisasi sistem sosial, perumahan dan teknologi, agama dan seni. Kesenian merupakan unsur budaya universal yang dapat ditemukan semua bangsa di dunia bahkan di semua wilayah. elemen budaya tentu saja, ada hal-hal yang sulit diubah dan ada hal-hal yang mudah diubah. Unsur yang sulit diubah adalah agama dan sistem kepercayaan yang sedikit berubah dari waktu ke waktu, seperti B. Sistem pengetahuan, bahasa, sistem dan teknologi perangkat hidup, dan seni. Kesenian khususnya merupakan salah satu unsur kebudayaan aspek yang sangat dinamis dari kehidupan manusia yang berkaitan dengan ekspresi dan kreasi estetika manusia. Seni adalah bentuk aksi kolektif, dalam pembangunan tidak bisa berdiri sendiri. perkembangan dan pertumbuhan seni menggambarkan kualitas warna kehidupan itu sendiri suporter di hampir semua daerah memiliki latar belakang sejarah dan kondisi sosial berbeda dari daerah ke daerah. Juga, seni yang dalam masyarakat juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan sistem kepercayaan masyarakat, yang biasanya meliputi kepercayaan tentang hal-hal yang bersifat supranatural dan sulit dijelaskan dengan akal sehat. Adanya unsur sistem kepercayaan atau religi dalam kesenian ini salah satu ciri kesenian yang hidup dalam masyarakat (Putra, 2000:22). 

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan responden dengan rentan generasi milenial dan generasi z yang tergolong sebagai generasi muda. Hal tersebut dilakukan karena generasi muda sebagai penerus bangsa yang mewarisi serta meneruskan budaya bangsa Indonesia. Namun pada saat ini banyak generasi muda yang tidak mengetahui akan kesenian sandur sebagai salah satu kesenian yang pernah populer di kawasan Tuban Jawa Timur hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu menyatakan bahwa 53% dari 83 responden belum tahu atau tidak tahu mengenai kesenian sandur. Pada penelitian ini juga didapat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui kesenian sandur karena kesenian ini memang sudah sangat jarang untuk dipertontonkan. Seiring dengan perkembangan zaman kesenian ini mulai tertimbun dengan kebudayaan-kebudayaan baru. Selain pengetahuan generasi muda yang miris akan kesenian sandur, tingkat ketertarikan generasi muda di kawasan Tuban Jawa Timur juga sangat kurang. Dari hasil penelitian ini hanya 34.9% yang tertarik untuk menyaksikan kesenian sandur dan 6% yang benar-benar tidak tertarik akan kesenian sandur. Tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur juga dipengaruhi oleh budaya-budaya baru yang ada di masyarakat saat ini sehingga budaya-budaya lama seperti kesenian sandur pelan-pelan mulai tergerus. Karena sudah jarangnya informasi mengenai kesenian sandur, pemahaman yang dimiliki generasi muda akan kesenian sandur juga sangat beragam salah satunya adalah bahwa kesenian sandur membawa dampak negatif karena tidak sesuai dengan nilai dan ajaran agama. Namun sebenarnya kesenian sandur merupakan kesenian teater yang tidak berbeda dengan teater tradisional lainnya yang bersifat sederhana dalam penyajiannya. Daya tarik dari pertunjukan kesenian tradisional  terletak pada kemampuannya sebagai pembangun dan pemelihara kebersamaan kelompok serta menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat.

