Rupanya hari ini adalah tanggal merah.
Semenjak pandemi melanda, kita menjadi lebih aman di rumah saja. Bersamaan dengan adanya imbauan pemerintah untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari rumah. Kita yang tidak ke mana-mana dulu dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah yang membuat kita bisa menjadi lupa tanggalan. Karena rasanya hari-hari jadi sama, sama-sama ada di rumah.
Hari ini tanggal 7 Mei 2020 rupanya menjadi tanggal merah di antara tanggal hitam di tanggalan. Hari yang menandakan untuk libur selain hari Minggu. Sebuah hari spesial bagi agama Budha yang hadir bersamaan di bulan Ramadan. Hari Raya Waisak.
Waisak dan Temanggung
Berbicara soal Hari Raya Waisak, maka Temanggung menjadi salah satu yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini dikarenakan kabupaten yang berada di wilayah provinsi Jawa Tengah ini mempunyai tempat yang disakralkan bagi agama yang diajarkan oleg Sidharta Gautama tersebut.
Tepatnya di Umbul Jumprit. Sumber mata air di mana para biksu mengambil air berkah sebagai bagian dari ritual ibadah.
Namun Waisak tahun ini tidak ada para biksu yang datang berkunjung. Beberapa media yang saya tonton pun menggunakan video tahun lalu untuk menggambarkan perayaannya. Umbul Jumprit yang menjadi sepi.
Pandemi membuat Perayaan Wasiak kali ini menjadi berbeda. Seperti rangkaian perayaan Tri Suci Waisak (tiga peristiwa penting yakni lahirnya Sidharta Gautama, penemu dan pencetus Agama Buddha, tercapainya Sidharta Gautama dalam tahap penerangan Agung dan menjadi Budha, dan hari di mana Buddha Gautama wafat) di Candi Borobudur dan Api Abadi Mrapen yang jadi ditiadakan di tahun ini.
Festival lampion yang biasanya menyertai dan ditunggu banyak khalayak umum, otomatis juga ditunda dulu. Langit Borobudur yang kini tanpa kelap kelip dari cahayanya.
Kita yang Sama-sama Ibadah di Rumah
Pandemi ini memang menjadi hal yang harus dihadapi oleh semua umat beragama, tanpa terkecuali.
Tidak hanya umat Islam yang di Ramadan tahun ini harus meniadakan beribadah di masjid dulu. Pun agama Budha di perayaan Waisak kali ini. Kita yang sama-sama lebih baik untuk beribadah dari rumah. Kita yang sama-sama menghadapi suasana yang tidak seperti ibadah sebelumnya. Kita yang sama-sama harus menerima dengan ikhlas.
Di suasana COVID-19 yang menjadi sama-sama kita hadapi ini sudah seharusnya juga kita sama-sama lalui. Ujian bersama yang dikerjakan bersama-sama. Agar lebih mudah, mudah-mudahan. Bukankah Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan umat-Nya?
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah [2]: 286)
Tanpa melihat perbedaan agama, mari sama-sama saling menguatkan satu sama lain bahwa pandemi ini bisa kita hadapi dengan optimis. Agar bisa segera usai, agar semua kembali menjadi baik-baik kembali. Karena harapan kita sama. Salah satunya ingin beribadah tanpa rasa khawatir.
Situasinya memang sedang tidak mudah, tetapi kita tidak boleh menyerah. Meski kini tempat ibadah kita sama-sama menjadi di rumah, kekuatan doa mampu menembus dari banyak celah. Dari mana saja, menuju pada-Nya. Semoga semua segera pulih dan kita yang bisa kembali sama-sama merayakan di tempat ibadah kita masing-masing. Aamiin
Teruntuk saudara-saudaraku yang merayakan Hari Waisak, semoga diberi kedamaian Waisak. Smoga makhluk bumi berbahagia.
Sadhu-Sadhu-Sadhu
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H