Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Seberapa Jauh Olahraga Mengubahmu?

22 Januari 2025   19:21 Diperbarui: 22 Januari 2025   22:35 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang benar kalau dibilang akan ada momen yang mengubahmu, tunggu saja. 

Momen itu terjadi sekitar tahun 2023, momen yang membuat saya jadi agak merinding sambil berkata pada diri sendiri, "kok bisa?"

Angka kolesterol saya melambung tinggi, di atas 200 yang artinya sebaiknya saya harus mulai berhati-hati. Ya, meski memiliki perawakan kecil, ternyata kolesterol tinggi tidak pilih kasih. Memiliki Indeks Massa Tubuh/IMT normal ternyata bukan jaminan kolesterol aman. Jadi jangan merasa sehat sebelum kamu tahu angka pastinya. Takut? takutlah pada akibat yang akan kamu rasakan jika terlambat mengetahui.

Seberapa Jauh Olahraga Mengubahmu

Soal kolesterol akan saya bahas lebih lengkap nanti. Gara-gara momen punya kolesterol yang lumayan tinggi saya jadi sadar diri. Sepertinya ada yang harus saya evaluasi dan segera benahi dari gaya hidup yang sudah saya jalani terutama di tahun-tahun belakangan.

Sejak bekerja di perantauan, ada gaya hidup yang sangat berubah yaitu soal aktivitas fisik yang jadi makin minimalis. Saya sangat jarang berolahraga. Tubuh juga rasanya makin berat dan mudah lela. Saya sempat menyalahkan waktu, padahal memanajemennya yang saya tidak mampu.

Sepertinya saya tidak hanya butuh motivasi, tetapi saya perlu ada monitor untuk kegiatan olahraga. Mengingat ada prinsip olahraga yang harus diperhatikan yaitu prinsip terukur dimana sebaiknya sebelum, saat, dan setelah olahraga sebaiknya kita mengetahui denyut nadi.

Akhirnya saya memilih untuk membeli smartband, dan barang tersebut menjadi salah satu barang yang tidak saya sesali sepanjang hidup saya. Barang yang akan saya akan ingat jasanya, cie. Ya, semenjak memiliki smartband, hidup saya berubah banyak dan saya merasa bersyukur.

1/ Kolesterol saya masuk kategori normal

Saya pernah bereksperimen mengkonsumsi obat penurun kolesterol selama kurang lebih satu bulan. Hasilnya memang menakjubkan, dan angka kolesterol saya berhasil menduduki angka yang normal. Namun, setelah tidak mengkonsumsi obat lagi, hasilnya kembali lagi. Hal ini bukan yang saya inginkan dan memang tidak berencana saya lanjutkan.

Setelah kurang lebih satu tahun lebih berolahraga, saya punya angka kolesterol yang cukup stabil di kategori normal. Angkanya selalu di bawah 200 dan berkelanjutan. Jadi, jika ingin kolesterol baik-baik saja, cobalah rutin berolahraga.

2/ HR saya tidak mudah "meledak"

Heart rate atau detak jantung saya tidak tantrum saat berolahraga adalah pertanda bahwa jantung bekerja efisien. Ingat, jantung punya tugas penting yaitu memompa darah ke seluruh tubuh dan berolahraga membuatnya bekerja lebih.

Saya ingat sekali di awal mulai memasukan olahraga sebagai rutinitas, saya mudah ngos-ngosan. Saat mengecek di smartband, jelas sekali bahwa jantung saya memang bekerja keras dan belum efisien. Detak jantung saya suka sekali bermain di detak jantung maksimal (rumus detak jantung maks=220-usia) waktu itu. Agak ngeri! 

Untungnya, seiring berjalannya waktu saya mulai menyadari bahwa saya tidak mudah ngos-ngosan lagi. Heart rate saya jadi tidak naik ekstrem meski dengan olahraga yang sama di awal. 

Memang ya, manusia adalah "mesin" paling efisien yang dimana ketika dilatih maka akan nampak nyata kinerjanya. Terima kasih otot jantungku!

3/"Obat stress" paling murah meriah

Tidak dipungkiri bahwa semua orang pasti stress termasuk saya.

Pembeda ada dari cara menanggulangi stress tersebut, dan saya memilih jalur olahraga. Di tengah kesibukan pekerjaan, dan bumbu kehidupan lain yang kadang membuat stress membuat saya harus punya solusi jitu. Jangan sampai stress berkepanjangan membuat saya tidak produktif.

Rupanya olahraga adalah obatnya. Bukan hanya mampu memanajemen secara fisik, pun secara emosional. Obatnya bernama hormon norepinefrin, yaitu hormon yang dapat membantu otak dalam mengatasi stress. 

Studi sudah membuktikan bahwa 30 menit berolahraga selama lima hari/lebih dalam seminggu dapat membantu mengurangi keputusasaan dan tekanan mental. Maka benar jika rekomendasi yang dianjurkan memang setidaknya 150 menit per minggu.

4/ Mudah mengantuk di malam hari

Dengan melakukan olahraga, otomatis tubuh akan lelah dan hal ini membuat mudah mengantuk di malam hari. 

Saya ingat sekali bahwa saya dulu pernah jadi orang si paling begadang, dan tidur di atas jam 12 malam. Sekarang? jam 10 malam saja saya sudah menguap, tanda tubuh sudah minta beristirahat. Dulu, saat awal menggunakan smarband, saya sering memantau tidur saya. Ternyata makin ke sini kualitas tidur saya membaik. Kok tahu? salah satu cirinya bangun tidur saya merasa segar.

5/Resep bahagia

Endorfin yang dihasilkan saat berolahraga adalah alasannya.

Sebuah jurnal penelitian bahkan pernah mengulas bahwa pada beberapa kasus olahraga dapat dimungkinkan sama efektifnya dengan obat psikiatri dalam mengatasi kecemasan. Tentu kembali lagi pada level kecemasan yang di alami, jika sudah merasa parah memang sebaiknya konsultasikan pada ahlinya. Namun setidaknya dari sini kita jadi tahu, jika kamu ingin bahagia, cobalah berolahraga.

Ya, banyak hal yang berubah ketika saya menjadikan olahraga menjadi bagian hidup saya. Dulu rasanya susah mengatur waktu untuk berolahraga, sekarang malah rasanya ada sesal jika tidak saya isi dengan olahraga. Kamu kapan?

Salam olahraga,

Listhia H. Rahman

References:

Kementerian kesehatan. 2028. Prinsip Olahraga BBTT. Diakses melalui https://p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/obesitas/prinsip-olahraga-bbtt pada tanggal 22 Januari 2025

Ahuja, A., & Mathpal, D. (2022). An Analysis of Health Benefits of Exercise. International Journal of Innovative Research in Engineering & Management (IJIREM), 9(1). https://doi.org/10.5958/2249-7315.2021.00291.4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun