Apakah kamu termasuk penganut aliran belum makan kalau belum ketemu nasi?
Makan itu harus dengan nasi. Pokoknya belum dinamakan sudah makan kalau belum ada nasi di piring. Itulah kebanyakan anggapan banyak orang Indonesia. Sebagai makanan pokok, nasi adalah primadona di meja makan. Kalau belum ada nasi, belum afdal dikatakan makan. Padahal kenyataan sebelumnya sudah makan sepiring mie goreng, ngemilnya kolak singkong, ditambah jagung susu keju (jasuke)?
Menurut data-data tentang pangan masyarakat, anggapan bahwa orang Indonesia yang memang masih sangat bergantung pada nasi sebagai makanan pokok bisa dibuktikan. Di skala dunia, Indonesia menempati urutan ketiga dalam konsumsi domestik beras.
Hal ini mengingat lebih dari 90 persen penduduknya mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok atau mencapai 37,97 juta ton atau 7,88 persen dari total konsumsi domestik beras dunia.
Bersumber dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, produksi tanaman pangan padi di skala nasional dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan (pada rentang tahun 2015-2017). Sedangkan tanaman pangan lain seperti ubi jalar dan ubi kayu justru mengalami penurunan di rentang waktu yang sama.
Data pendukung lain sepert dikutip dari kompas.com yang menunjukkan bahwa data konsumsi beras untuk seluruh Indonesia adalah 2,5 juta ton per bulan untuk mencukup 260 juta penduduk di Indonesia.
Saatnya Menjajal Pangan Lokal Pengganti Nasi
Kita semua tahu bahwa nasi menyediakan sumber tenaga dari karbohidratnya. Dalam satu porsi nasi (100 gram) terkandung energi sekitar 175 kalori. Namun, tidak hanya nasi saja, lho. Faktanya ada ada beberapa bahan makanan yang bisa mengantikan peran nasi sebagai sumber tenagamu.
Makanan yang tidak perlu dibeli dari luar negeri karena dengan kesuburan tanah Indonesia, bahan pangan ini bisa tumbuh dan kita nikmati. Ya, sumber pangan lokal.
Apa saja pangan lokal tersebut?
1. Jagung
Salah satu pengganti nasi, sumber karbohidrat yang tidak asing, dan enak dinikmati adalah Jagung. Di Indonesia, jagung diperkirakan masuk pada sekitar adab 16 oleh penjelajah Portugis. Jika dilihat dari data produksinya, jagung memilki trend peningkatan tiap tahun (2015-2017) seperti halnya padi. Di daerah tertentu jagung merupakan makanan pokok yang dikonsumsi seperti pada masyarakat Madura dan NTT.
Untuk mengolah jagung juga tidak sulit. Hanya cukup di rebus saja sudah bisa di makan. Akan tetapi hari ini olahan jagung sudah cukup beragam seperti beras jagung analog, nasi jagung instan, mie jagung, macaroni jagung, tortilla jagung bahkan ada juga susu jagung.
Tiga biji ukuran sedang jagung segar memiliki kandungan gizi yang sama dengan seporsi nasi (100gram). Bahkan jagung memiliki kelebihan, karena ada serat (lebih dari 6 gram) di dalamnya yang mampu membuatmu kenyang dengan porsi yang lebih sedikit daripada nasi.
2. Singkong
Aku suka singkong, kau suka keju. Begitu kata lagu. Namun hari ini kita bisa menemukan keduanya dalam satu sajian: singkong keju. Pernah mendengar atau termasuk makanan favoritmu?
Di Indonesia, singkong ditanam secara komersial sekitar tahun 1810. Pada tahun 1914-1918, saat terjadi krisis pangan di Indonesia, singkong mulai menduduki posisi pangan pokok selain beras dan jagung. Selain disebut singkong, pangan ini juga dikenal dengan nama ketela pohon atau ubi kayu. Tidak hanya umbinya yang dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat, daun singkong juga bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi sebagai sayur.
Setidaknya terdapat 8 Provinsi sentra produksi singkong yaitu: Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, dan Sulawesi Selatan.
Dalam 100 gram singkong terkandung 154 kalori, 31mg vitamin C, 1,1mg besi, 77mg kalsium dan 0.9 gram serat. Satu potong singkong ukuran sedang mampu menyediakan energi setara seporsi nasi (100 gram).
Ada banyak cara mengolah singkong, apalagi singkong ini telah dikenal menjadi salah satu bahan dasar makanan tradisional seperti getuk, sawut, tape singkong dan tiwul. Selain dalam bentuk utuh, singkong juga bisa diolah menjadi tepung yang dikenal dengan tepung mocaf. Tepung ini bisa menjadi alternatif penggunanan tepung terigu.
Tidak usah risau jika ada anggapan makan singkong akan menentukan status keberadaanmu. Sebab hari ini rasanya makan singkong juga bisa disombongkan, kok. Mengingat kandungan gizinya yang bisa disandingkan dengan nasi bahkan mengandung serat, besi, kalsium dan serat.
3.Sagu
Bagi masyarakat di Indonesia Timur, tentu pangan ini bukanlah suatu yang baru. Seperti nasi, kebanyakan orang-orang di sana menempatkan sagu sebagai makanan utama. Pernah merasakan papeda?
Sagu adalah tepung yang dihasilkan oleh pohon sagu. Secara karakterstik fisik, sagu ini mirip dengan tepung tapioka. Dalam 100 gram sagu terkandung 355 kalori, 167mg fosfor, 2,2 mg besi, 91mg kalsium, dan 0,3 gram serat. Untuk mendapatkan energi setara dengan seporsi nasi, 8 sendok makan tepung sagu sudah bisa menyamakannya, lho.
4.Ubi Jalar
Sama seperti singkong, ubi jalar juga bisa dimanfaatkan umbi dan daunnya. Banyak sekali olahan yang bisa dikreasikan dengan ubi jalar seperti yang cukup kekinian pie udang saos nanas. Hmmm, dari namanya saja sudah menggoda,ya.
Dalam 100 gram ubi jalar mengandung 151kalori, 10,5mg Vitamin C, 0,7mg besi, 29mg kalsium dan 0,7 gram serat. Makan satu biji ubi ukuran sedang saja sudah sama dengan seporsi nasi, kok.
***
Mengubah pandangan akan suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat bukanlah suatu yang bisa dilakukan dengan cara instan dan tempo yang sekejap mata. Apalagi soal kebiasaan yang sudah dilakukan selama betahun-tahun lamanya seperti dalam hal mengkonsumsi makanan pokok. Namun tidaklah mustahil itu bisa terjadi. Dengan adanya sosialisasi terkait makanan lokal pengganti nasi yang dibarengi kesadaran untuk melakukan perubahan, pasti bisa.
Jadi makan pengganti nasi apa yang sudah kamu mulai konsumsi hari ini?
Salam,
Tim Srikandi 4.0: Ire Rosana Ullail, Listhia H. Rahman, Wahyu Sapta
Sumber bacaan: Satu, dua, tiga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI