Memiliki ponakan yang masih berusia enam tahun membuat saya punya gambaran bagaimana mengajarkan anak ibadah di bulan Ramadan.
Saya belajar dari kakak yang kini sudah menjadi Ibu bagi kedua anaknya. Terutama melihat cara kakak yang berhasil mengajarkan anak-anaknya dalam bidang agama seperti menghafal doa-doa, mengaji, sampai membiasakan anak salat. Ya, apalagi sekarang ini membuat waktu di rumah lebih banyak karena pembelajaran serba online.
Melihat Cara Kakak Mengajarkan Ibadah
Alhamdulillah, meski belum resmi masuk sekolah dasar, ponakan saya sudah pandai mengaji. Sudah bisa membaca huruf hijaiah sambung dan menghafalkan beberapa surat.
Ah, iya bahkan baru-baru ini ponakan saya mendapat juara dua dalam lomba tartil. Ponakan saya juga sudah hafal 99 Asmaulhusna, yang jujur saja saya sendiri tidak hafal. Luar biasa!
Nah, bagaimana suh cara kakak saya mengajarkan anaknya di bulan Ramadan? Begini resepnya...
1. Memantau Ibadah dengan Cara Seru
Sebelum Ramadan, kakak sudah menyiapkan semacam laporan ibadah harian selama bulan Ramadan. Laporannya dalam bentuk poster lucu bergambar pohon-pohon. Ibadah tracker, namanya.
Yang menarik, pohon-pohon itu akan ditempel dengan stiker buah-buahan tiap kali melakukan ibadah. Misalnya, buah apel jika salat subuh, buah jeruk jika salat dzuhur, dan sebagainya. Nah, nantinya di akhir Ramadan bisa dihitung berapa banyak buah yang bisa dipanen.
Hampir tiap hari melalui panggilan video, ponakan selalu menyuruh saya untuk melihat hasil buah-buahan yang berhasil ia kumpulkan di hari itu, yang biasanya memang baru ponakan tempelkan setelah melakukan salat tarawih.
Selain melatih beribadah, dengan cara ini juga bisa melatih kejujuran si anak. Kakak saya memberikan kepercayaan sepenuhnya. Sejauh ini ponakan saya terpantau jujur karena pernah suatu hari dia ketiduran sehingga terlewat waktu salat dan dia mengatakan apa adanya.
Oya, untuk mendapatkan poster ini juga mudah. Tinggal beli secara online saja, Bund.
2. Ikut Terlibat Memberikan Contoh
"Selamat Datang Ramadan. Beribadah Bersama Ayah dan Bunda di Rumah."
Begitulah kata-kata yang tertulis pada banner yang kakak saya pasang di salah satu sisi tembok rumahnya. Bukan di tahun ini saja kakak melakukannya, pun di tahun yang sebelumnya.
Kakak sering membuat suasana rumah lebih meriah dengan menambahkan hiasan bernuansa Ramadan. Harapannya adalah anak-anak bisa makin semangat untuk beribadah di bulan suci.
3. Memberikan Hadiah Kenapa Tidak?
Kata kakak memberikan hadiah adalah cara untuk menambah motivasi.
Kakak memberikan kebebasan bagi anaknya untuk memilih hadiah apa yang dia mau ketika berhasil menyelesaikan puasa selama sebulan penuh. Ya, hadiah sepertinya memang tidak pernah gagal untuk membuat anak makin bersemangat untuk melakukan sesuatu. Namun, tetap berikan pemahaman bahwa beribadah bukan hanya untuk mendapat hadiah semata.
Ternyata benar kalimat yang menyatakan bahwa "Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya." Bagi saya, kakak laik untuk mendapat nilai A. Mengingat sampai hari ini anaknya -ponakan saya- belum ada yang bolong puasa tanpa dipaksa.
Alhamdulillah, dari kakak saya mendapatkan bekal berharga bagaimana mengajarkan anak-anak saya kelak. Ehem.
Akhir kata: Selamat Hari Pendidikan Nasional~~
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H