Mohon tunggu...
Listiyo Yuniarti
Listiyo Yuniarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang mulai belajar menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pandangan Generasi Muda di Tuban Jawa Timur terhadap Kesenian Sandur

30 Maret 2023   16:46 Diperbarui: 30 Maret 2023   16:53 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesenian sandur merupakan salah satu kesenian yang ada di Indonesia. Kesenian ini populer di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak suku bangsa setiap suku bangsa memiliki banyak jenis keragaman budaya Koentjaraningrat (2000:108), termasuk budaya unsur bahasa, sistem kehidupan, sistem informasi, organisasi sistem sosial, perumahan dan teknologi, agama dan seni. Kesenian merupakan unsur budaya universal yang dapat ditemukan semua bangsa di dunia bahkan di semua wilayah. elemen budaya tentu saja, ada hal-hal yang sulit diubah dan ada hal-hal yang mudah diubah. Unsur yang sulit diubah adalah agama dan sistem kepercayaan yang sedikit berubah dari waktu ke waktu, seperti B. Sistem pengetahuan, bahasa, sistem dan teknologi perangkat hidup, dan seni. Kesenian khususnya merupakan salah satu unsur kebudayaan aspek yang sangat dinamis dari kehidupan manusia yang berkaitan dengan ekspresi dan kreasi estetika manusia. Seni adalah bentuk aksi kolektif, dalam pembangunan tidak bisa berdiri sendiri. perkembangan dan pertumbuhan seni menggambarkan kualitas warna kehidupan itu sendiri suporter di hampir semua daerah memiliki latar belakang sejarah dan kondisi sosial berbeda dari daerah ke daerah. Juga, seni yang dalam masyarakat juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan sistem kepercayaan masyarakat, yang biasanya meliputi kepercayaan tentang hal-hal yang bersifat supranatural dan sulit dijelaskan dengan akal sehat. Adanya unsur sistem kepercayaan atau religi dalam kesenian ini salah satu ciri kesenian yang hidup dalam masyarakat (Putra, 2000:22). 

Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan responden dengan rentan generasi milenial dan generasi z yang tergolong sebagai generasi muda. Hal tersebut dilakukan karena generasi muda sebagai penerus bangsa yang mewarisi serta meneruskan budaya bangsa Indonesia. Namun pada saat ini banyak generasi muda yang tidak mengetahui akan kesenian sandur sebagai salah satu kesenian yang pernah populer di kawasan Tuban Jawa Timur hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu menyatakan bahwa 53% dari 83 responden belum tahu atau tidak tahu mengenai kesenian sandur. Pada penelitian ini juga didapat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui kesenian sandur karena kesenian ini memang sudah sangat jarang untuk dipertontonkan. Seiring dengan perkembangan zaman kesenian ini mulai tertimbun dengan kebudayaan-kebudayaan baru. Selain pengetahuan generasi muda yang miris akan kesenian sandur, tingkat ketertarikan generasi muda di kawasan Tuban Jawa Timur juga sangat kurang. Dari hasil penelitian ini hanya 34.9% yang tertarik untuk menyaksikan kesenian sandur dan 6% yang benar-benar tidak tertarik akan kesenian sandur. Tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur juga dipengaruhi oleh budaya-budaya baru yang ada di masyarakat saat ini sehingga budaya-budaya lama seperti kesenian sandur pelan-pelan mulai tergerus. Karena sudah jarangnya informasi mengenai kesenian sandur, pemahaman yang dimiliki generasi muda akan kesenian sandur juga sangat beragam salah satunya adalah bahwa kesenian sandur membawa dampak negatif karena tidak sesuai dengan nilai dan ajaran agama. Namun sebenarnya kesenian sandur merupakan kesenian teater yang tidak berbeda dengan teater tradisional lainnya yang bersifat sederhana dalam penyajiannya. Daya tarik dari pertunjukan kesenian tradisional  terletak pada kemampuannya sebagai pembangun dan pemelihara kebersamaan kelompok serta menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat.

Kesenian sandur mengajarkan budi pekerti, tolong-menolong, dan tenggang rasa pada setiap pertunjukannya. Juga terdapat nilai-nilai di dalamnya seperti nilai edukatif, nilai moral, nilai keindahan, nilai religius, nilai hiburan dan nilai seni. Kesenian ini tumbuh dan berkembang sebagai aktivitas sosial budaya masyarakat agraris, yakni masyarakat yang hidup dengan sistem dan pola pertanian sebagai sumber penghidupan. Hal ini dapat dilihat dari tema atau cerita Sandur yang menceritakan aktivitas pertanian, mulai dari mengolah tanah hingga memanen hasil sawah. Pada mulanya Sandur berasal dari hiburan masyarakat agraris seusai lelah seharian bekerja di sawah kemudian berkembang menjadi produk kesenian yang bertumpu pada upacara ritual. Di dalamnya terdapat unsur cerita (drama), tari, karawitan, akrobatik (kalongking) juga terdapat unsur-unsur mistis, karena dalam setiap pementasannya selalu menghadirkan danyang (roh halus). Sebagai upacara ritual, pertunjukan diadakan di tanah lapang sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang dicapai. Tidak diketahui bagaimana asal muasal sandur, namun para pelaku meyakini sandur sudah ada sejak zaman kerajaan yang terkait dengan kepercayaan animisme. Kata Sandur itu sendiri berasal dari kata san yang berarti selesai panen (isan) dan dhur yang berarti ngedhur (sampai habis).

Selain itu generasi muda yang menjadi responden di kawasan Tuban Jawa Timur juga masih peduli dengan kesenian sandur. Pada penelitian ini didapat bahwa 55.4% dari 83 responden menyatakan bahwa kesenian sandur masih sangat perlu untuk dilestarikan. Selain itu banyak dari responden yang mengutarakan pendapat mereka mengenai pelestarian kesenian sandur. Pernyataan yang dipaparkan responden sangat beragam tetapi rata-rata responden menjawab bahwa hal yang bisa dilakukan adalah dengan memperkenalkan kembali sandur dan memperbarui sesuai perkembangan zaman. Hal ini dapat menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali kesenian sandur.

 

Bab V 

Kesimpulan 

Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan generasi muda di kawasan Tuban Jawa Timur yang menjadi sampel masih kurang. Pada penelitian ini didapatkan bahwa 53% dari 83 responden tidak atau belum tahu mengenai kesenian sandur. Pada penelitian kali ini juga didapati bahwa saat ini terdapat budaya-budaya baru yang ada dimasyarakat. Sehingga budaya-budaya lama seperti kesenian sandur seiring dengan berjalannya waktu mulai luntur dan tidak lagi diminati.

Selain itu tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur semakin lama juga semakin menurun. Hal ini didapat dari hasil penelitian bahwa  34.9% dari 83 responden yang tertarik untuk menyaksikan kesenian sandur dan 6% yang benar-benar tidak tertarik akan kesenian sandur. Banyak faktor yang menyebabkan tingkat ketertarikan generasi muda terhadap kesenian sandur menurun. Salah satunya karena banyak dari generasi muda yang menganggap bahwa kesenian sandur bertentangan dengan nilai dan ajaran agama. Namun meskipun demikian pada penelitian ini juga didapat bahwa masih banyak generasi muda yang peduli terhadap kesenian sandur dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 55.4% dari 83 responden menyatakan bahwa kesenian sandur masih sangat perlu untuk dilestarikan.

Daftar Pustaka 

Herfidiyanti, N. M. (2014). Seni Sandur Ronggo Budoyo Tahun 1990-2014. Avatara, 2(3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun