Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dilangkahi Adik Kandung Menikah, Bagaimana Seharusnya Tanggapan Kakak?

21 November 2024   22:01 Diperbarui: 22 November 2024   11:53 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Nathan Walker on Unsplash       

Seperti halnya maut dan rezeki, jodoh sudah diatur.

Siapa sangka, akhirnya saya harus menghadapi momen yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan akan hadir dalam kehidupan. Momen yang barangkali bagi sebagian besar orang tidak pernah terjadi dalam kehidupannya, dan hanya sebagian kecil yang merasakan seperti saya. Jadi pantasnya saya harus bersedih atau bersyukur? Saya pilih yang kedua saja.

Dilangkahi Adik Menikah

Momen itu adalah "dilangkahi" adik menikah.  Atau adik yang menikah dulu.

Saya ingat sekali, ketika mama saya berkata kepada saya, "tidak apa-apa kan?"

Saya bohong kalau saya mengiyakannya dengan biasa-biasa saja. Sempat ada momen di mana saya tidak bisa menjawab. Saya terdiam, yang keluar justru air mata. Saya sedih, tapi bukan karena saya tidak senang mendengarkan kabar bahagia tersebut. Lebih ke saya yang seperti belum bisa terima dengan apa yang menimpa saya.

Saya yang mengasihani diri saya, juga saya yang jadi takut dengan apa yang akan dikata orang ketika tahu bahwa sebagai seorang kakak yang dianggap lebih dewasa dan budaya yang seperti mengharuskan untuk menjadi lebih dulu soal menikah. Apalagi ego saya sebagai zodiak aries yang terkenal keras kepala, saya tentu tidak mudah terima begitu saja. Eh bawa-bawa zodiak lagi.

Pertanyaan dari orang tua saya juga saya jadikan tanda bahwa mereka sebenarnya juga menyimpan cemas yang akhirnya mencoba memvalidasi dengan bertanya keadaan saya. Saya yang memang pernah tidak baik-baik saja kala itu.

"Bukankah urutannya kakak baru adik?" Pertanyaan ini sempat mondar-mandir di kepala.

Saya pernah takut dengan tanggapan yang akan saya terima dari orang-orang tentang saya ketika mereka tahu saya "dilangkahi" adik. Bahkan sahabat-sahabat yang sudah saya kenal pun saya sempat takut untuk mengutarakannya.

Ternyata saya salah.

Pernyataan yang saya rancang di kepala tentang saya yang akan nampak menyedihkan tidak tereksekusi. Justru saya mendapat sebaliknya. Ada banyak dukungan yang kemudian saya dapat, yang saya jadikan energi positif untuk menghadapi momen yang memang seharusnya tidak saya buat dengan bumbu kesedihan.

"Alhamdulillah, semoga kakaknya menyusul ya."

Ya, adik yang menikah saya juga yang mendapat doa baiknya.

Ketika Saya Menerimanya sebagai Takdir

"Bukankah menikah tidak harus sesuai dengan urutan kelahiran di keluarga?"

Saya memutuskan untuk mengubah pertanyaannya.

Tidak salah jika urutan keluarga menjadi panduan siapa yang menikah dulu. Akan tetapi, tidak salah pula jika tidak sesuai aturan seperti kebanyakan. Bukankah tidak aturan baku?

Menikah adalah hak individu. Jika adik saya yang lebih dahulu karena sudah menemukan jodohnya, saya bisa apa selain mendukung haknya untuk menyegerakannya. Apalagi jika usianya juga sudah cukup ideal, pekerjaannya juga sudah oke, sepertinya adik memang sudah lebih banyak langkah untuk mempersiapkan ke arah sana.

Apalagi menikah adalah momen yang bermuara pada kebahagian, dan pasangan yang menjadi pilihannya juga tidak membuat keluarga menjadi tidak baik-baik saja, tetap harmonis.

Menjadi Kakak yang Berbahagia

Seperti kedua mempelai yang berbahagia, begitupun kakak.

Momen pernikahan adalah bukti bahwa dua orang bertemu dan menjadi jodoh. Momen yang isinya bahagia.

Sebagai kakak, yang dilangkahi menikahpun, sudah seharusnya berbahagia dan ada bangga karena adik kini sudah menemukan pasangannya lebih dulu. Sudah seharusnya keputusan yang baik untuk menikah disambut hal baik pula bukan?

Karena pada ujungnya, pernikahan adalah keputusan individu yang harus dihargai. Menikah tidak mudah, butuh persiapan dari berbagai sisi. Jika sudah mantap, maka sudah siap. Salah besar saya jika tidak merestui jalan hidup yang dipilihnya.

Saya jadi malu sendiri ketika pernah sekanak-kanakan itu pada awalnya, yang tidak bisa langsung menerima padahal itu hal yang baik. Hari ini saya justru jadi banyak berterima kasih, karena momen ini membuat saya sadar mengapa saya tidak menikah lebih dulu daripada adik. Saya yang masih bergulat dengan manajemen konflik batin sendiri.

Saya pikir, momen ini seperti menjadi langkah kedewasaan saya yang jadi meningkat. Mudah-mudahan seperti itu harapannya. 

Ya, akhirnya..

Tidak ada yang tahu bagaimana skenario Tuhan bekerja, sebagai hamba hanya bisa percaya bahwa tiada yang lebih indah dari Sang Sutradara semesta. Saya percaya ada yang Tuhan sudah siapkan dan jauh lebih indah daripada apa yang saya bayangkan. Mudah-mudahan tidak ada yang terlewati lagi.

Saya tahu saya tidak bisa egois apalagi tujuannya menghalangi kebahagiaan orang yang saya sayangi, yang justru membuat saya menjadi salah besar. Saya cuma butuh waktu untuk menerima itu saja. Seiring waktu, saya bisa melewatinya dan bersyukur bahwa saya terbukti bisa berdamai dengan diri sendiri.

Kalau kata orang dilangkahi adik menikah itu menyedihkan, saya putarbalikan. Kata orang, biarlah kata orang. Kata saya, seperti tulisan ini, saya punya kendali.

Punya cerita yang sama? atau akan menghadapinya? Kalau butuh teman cerita tentang prespektif ditinggal adik menikah dari sudut pandang kakak, sila saja bercerita.  btw, adik saya laki-laki, saya perempuan. Saya juga jadi penasaran sudah seluas apa ikhlas saya sekarang? ehhhh~

Salam,

Listhia H. Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun