Mohon tunggu...
Listia Febrianti
Listia Febrianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa 12 mipa 3 sma negeri 1 Waled

Gemar membuat quotes atau merangkai kata kata, menyukai seni, flora dan fauna

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menelaah jejak Kasih Abadi dari puisi

7 Maret 2024   21:09 Diperbarui: 8 Maret 2024   22:19 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang tua, tak pernah sekalipun mengatakan ia lelah untuk terus mengurusi anak-anaknya, saat anaknya masih dalam kandungan, ibu akan berbagi nutrisi dengan anaknya, saat anaknya telah lahir, ibu akan mengorbankan waktu tidurnya, terjaga setiap malamnya demi memastikan tidur anaknya lelap, saat seorang anak beranjak remaja bahkan dewasa seorang ibu akan memastikan anaknya mendapatkan apa yang ia inginkan.

Bahkan dalam Islam disebutkan dalam hadis riwayat al-bukhari dan Muslim, seorang ibu begitu dimuliakan, ia disebut dalam hadis tersebut sebanyak tiga kali ibu... Ibu... Ibu baru setelah itu ayah. Dalam puisi ibu karya Chairil Anwar, kita akan menelaah maksud dari pada teguran ibu untuk anaknya, dan maksud daripada marahnya seorang ibu kepada anaknya.

Pernah aku ditegur 

Katanya untuk kebaikan 

Pernah aku dimarah

Katanya membaiki kelemahan

Pernah aku diminta membantu 

Patanya supaya aku pandai

Pada bait pertama puisi ibu penulis memberitahukan kepada kita bahwa teguran seorang ibu bukanlah untuk membuat anaknya agar merasa buruk, ia melakukan itu agar anaknya lebih kuat saat caci maki dari orang lain menghampiri dirinya.

Maksud dari kutipan puisi tersebut juga adalah memberi tahukan bahwa, teguran dan kemarahan bisa menjadi cara untuk menunjukkan perhatian terhadap kesalahan atau kekurangan individu, sementara permintaan bantuan dapat dilihat sebagai upaya untuk membantu individu tersebut berkembang dan menjadi lebih baik.

Ibu 

Pernah aku merajuk

Katanya aku manja 

Pernah aku melawan 

Katanya aku degil

Pernah aku menangis 

Katanya aku lemah

Pada bait kedua dalam puisi ibu, penulis memberitahukan pengalamannya saat ia merajuk, melawan, dan menangis, kepada ibunya, dia akan mendapatkan kritikan dan juga teguran. 

Dalam bait kedua juga bisa memaknai perasaan seorang anak yaitu mencerminkan perasaan anak yang merasa tidak dipahami atau dihargai oleh ibunya, dan mungkin merasa terjebak dalam ekspektasi yang tidak realistis atau tidak adil.

Ibu

Aku sayang padamu 

Tuhanku 

Aku bermohon padamu

Sejahterakan dia

 selamanya

Dalam bait terakhir puisi ibu ini penulis menjelaskan bahwa si anak sangat menyayangi ibunya, Ia juga berdoa kepada Tuhannya agar sang ibu selalu diberi kesejahteraan.

Dari puisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa terkadang teguran dan kritik yang muncul dari ibu bukanlah sesuatu yang buruk. Terkadang kritik dan teguran diperlukan dalam kehidupan. Penulis juga memberitahukan meski si anak selalu mendapat teguran dan juga kritik Ia tetap menyayangi ibunya dan selalu mendoakannya. Segalak apapun seorang ibu Iya tetaplah makhluk paling mulia bahkan dalam Islam menyatakan bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun