Mohon tunggu...
Elisabeth Listiyani Oematan
Elisabeth Listiyani Oematan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Akuntansi Widya Mandala Surabaya

Magister Akuntansi Widya Mandala Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sunk Cost Vs Pandemi Covid 19: Sunk Cost Menjadi Masalah Selama Pandemi?

30 Maret 2023   22:59 Diperbarui: 31 Maret 2023   20:59 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hal ini juga membantu untuk menetapkan kriteria yang jelas untuk keberhasilan atau kegagalan sebelum memulai sebuah proyek, dan mengevaluasi kembali kriteria tersebut secara berkala untuk memastikan bahwa keputusan didasarkan pada keadaan saat ini bukan berdasarkan sunk cost.

Sunk Cost VS Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 memberi dampak perubahan yang sangat signifikan pada seluruh aspek kehidupan, salah satunya aspek ekonomi. Pandemi berdampak signifikan di berbagai industri, dan banyak bisnis harus mengeluarkan biaya signifikan yang dapat dianggap sebagai sunk cost. Banyak bisnis mungkin menghadapi sunk cost terkait dengan investasi yang sudah dilakukan sebelum pandemi. Seperti, berinvestasi di ruangan atau peralatan kantor yang tidak tidak lagi diperlukan atau hemat biaya karena adanya sistem kerja jarak jauh atau perubahan permintaan produk atau layanan setelah adanya pandemi.

Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa yang tidak dapat diprediksi oleh siapapun, begitu juga dengan perusahaan yang tidak mengantisipasi terjadinya biaya-biaya dalam perusahaan. Sehingga, perusahaan akan mendapatkan pengeluaran yang tidak terduga (unexpected expenses) yang dapat dikategorikan sebagai sunk cost. Pengeluaran tidak terduga tersebut meliputi:

  • Canceled events

Perusahaan terpaksa harus membatalkan atau menunda kegiatannya karena adanya pandemi. Sedangkan, perusahaan mungkin telah mengeluarkan biaya untuk iklan dan pemasaran, sewa tempat dan biaya lain terkait dengan kegiatan tersebut. Perusahaan juga mungkin sudah melakukan pembayaran kepada vendor-vendor terpaksa harus dibatalkan. Sedangkan, pembayaran kepada vendor tidak bisa dilakukan refund sepenuhnya karena sebagai vendor juga mengalami kerugian. Sehingga, semua biaya itu dikategorikan sebagai sunk cost.

  • Prepaid expenses

Pembayaran di muka yang dilakukan oleh perusahaan untuk barang atau layanan yang tidak dapat digunakan karena adanya pandemi, seperti biaya perjalanan atau keanggotaan, biaya sewa tempat, dan pembayaran di muka lainnya yang tidak dapat dikembalikan sehingga mengakibatkan sunk cost.

  • Inventory write-off

Selama masa pandemi perusahaan harus melakukan penghapusan inventaris yang telah usah atau tidak dapat dijual karena adanya perubahan perilaku konsumen selama pandemi.

  • Fixed cost

Biaya tetap perusahaan yang terus menerus bertambah bahkan ketika pendapatan berkurang, seperti sewa, utilitas, dan gaji.

  • Capital Expenditures

Perusahaan yang telah berinvestasi dalam pengeluaran modal, seperti peralatan atau infrastruktur, yang tidak lagi dibutuhkan atau tidak dapat digunakan karena pandemi.

            Adanya biaya-biaya tak terduga yang menjadi sunk cost selama masa pandemi harus dikelola dengan baik oleh perusahaan agar dapat tetap menghasilkan nilai bagi perusahaan. Mengelola sunk cost selama pandemi dapat menjadi tantangan bagi perusahaan. Akan tetapi perusahaan dapat melakukan beberapa upaya untuk meminimalkan dampak sunk cost karena pandemi yaitu:

  • Perusahaan dapat mengevaluasi kembali proses pengambilan keputusan. Dimana, saat membuat keputusan tentang pengeluaran di masa depan, perusahaan harus fokus pada biaya dan manfaat di masa depan daripada mencoba menutup sunk cost.
  • Perusahaan harus memprioritaskan pengeluaran untuk barang-barang yang akan membantu mereka bertahan dan berkembang selama pandemi. Hal tersebut termasuk investasi dalam teknologi baru, tindakan kesehatan dan keselamatan, atau kampanye pemasaran dan periklanan.
  • Perusahaan melakukan kerjasama dengan vendor dan pemasok mereka untuk menegosiasikan ulang kontrak dan ketentuan pembayaran, terutama untuk biaya prabayar yang tidak dapat dipulihkan.
  • Perusahaan mungkin dapat menjual atau menggunakan kembali aset yang tidak diperlukan lagi karena pandemi, seperti peralatan atau inventaris.
  • Perusahaan perlu mencari opsi untuk bantuan keuangan, seperti pinjaman atau hibah pemerintah, untuk membantu mengimbangi dampak sunk cost pada bisnis mereka.

            Pengelolaan sunk cost selama pandemi membutuhkan pendekatan yang fleksibel dan adaptif yang memprioritaskan pertumbuhan dan profitabilitas di masa depan daripada mencoba menutup kerugian di masa lalu. Dengan berfokus pada masa depan, perusahaan dapat memposisikan diri untuk sukses dalam ekonomi pasca pandemi.

            Dengan demikian, penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi sunk cost dan membuat keputusan berdasarkan nilai masa depan bukan dari nilai masa lalu. Selain itu, perusahaan juga harus berfokus untuk memaksimalkan keuntungan masa depan dibandingkan mencoba menutupi sunk cost. Karena sifat sunk cost yang tidak dapat dipulihkan, perusahaan dapat belajar dari pengalaman masa lalu dan menyesuaikan strategi mereka untuk masa depan. Hal tersebut membutuhkan adaptasi dengan cara kerja dan kebiasaan baru seperti kerja jarak jauh atau secara virtual untuk memaksimalkan sumber daya dan menghindari kerugian. Sehinga, perusahaan harus bertindak fleksibel dan siap melakukan pivot dan beradaptasi dengan keadaan akan menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang pasca pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun