"Mah, berarti siswanya udah pada punya hape dong."
Rupanya bukan berarti semua siswa memiliki telepon genggam masing-masing, tetapi kebanyakan memang menggunakan WA milik orangtua mereka.
Jadi terlihat sekali di sini bahwa selama belajar dari rumah, peran orang tua sangat dilibatkan. Semua tugas yang diberikan, orangtua akan tahu dan wajib melaporkan hasil pekerjaannya kepada Mama.
Aturan yang Mama buat agar siswanya tetap belajar adalah dengan mengharuskan mereka mengambil foto pekerjaan yang sudah diselesaikan.
Setelah itu agar Mama mudah memantaunya, Mama membuat daftar yang bisa diisi dengan nama mereka sendiri jika mereka benar-benar sudah mengirimkan pekerjaannya lewat japri. Ya, japri dong.
Selama Seminggu Belajar di Rumah
Agar terdokumentasi dengan baik, pun orangtua tahu tentang perkembangan tugas anaknya dan yang lainnya, Mama membuat laporan mengenai siapa saja yang sudah atau belum mengerjakan pekerjaannya selama seminggu.
Ternyata hasilnya tidak membuat kaget. Siswa yang rajin di sekolah diketahui juga rajin di rumah dengan mengerjakan semua pekerjaan tanpa ada cela. Sebaliknya, yang kurang kok ya selama di rumah ternyata tidak terlalu jauh berbeda. Masih saja ada yang tidak mengerjakan.
Jumlahnya memang tidak mendominasi, karena sebagian besar mengerjakan tugasnya dengan baik dan tepat waktu. Ya, Mama selalu memberi batas waktu pengumpulan tugas tiap harinya agar anak-anaknya segera menyelesaikan tugas yang diberikan.
Kenapa Sekolah harus "diliburkan"?
Diliburkan dalam tanda petik, karena sebenarnya tidak libur hanya saja memindahkan tempat yang jadi di rumah sendiri. Seperti yang sekolah Mama saya lakukan, yang ternyata tiap hari selalu memberikan tugas dan si anak pun harus segera menyelesaikannya.