Kesenian sandur mengajarkan budi pekerti, tolong-menolong, dan tenggang rasa pada setiap pertunjukannya. Juga terdapat nilai-nilai di dalamnya seperti nilai edukatif, nilai moral, nilai keindahan, nilai religius, nilai hiburan dan nilai seni. Kesenian ini tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas sosial budaya masyarakat agraris, yakni masyarakat yang hidup dengan sistem dan pola pertanian sebagai sumber penghidupan. Hal ini dapat dilihat dari tema atau cerita Sandur yang menceritakan aktivitas pertanian, mulai dari mengolah tanah hingga memanen hasil sawah. Pada mulanya Sandur berasal dari hiburan masyarakat agraris seusai lelah seharian bekerja di sawah kemudian berkembang menjadi produk kesenian yang bertumpu pada upacara ritual. Di dalamnya terdapat unsur cerita (drama), tari, karawitan, akrobatik (kalongking) juga terdapat unsur-unsur mistis, karena dalam setiap pementasannya selalu menghadirkan danyang (roh halus). Sebagai upacara ritual, pertunjukan diadakan di tanah lapang sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang dicapai. Tidak diketahui bagaimana asal muasal sandur, namun para pelaku meyakini sandur sudah ada sejak zaman kerajaan yang terkait dengan kepercayaan animisme. Kata Sandur itu sendiri berasal dari kata san yang berarti selesai panen (isan) dan dhur yang berarti ngedhur (sampai habis).

Selain itu generasi muda yang menjadi responden di kawasan Tuban Jawa Timur juga masih peduli dengan kesenian sandur. Pada penelitian ini didapat bahwa 55.4% dari 83 responden menyatakan bahwa kesenian sandur masih sangat perlu untuk dilestarikan. Selain itu banyak dari responden yang mengutarakan pendapat mereka mengenai pelestarian kesenian sandur. Pernyataan yang dipaparkan responden sangat beragam tetapi rata-rata responden menjawab bahwa hal yang bisa dilakukan adalah dengan memperkenalkan kembali sandur dan memperbarui sesuai perkembangan zaman. Hal ini dapat menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali kesenian sandur.

 

Bab V 

Kesimpulan 

Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan generasi muda di kawasan Tuban Jawa Timur yang menjadi sampel masih kurang. Pada penelitian ini didapatkan bahwa 53% dari 83 responden tidak atau belum tahu mengenai kesenian sandur. Pada penelitian kali ini juga didapati bahwa saat ini terdapat budaya-budaya baru yang ada dimasyarakat. Sehingga budaya-budaya lama seperti kesenian sandur seiring dengan berjalannya waktu mulai luntur dan tidak lagi diminati.

Selain itu tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur semakin lama juga semakin menurun. Hal ini didapat dari hasil penelitian bahwa  34.9% dari 83 responden yang tertarik untuk menyaksikan kesenian sandur dan 6% yang benar-benar tidak tertarik akan kesenian sandur. Banyak faktor yang menyebabkan tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur menurun. Salah satunya karena banyak dari generasi muda yang menganggap bahwa kesenian sandur bertentangan dengan nilai dan ajaran agama. Namun meskipun demikian pada penelitian ini juga didapat bahwa masih banyak generasi muda yang peduli terhadap kesenian sandur dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 55.4% dari 83 responden menyatakan bahwa kesenian sandur masih sangat perlu untuk dilestarikan.

Daftar Pustaka 

Herfidiyanti, N. M. (2014). Seni Sandur Ronggo Budoyo Tahun 1990-2014. Avatara, 2(3)

Hidajad, A., Abdillah, A., Sabri, I., & Suryandoko, W. (2022). SANDUR ANTARA TONTONAN DAN TUNTUNAN. GETER: Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik, 5(2), 61-76.

Praditaningtyas, I. M. (2015). Pertunjukan Seni Sandur (Studi Tentang Perubahan Tradisi Pertunjukan Seni Sandur Sebagai Bagian Dari Ritual Setelah Panen Di Kabupaten Tuban) (Doctoral dissertation, Brawijaya University).

Pratiwi, Y., & Yanuartuti, S. VISUALISASI ADEGAN KALONGKING DALAM PERTUNJUKAN SANDUR TUBAN PADA KARYA TARI "KERTA PANCER".

Kurnianingsih, A. (2018). Eksistensi seni tradisi Sandur pada masyarakat modern di Desa Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabay).

Rusdiyani, E. (2016). Pembentukan Karakter dan Moralitas bagi Generasi Muda yang Berpedoman pada Nilai-nilai Pancasila serta Kearifan Lokal. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan 2016.

Nahak, H. M. (2019). Upaya melestarikan budaya indonesia di era globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(1), 65-76.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun