Pukul tiga pagi, mereka datang. Jeng-jeng-jeng~~
Menjalankan ibadah puasa di perantauan membuat saya harus bisa mengandalkan diri sendiri untuk bisa mempersiapkan semuanya, salah satunya untuk bangun sahur. Tidak seperti di rumah yang bisa dibangunkan orangtua ketika tidak terbangun, di perantauan mana bisa. Kalau benar-benar terlalu pulas, terlewat waktu sahur adalah suatu hal yang tidak mustahil.
Alarm Sahur yang Biasanya
Mengatur alarm di smartphone sudah pasti. Ya, walaupun alarm sudah berbunyi pun kadang membuat saya tidak juga segera bangun. Namun setidaknya ada kelegaan sendiri ketika terbangun saat alarm berbunyi karena itu pertanda bahwa saya masih punya waktu untuk melakukannya.
Alhamdulillah, di puasa yang sudah memasuki hari ke-19 ini, saya tidak pernah terlewat sahur. Walau pernah juga mengalami sahur yang tidak mulus, saya sudah terbangun tapi tertidur dan terbangun lagi menjelang waktu imsyak kurang dari 10 menit. Sahur kebutan.
Alarm Sahur Auto-Bangun
Selain mengandalkan alarm smartphone, ada alarm lain yang sering berhasil membuat saya auto-bangun. Alarm yang hidup dan berjalan.
Saya ingat sekali waktu itu di Ramadan ke-5, saya sudah kedatangan tamu bulanan. Yang artinya di hari itu saya tidak diwajibkan puasa sehingga tidak menjalankan sahur boleh-boleh saja.
Namun ternyata saya tetap bisa terbangun sekitar jam 3 pagi gara-gara alarm hidup yang saya duga adalah sekelompok anak-anak dan remaja yang tinggal di sekitar kosan saya.
Tidak seperti hari-hari biasanya yang suaranya terdengar agak samar dari jalanan besar, waktu itu rasanya dekat sekali. Ah, iya saya pikir memang di hari itu mereka bukan hanya sekedar melewati kosan saya, pun masuk di halaman yang membuat suaranya berkali-kali lebih nyaring. HAHAHA.
Apakah saya terganggu?
Hmm, biasa saja. Malahan saya fokus dengan cara mereka membangunkan saya -juga yang lain. Dengan menggunakan alat yang dapat mengeluarkan bunyi (yang entah ada apa saja) diiringi kata-kata untuk segera bangun sahur, kombinasi keduanya memang menjadi racikan alarm yang bisa diandalkan.
Apalagi dengan musik iringan yang saya pikir seperti ada rasa "koplo"nya, sepertinya bukan hanya bisa membangunkan orang tidur, pun bisa membuat mereka auto goyang.
Saya sempat merekamnya waktu itu, lalu saya unggah menjadi status whatsapp. Responnya ternyata seperti yang saya rasa.
Rata-rata meresponnya dengan balasan,"Rame bangettttt!"
Cara membangunkan sahur semacam ini memang bukan kali pertama saya temui. Di rumah pun ada, hanya saja sedikit ada perbedaan genre. Sepertinya di sini lebih ada variasinya dan dari suaranya saja sudah bisa dibayangkan betapa hebohnya mereka.
Terima kasih sudah bangun lebih dulu untuk membangunkan orang-orang melakukan sahurnya. Saya membaca niat baik dari hebohnya suara-suara itu. Untuk anak kosan seperti saya, alarm semacam ini sangat membantu.
Kalau dipikir-pikir, suara-suara membangunkan sahur semacam ini memang sudah menjadi bagian yang ditunggu saat Ramadan dan saya menikmatinya sebagai budaya sahur keliling yang ngangeni.
Salam,
Listhia H. Rahman
*ngangeni: membuat kangen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H