Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Mengenang Pakde Didi Kempot dari Tulisan-tulisan yang Pernah Saya Buat

5 Mei 2020   11:34 Diperbarui: 5 Mei 2020   11:34 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih sudah mengajarkan menerima patah hati dengan cara paling meriah.

Pagi ini, disaat saya sedang berada dalam panggilan video, tiba-tiba saja whatsapp saya mendadak ramai. Karena merasa ada yang tidak biasa, akhirnya saya mencoba untuk mencuri-curi kesempatan sembari mengecek apa yang terjadi.

Rasanya sungguh seperti mimpi. Tidak percaya sekaligus kaget. Ternyata pesan-pesan itu adalah pembawa kabar yang rasanya tidak ingin benar-benar menjadi nyata. Kabar bahwa seorang legenda pergi untuk selamanya. Legenda yang kita juluki The Godfather of Broken Heart. Penyanyi pria asal Surakarta yang juga dikenal dengan nama Didi Kempot.

Siapa sobat ambyar yang tidak merasa kehilangan? Kehilangan yang sungguh tiba-tiba. Apalagi belum sebulan ini, beliau nampak baik-baik saja dan sempat melakukan konser amal bersama kompastv. Konser yang berhasil menggalang dana fantastis. Terkumpul sampai 7.6 miliar. Semua berkat Pakde Didi Kempot dan karya-karyanya.

Mengenang Pakde dari Tulisan-tulisan yang Pernah Saya Buat

Ini bukanlah tulisan pertama saya mengenai sosok Pakde Didi Kempot.

Sebagai sobat ambyar, apa yang saya rasakan tiap kali menonton atau mendengar karya Pakde, pasti akan saya tuliskan. Ya, entah mengapa menulis tentang Pakde Didi Kempot selalu menyenangkan dan rasanya selalu ingin saya ikut bagikan juga dengan kalian.

Tulisan pertama di akhir 2018. 

Saya pernah menyebut Didi Kempot dalam tulisan "Pengalaman Menonton Guyonwaton dan Fenomena Anak Muda Penyuka Koplo."  Gara-gara saya pertama kalinya menonton konser Guyonwaton dan juga Pakde Didi Kempot.  Ya, waktu itu kehadiran Pakde Didi Kempot belum terlalu banyak dibicarakan kaum muda.

Saya jadi merasa beruntung, dalam sepanjang hidup saya, setidaknya saya pernah menikmati langsung karya-karya beliau secara langsung. Walau sekali. Benar-benar pengalaman yang tidak akan saya lupa.

Tulisan kedua di pertengahan 2019, tahun yang benar-benar menjadi tahunnya Pakde.

Secara khusus saya menuliskan sosok beliau dengan judul "Merayakan Patah Hati Secara Elegan Lewat Lagu-lagu Didi Kempot." Apalagi kalau bukan karena fenomena anak muda yang mulai jatuh cinta dengan karya-karya beliau. Salah satu pencetusnya adalah acara Ngobam yang diprakarsai oleh Gofar Hilman. Yang sewaktu itu bahkan sempat menduduki trending di jagat twitter.

Mengutip tulisan saya sendiri di tulisan tersebut,

"Seperti "terlahir kembali", penyanyi bernama asli Didi Prasetyo atau lebih dikenal dengan Didi Kempot (Kempot berasal dari singkatan Kelompok Penyanyi Trotoar) itu menjadi bukti nyata bahwa beliau adalah legenda hidup yang berhasil mengambil hati para generasi milenial. Ya, fenomena kemunculan para muda-mudi militan penyuka lagu-lagu jawa karya Didi Kempot seperti pada acara #ngobam yang diperkirakan menyentuh angka 1500 orang ini memang cukup menarik perhatian di kalangan publik +62."

Di tulisan tersebut saya juga menceritakan secara singkat bagaimana saya bisa mengenal beliau. Beliau yang bukanlah orang baru di dunia seniman. Menyentuh tiga dekade. Sudah menemani bahkan sejak saya belum lahir. Maka tidak heran jika karyanya pun tidak hanya satu dua, melainkan mencapai 700 lagu. Luar biasa! 

Tulisan ketiga, di tahun ini. 

Belum genap sebulan usianya. Tulisan yang saya buat ditanggal 12 April lalu. Sehabis menonton konser amal beliau di kompastv. Konser yang kini akan menjadi kenang-kenangan saya (juga siapapun) dikala rindu mendengarkan beliau bernyanyi.

Tulisan itu berjudul "Matur Nuwun, Pakde Didi Kempot." Judul yang merupakan sebuah ungkapan rasa terima kasih karena sudah dihibur di masa-masa pandemi ini. Salah satu konser paling berkesan yang saya tonton. Konser yang tidak akan saya lupakan.

"Malam minggu kemarin jadi salah satu malam minggu terambyar yang pernah saya lalui. Bukan karena saya habis putus dengan seseorang, tetapi karena kompasTV menghadirkan Pakde Didi dalam durasi yang tidak sebentar. Tiga jam."

Konser yang menampilkan lagu-lagu yang tidak hanya yang sedang hits, tetapi lagu-lagu dulu yang masih asyik didengarkan. Lagu yang sepengetahuan saya memang jarang dibawakan seperti 'dalan anyar', 'ketaman asmoro' dan 'sekonyong-konyong koder'. Konser amal yang menghimpun dana tidak sedikit. Konser yang juga sebagai bentuk pengingat karena mengajak untuk tidak dulu mudik. 

Konser yang kini tinggal kenangan.

Sugeng Tindak, Pakde Didi Kempot 

Hari ini, di tanggal yang cantik (05/05), akan menjadi hari yang dikenang atas kepergian salah satu sosok seniman terbaik Indonesia. Tidak hanya seniman tetapi juga pahlawan karena jasa-jasa beliau seperti mengajarkan bahwa patah hati untuk tetap dijogeti dan jiwa kemanusiaanya menggalang donasi lewat karya-karyanya.

Berkat Pakde, saya banyak belajar. Bahwa rasa galau adalah bahan bakar. Bahan bakar untuk menjadi produktif membuat karya. Apapun bentuknya. Meski kini Pakde telah tiada, karya beliau akan tetap hidup di hati penggemarnya. Saya, kamu, kita sobat ambyar benar-benar berduka.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, sugeng tindak, Pakde Didi Kempot. Karyamu akan selalu abadi. Akan slalu hadir dalam daftar lagu merayakan patah hati sampai kapanpun.

Tulisan ini saya buat untuk menjadi kenang-kenangan bahwa pernah ada sosok yang pernah menghibur dan membantu banyak orang dengan karya-karyanya. Sosok yang meninggalkan kita dengan kebaikan-kebaikannya.

Salam,

Listhia H. Rahman

*sugeng tindak: selamat jalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun