Terima kasih sudah mengajarkan menerima patah hati dengan cara paling meriah.
Pagi ini, disaat saya sedang berada dalam panggilan video, tiba-tiba saja whatsapp saya mendadak ramai. Karena merasa ada yang tidak biasa, akhirnya saya mencoba untuk mencuri-curi kesempatan sembari mengecek apa yang terjadi.
Rasanya sungguh seperti mimpi. Tidak percaya sekaligus kaget. Ternyata pesan-pesan itu adalah pembawa kabar yang rasanya tidak ingin benar-benar menjadi nyata. Kabar bahwa seorang legenda pergi untuk selamanya. Legenda yang kita juluki The Godfather of Broken Heart. Penyanyi pria asal Surakarta yang juga dikenal dengan nama Didi Kempot.
Siapa sobat ambyar yang tidak merasa kehilangan? Kehilangan yang sungguh tiba-tiba. Apalagi belum sebulan ini, beliau nampak baik-baik saja dan sempat melakukan konser amal bersama kompastv. Konser yang berhasil menggalang dana fantastis. Terkumpul sampai 7.6 miliar. Semua berkat Pakde Didi Kempot dan karya-karyanya.
Mengenang Pakde dari Tulisan-tulisan yang Pernah Saya Buat
Ini bukanlah tulisan pertama saya mengenai sosok Pakde Didi Kempot.
Sebagai sobat ambyar, apa yang saya rasakan tiap kali menonton atau mendengar karya Pakde, pasti akan saya tuliskan. Ya, entah mengapa menulis tentang Pakde Didi Kempot selalu menyenangkan dan rasanya selalu ingin saya ikut bagikan juga dengan kalian.
Tulisan pertama di akhir 2018.
Saya pernah menyebut Didi Kempot dalam tulisan "Pengalaman Menonton Guyonwaton dan Fenomena Anak Muda Penyuka Koplo." Gara-gara saya pertama kalinya menonton konser Guyonwaton dan juga Pakde Didi Kempot. Ya, waktu itu kehadiran Pakde Didi Kempot belum terlalu banyak dibicarakan kaum muda.
Saya jadi merasa beruntung, dalam sepanjang hidup saya, setidaknya saya pernah menikmati langsung karya-karya beliau secara langsung. Walau sekali. Benar-benar pengalaman yang tidak akan saya lupa.
Tulisan kedua di pertengahan 2019, tahun yang benar-benar menjadi tahunnya Pakde.