Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setelah Seminggu Belajar dari Rumah

23 Maret 2020   22:53 Diperbarui: 25 Maret 2020   14:29 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | unsplash.com

Ternyata... 

Memiliki seorang Ibu yang bekerja menjadi guru membuat saya jadi tahu bagaimana kerja ibu di masa-masa seperti sekarang. Ketika belajar sementara tidak dijalankan di sekolah. Belajar dari rumah.

Ibu --yang selanjutnya saya sebut dengan Mama saja, ya---adalah seorang guru di sekolah dasar. Sekolah dimana saya dulu belajar, sekarang sudah jadi alumni. Letaknya tidak jauh dari rumah kami. Cukup jalan kaki lima sampai sepuluh menit, sampai lokasi. 

Selama ini, Mama selalu mendapat tugas mengajar kelas atas, maksudnya kelas 5 atau 6.  Dan untuk tahun ini, Mama mengajar kelas 6.  Kelas dimana para siswa harus dipersiapkan sungguh-sungguh karena akan menghadapi ujian.

Sudah masuk minggu kedua, sekolah Mama menjalankan instruksi dari pemerintah. Untuk meniadakan pembelajaran di sekolah dan menggantikannya dengan mengerjakan dari rumah. 

Ya, meski di hari-hari tertentu Mama tetap saja ke sekolah untuk melaksanakan piket bersama guru lainnya.

Selama itu pula saya jadi ikut nimbrung soal kerjaan Mama yang ternyata sudah memanfaatkan daring. Ya, zaman now memang tidak bisa disamakan dengan ketika saya bersekolah dulu. Dulu boro-boro main internet, punya gadget saja tidak.

Namun, itulah manfaatnya adanya perkembangan teknologi informasi saat ini, mempermudah kehidupan terlebih ketika ada kejadian tidak terduga semacam ini. Membuat belajar di rumah jadi benar bisa dilakukan. 

Bisa dipantau langsung dengan bantuan aplikasi. Seperti Mama yang memilih aplikasi pesan yang sudah sangat familiar: Whatsapp (selanjutnya saya singkat dengan WA).

Ketika Orangtua Juga Berperan disini

Mengetahui Mama menggunakan WA, saya sempat jadi penasaran tentang kepemilikannya.

"Mah, berarti siswanya udah pada punya hape dong."

Rupanya bukan berarti semua siswa memiliki telepon genggam masing-masing, tetapi kebanyakan memang menggunakan WA milik orangtua mereka. 

Jadi terlihat sekali di sini bahwa selama belajar dari rumah, peran orang tua sangat dilibatkan. Semua tugas yang diberikan, orangtua akan tahu dan wajib melaporkan hasil pekerjaannya kepada Mama.

Aturan yang Mama buat agar siswanya tetap belajar adalah dengan mengharuskan mereka mengambil foto pekerjaan yang sudah diselesaikan. 

Setelah itu agar Mama mudah memantaunya, Mama membuat daftar yang bisa diisi dengan nama mereka sendiri jika mereka benar-benar sudah mengirimkan pekerjaannya lewat japri. Ya, japri dong.

Selama Seminggu Belajar di Rumah 

Agar terdokumentasi dengan baik, pun orangtua tahu tentang perkembangan tugas anaknya dan yang lainnya, Mama membuat laporan mengenai siapa saja yang sudah atau belum mengerjakan pekerjaannya selama seminggu.

Ternyata hasilnya tidak membuat kaget. Siswa yang rajin di sekolah diketahui juga rajin di rumah dengan mengerjakan semua pekerjaan tanpa ada cela. Sebaliknya, yang kurang kok ya selama di rumah ternyata tidak terlalu jauh berbeda. Masih saja ada yang tidak mengerjakan.

Jumlahnya memang tidak mendominasi, karena sebagian besar mengerjakan tugasnya dengan baik dan tepat waktu. Ya, Mama selalu memberi batas waktu pengumpulan tugas tiap harinya agar anak-anaknya segera menyelesaikan tugas yang diberikan.

Kenapa Sekolah harus "diliburkan"?

Diliburkan dalam tanda petik, karena sebenarnya tidak libur hanya saja memindahkan tempat yang jadi di rumah sendiri. Seperti yang sekolah Mama saya lakukan, yang ternyata tiap hari selalu memberikan tugas dan si anak pun harus segera menyelesaikannya. 

Ya, walau tidak seperti pembelajaran di sekolah, ada kewajiban siswa untuk tetap belajar kan? Beda dengan libur, yang mana membuat siswa melupakan buku-bukunya.

Di tengah pandemi virus korona, penutupan sekolah tidak hanya dilakukan di sekolah Mama atau lebih luas di Indonesia, tetapi lebih luas lagi jangkauannya. Beberapa negara juga melakukannya seperti Jepang dan Italia.

Penutupan sekolah ini dilakukan karena pada sejumlah penelitian yang pernah dilakukan dapat berdampak pada situasi pandemi yaitu menunda waktu puncak endemi (di wilayah tersebut) sekitar dua minggu. 

Penutupan sekolah sebelum kasus terjadi bahkan diketahui menjadi sebuah intervensi efektif non-farmasi yang cukup kuat diterapkan. 

Hal ini karena ketika sekolah ditutup akan mengurangi interaksi (pencampuran) anak-anak dengan orang dewasa lainnya (orangtua yang mengantar dan guru yang hadir). 

Pembatasan interaksi sosial ini tidak hanya menyelamatkan anak-anak, pun lebih luas lagi pada level komunitas masyarakat.

Untuk itu memang penting ditekankan pada orangtua dan juga pengertian pada anak-anak bahwa belajar di rumah bukan berarti liburan tambahan, melainkan sebuah upaya untuk menekan terjadinya kasus pandemi korona yang terjadi. 

Memberi nafas pada layanan kesehatan untuk menangani kasus yang ada secara maksimal dengan tidak menambahkan kasus baru terus menerus.

Selamat mengajar dari rumah Mama, selamat mengerjakan anak-anak dan semua yang hari ini tidak perlu keluar rumah. Di rumah aja, ya. Ini bukan untuk kepentingan satu orang, tetapi menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. 

Selamat bekerja para pahlawan kami, petugas Medis!

Salam hormat,
Listhia H. Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun