Mohon tunggu...
Elisabeth Listiyani Oematan
Elisabeth Listiyani Oematan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Akuntansi Widya Mandala Surabaya

Magister Akuntansi Widya Mandala Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sunk Cost Vs Pandemi Covid 19: Sunk Cost Menjadi Masalah Selama Pandemi?

30 Maret 2023   22:59 Diperbarui: 31 Maret 2023   20:59 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu Sunk Cost?

Sebelum masuk ke inti pembahasan terlebih dahulu kita akan berkenalan dengan apa itu sunk cost. Sederhananya sunk cost merupakan sumber daya yang sudah dikeluarkan dan tidak dapat dipulihkan kembali atau dikenal sebagai biaya "hangus". Sumber daya yang dimaksud tidak hanya berupa uang tetapi juga waktu, tenaga dan pengorbanan lainnya. 

Contoh sunk cost yang paling sering kita lihat adalah biaya iklan. Perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya untuk pemasangan iklan tetapi nyatanya perusahaan tidak tahu seberapa besar dampak pemasangan iklan tersebut terhadap penjualan sehingga biaya iklan akan dianggap sebagai sunk cost. Selain itu, sunk cost akan tetap dianggap sebagai biaya hangus tanpa melihat apakah sunk cost tersebut memberikan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Sunk cost tidak dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan karena tidak dapat diubah.

Sunk cost sering menjadi biaya yang diabaikan oleh manajemen karena sifatnya yang tetap (tidak bisa diubah) meskipun proses produksi dihentikan. Manajemen cenderung hanya mempertimbangkan biaya yang relevan untuk mempermudah pengolahan data. 

Meskipun sunk cost tidak termasuk dalam bahan pengambilan keputusan tetapi sunk cost dapat digunakan untuk keperluan analisis operasional masa mendatang. Akuntansi biaya mengidentifikasikan biaya dalam dua kategori yang berbeda yaitu avoidable cost atau biaya yang dapat dihindari dan unavoidable cost atau biaya yang tidak dapat dihindari. Berdasarkan dua kategori biaya tersebut, sunk cost termasuk dalam unavoidable cost.

Sunk cost termasuk biaya yang tidak dapat dihindari karena seperti contohnya, perusahaan membeli atau mengadopsi teknologi baru untuk memenuhi kebutuhan pasar dan agar dapat lebih efisien dalam bekerja. Sebelum akhirnya teknologi tersebut digunakan, perusahaan akan membutuhkan riset dan pengembangan yang membutuhkan biaya, sehingga biaya tersebut akan dimasukan ke sunk cost. Oleh sebab itu, Sunk cost perlu diperhatikan oleh perusahaan karena keberadaannya yang dapat menyebabkan biaya terbuang secara sia-sia. Selain itu, perlu dipastikan terlebih dahulu agar perusahaan tidak terjebak dalam sunk cost.

Sunk Cost Fallacy

Sunk cost tidak sepenuhnya menghasilkan kerugian bagi perusahaan. Akan tetapi, terkadang kita cenderung untuk melibatkan perasaan dalam mengambil keputusan yang membuat kita terjebak dalam sunk cost, atau yang disebut sebagai sunk cost fallacy.  Sunk cost fallacy terjadi karena adanya bias komitmen dan adanya perasaan bersalah untuk berhenti berinvestasi. Hal tersebut dapat terjadi karena kita merasa telah banyak mengeluarkan tenaga, waktu, dan uang dalam investasi tersebut.

Selain itu, kita cenderung menghindari kerugian dibandingkan mencari keuntungan, dimana adanya perasaan takut kehilangan investasi yang sudah dilakukan tanpa mempertimbangkan potensi nilai masa depan. Sehingga dalam hal ini kita gagal dalam menghindari sunk cost dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar (loss aversion).

Awal munculnya Sunk cost fallacy dari proyek pembuatan pesawat supersonik yang kemudian fenomena ini diberi nama Concorde fallacy. Proyek pembuatan pesawat supersonik antara Inggris dan Prancis ini menghabiskan dana hampir 100 juta dolar dan berakhir dengan kegagalan. 

Penyebab kegagalan tersebut karena ambisi yang besar dari kedua produsen dan pemerintah merasa telah berinvestasi dalam jumlah besar dan telah menghabiskan waktu yang banyak dalam proyek tersebut. Pesawat supersonik beroperasi kurang dari 30 tahun yang pada akhirnya resmi dibubarkan oleh pemerintah. Dari kasus ini, kita dapat menyimpulkan bahwa uang, waktu, dan upaya yang dikeluarkan akan tetap dianggap biaya hangus terlepas dari berhasil tidaknya suatu proyek.

Concorde fallacy sering terlihat dalam bisnis dan konteks pengambilan keputusan lainnya, dimana individu atau organisasi menjadi terikat secara emosional dengan investasi yang dilakukan dan tidak mau melepaskannya meskipun tidak ada kemungkinan untung dari investasi tersebut. Sehingga, penting bagi bisnis untuk mengevaluasi keputusan berdasarkan potensi masa depan daripada investasi masa lalu agar dapat menghindari menjadi korban Concorde Fallacy. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun