Aku meninggalkan laki-laki yang tak kukenal itu. Sambil kukenakan sarung, aku mengambil posisi untuk melakukan salat empat rakaat. Lalu berdoa. Doaku siang ini lebih panjang. Sepanjang harapan yang sedang kucoba untuk aku hadirkan lagi.
"Ya Allah, jadikanlah hamba menjadi orang yang pandai bersyukur pada tiap rezeki yang KAU berikan."
Aamiin
***
"Sedang sepi ya, Pak?" laki-laki itu ternyata belum pergi. Dia masih duduk di depan musola sembari melihat sepeda bututku dan balon-balonku yang tak laku-laku. Pasti.
"Ya begini, Pak. Namanya orang jualan."
"Pak, boleh bapak hitung balon yang bapak bawa?" laki-laki itu kini memandangku sambil tersenyum. Sumringah sekali.
Aku menuju sepedaku sambil pura-pura menghitung, "Ada 14, pak."
Tanpa dihitung lagi pun aku sudah tahu jawabannya. Jelas-jelas baru satu balon yang kulepas hari ini.
"Saya beli semua, ya!" laki-laki itu mengambil sesuatu dari saku celana pendeknya.
"..tttaa...ttaapi, Pak?" kataku masih tidak percaya.