Aksi bersama cegah stunting dan obesitas!
Selain menjadi pembuka tahun, bulan januari selalu membawa pesan penting, terkhusus bagi Indonesia selama 62 tahun belakangan. Pesan yang diharap dapat meningkatkan kesadaran pun pengingat bahwa masalah ini yang sedang kita hadapi.
Masalah yang tidak hanya berdampak bagi individu, tetapi menjadi beban negara jika terus dibiarkan. Masalah yang sedang dibicarakan dalam tulisan ini adalah masalah gizi.
Tanggal 25 Januari menjadi momentum untuk menyadarkan kita bahwa masalah gizi masih menjadi pekerjaan kita. Tanggal yang jatuh sebagai sebagai Hari Gizi Nasional (HGN).
Sekilas tentang Hari Gizi Nasional (HGN) ke-62
Setiap tahun, HGN selalu membawa tema yang berbeda. Di tahun 2022 ini HGN mengusung tema "Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas" dengan slogan "Gizi Seimbang, Keluarga Sehat, Negara Kuat."
Tema tersebut diangkat karena hari ini Indonesia memang masih dihadapkan pada beban ganda masalah gizi di mana masih ada permasalahan gizi kurang tapi juga ada yang lebih.
Seperti diketahui prevalensi stunting, wasting, obesitas, dan kekurangan zat gizi mikro masih tinggi.
Selain tema dan slogan, logo HGN pun berganti setiap tahunnya. Dalam logo Hari Gizi Nasional ke-62, sangat terlihat jelas bahwa terdapat gambar dua anak dan angka 62 tahun.
Gambar dua anak (laki-laki dan perempuan) memiliki arti sebagai tumbuh kembang anak yang sehat pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Sedangkan angka 62 sebagai simbol bahwa peringatan HGN sudah memasuki usia 62 tahun.
Terdapat simbolisasi isi piringku di dalam angka enam, hal tersebut mengartikan bahwa harus ada keseimbangan pola makan/porsi agar tumbuh kembang anak baik dan tidak memiliki berat badan yang berlebihan.
Di antara Stunting dan Obesitas
Ada yang kurang, ada yang berlebihan.
Pernah mendengar stunting? Stunting diartikan sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurang gizi kronis dan adanya infeksi berulang
Stunting ditandai dengan panjang/tinggi badan yang berada di bawah standar antropometeri anak yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 tahun 2020.
Pentingnya mengatasi stunting karena dampak yang ditimbulkan bisa berjangka panjang. Dalam jangka pendek, stunting dapat mempengaruhi perkembangan otak, metabolism tubuh, dan tentu pertumbuhan fisik.
Dampak stunting dalam jangka panjang dapat mempengaruhi produktivitas dan menimbulkan masalah kesehatan yang lain di masa depan termasuk risiko terkena obesitas.
Menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Indonesia berada diangka 24.4%. Angka ini masih tinggi, mengingat komitmen pemerintah dalam masalah ini --seperti yang terdapat pada PP No.72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting---target yang ingin dicapai adalah sebesar 14 % di tahun 2024.
Beberapa penyebab stunting yang terdekat diantaranya adalah status gizi ibu, praktik menyusui, dan praktik pemberian makanan pendamping. Oleh sebab itu pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memperhatikan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai dari masa kehamilan (270 hari) dan dua tahun pertama kehidupan anak (730 hari).Masa di mana kebutuhan gizi harus dipenuhi dengan baik dan dikatakan sebagai periode emas.
Jika stunting adalah perihal gizi kurang yang kronis, obesitas sebaliknya. Obesitas terjadi karena terjadinya surplus/kelebihan kalori dalam tubuh yang menumpuk menjadi lemak.
Salah satu indikator obesitas adalah perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih dari sama dengan 27 kg/m2.
Menurut data Riskesdas 2018 diketahui proporsi orang dewasa berusia lebih dari 18 tahun yang mengalami obesitas sebesar 21.8. Jika melihat tren data Riskesdas 2007, 2013, dan 2018 proporsi obesitas cenderung mengalami peningkatan.
Sementara untuk anak usia 5-12 tahun, diketahui terdapat 18.8% mengalami kelebihan berat badan dan 10.8% mengalami obesitas.
Adapula penggolongan obesitas berdasarkan lingkar perut yaitu obesitas sentral. Seseorang dikatakan mengalami obesitas sentral ketika pada perempuan lebih dari 80cm dan laki-laki lebih dari 90cm.
Data Riskesdas 2018 mengenai obesitas sentral pada usia lebih dari sama dengan 15 tahun adalah sebesar 31.0.
Obesitas diketahui menjadi faktor risko terjadinya Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti penyakit jantung coroner (PJK), diabetes melitus/kencing manis, dan hipertensi. Masalah-masalah kesehatan yang jumlahnya tidak sedikit hari ini, kan?
Ada kaitan antara stunting dan obesitas, karena penanganan stunting sejatinya adalah langkah untuk pencegahan terjadinya masalah gizi lebih di kemudian hari, lho.
Mari cegah stunting dan obesitas untuk investasi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Selamat Hari Gizi Nasional!
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H