Tidak ada hari tanpa puisi. Meski ada atau tanpamu. Hilih~
Tahukah kamu jika selain hari ini menjadi hari sabtu, di tanggal 21 Maret selalu diperingati sebagai hari puisi sedunia? Ya, hari untuk merayakan dia yang kamu abadikan dalam bait-bait untuk menguraikan perasaan yang terlalu rumit sampai pada rindu yang selangit.
Persis hanya sehari berselang, kemarin bertepatan pula dengan hari lahir salah satu sastrawan kebanggan kita semua, Bapak Sapardi Djoko Damono yang ke-80 tahun. Beliau pencipta dibalik kalimat puitis "aku ingin mencintaimu dengan sederhana..." atau pengagum ulung "hujan bulan Juni" ini? Jadi mari sekalian kita sama-sama ucapkan pada beliau yang menjadi perantara jutaan hati, Selamat Ulang Tahun, Profesor SDD!
Menelaah Hari Puisi Sedunia
Hari Puisi Sedunia diprakarsai oleh salah satu organisasi dibawah naungan PBB, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau organisasi yang mengurus Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan. Tepatnya pada Konferensi Umum ke-30 yang dilakukan di Paris pada tahun 1999.
Tujuan dari adanya Hari Puisi Sedunia ini adalah untuk mendukung keragaman linguistik (ilmu tentang bahasa) melalui ekspresi puitis dan meningkatkan kesempatan bahasa yang terancam (punah) untuk didengar.
Hari puisi sedunia ini juga sebagai salah satu bentuk penghormatan untuk para penyair dan sebagai sarana untuk mempromosikan pembacaan, penulisan dan pengajaran mengenai puisi.
Menurut kbbi, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secra cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Atau lebih hemat kata, puisi sama dengan sajak.
Sudahkah Kamu Menulis Puisi Hari Ini
Yap. Menulis puisi ternyata punya syarat. Tidak semudah mendengarkannya. Makanya tak heran jika sewaktu sekolah kit pernah menemukan pelajaran bahasa Indonesia soal membuat puisi.
Tidak hanya membuatnya, bahkan kita juga disuruh mendeklamasikannya di depan kelas. Ingat tidak? Jangan-jangan hari itu juga dimana hari terakhir kali kamu membuat dan membaca puisi?
Kenapa tidak berpuisi hari ini? Tidak ada pujangga yang tidak menghasilkan puisi. Apalagi membuat puisi ketika sudah jadi pujangga. Ya tidak mungkin. HAHA.
Tidak. Saya tidak pandai juga berpuisi. Makanya saya sendiri masih belajar menuliskan puisi.
Kenapa puisi jadi penting untuk dipelajari? Karena setidaknya dengab mencurhakan perasaan melalui kata-kata, cerita patah hati jadi terasa indah dirasa, misal. Itulah hebatnya puisi, mendaur ulang cerita-cerita ambyar menjadi makin ambyar. Eh maksudnya lebih enak untuk dinikmati.
Salah satu bahan bakar terbaik untuk berpuisi adalah patah hati. Namun, tidak perlu juga untuk mengorbankan patah berkali-kali. Yuk, lestarikan puisi. Puisi yang fiksi untuk seseorang yang nonfiksi, ada. Siapa nih yang suka begini
Selamat Hari Puisi
--selama kamu sudah tinggal disana, kamu abadi.
Salam,
Listhia H. Rahman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI