Setelah kurang lebih satu tahun lebih berolahraga, saya punya angka kolesterol yang cukup stabil di kategori normal. Angkanya selalu di bawah 200 dan berkelanjutan. Jadi, jika ingin kolesterol baik-baik saja, cobalah rutin berolahraga.
2/ HR saya tidak mudah "meledak"
Heart rate atau detak jantung saya tidak tantrum saat berolahraga adalah pertanda bahwa jantung bekerja efisien. Ingat, jantung punya tugas penting yaitu memompa darah ke seluruh tubuh dan berolahraga membuatnya bekerja lebih.
Saya ingat sekali di awal mulai memasukan olahraga sebagai rutinitas, saya mudah ngos-ngosan. Saat mengecek di smartband, jelas sekali bahwa jantung saya memang bekerja keras dan belum efisien. Detak jantung saya suka sekali bermain di detak jantung maksimal (rumus detak jantung maks=220-usia) waktu itu. Agak ngeri!
Untungnya, seiring berjalannya waktu saya mulai menyadari bahwa saya tidak mudah ngos-ngosan lagi. Heart rate saya jadi tidak naik ekstrem meski dengan olahraga yang sama di awal.
Memang ya, manusia adalah "mesin" paling efisien yang dimana ketika dilatih maka akan nampak nyata kinerjanya. Terima kasih otot jantungku!
3/"Obat stress" paling murah meriah
Tidak dipungkiri bahwa semua orang pasti stress termasuk saya.
Pembeda ada dari cara menanggulangi stress tersebut, dan saya memilih jalur olahraga. Di tengah kesibukan pekerjaan, dan bumbu kehidupan lain yang kadang membuat stress membuat saya harus punya solusi jitu. Jangan sampai stress berkepanjangan membuat saya tidak produktif.
Rupanya olahraga adalah obatnya. Bukan hanya mampu memanajemen secara fisik, pun secara emosional. Obatnya bernama hormon norepinefrin, yaitu hormon yang dapat membantu otak dalam mengatasi stress.
Studi sudah membuktikan bahwa 30 menit berolahraga selama lima hari/lebih dalam seminggu dapat membantu mengurangi keputusasaan dan tekanan mental. Maka benar jika rekomendasi yang dianjurkan memang setidaknya 150 menit per minggu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!