Ada apa nih ribut-ribut?
Kemarin malam, sekitar jelang 11 malam sembari menunggu kabar si dia, saya mencoba mengisi waktu luang untuk singgah ke twitter. Scroll-scroll. Eh kok ada yang seru.
Ternyata cuitan dari @ernestprakarsa mampu membuat saya jadi kepo maksimal. Membuat jiwa-jiwa detektif saya bangkit. Lalu jadi ikut bertanya-tanya: "Apaan sih yang lagi terjadi sama calonsarjana?"
Seriusan yutub Calon Sarjana itu kerjaannya Infia juga? Itu perusahaan ga bisa dipenjara ya bosnya? Kok enak banget. Dulu Dagelan udah nyomot2 konten orang seenaknya, sekarang malah bikin malu 1 negara. Bangke amat.--- #FilmIMPERFECT 19 Des! (@ernestprakasa) November 7, 2019
Beranjak ke kolom pencarian. Rupanya yang sedang ingin saya cari memang sedang menduduki tren. Posisi lima. Pantas saja, lagi dan makin gaduh.
Singkat Mengenal "Calon Sarjana"
Dari sekitar 12 juta pelanggan channel Calon Sarjana, saya pastikan saya bukan salah satunya. Hehe. Maklum saya hanya mengikuti yang benar-benar saya banget.
Kembali lagi soal "calon sarjana", sebelum membahas kasus yang menimpanya semalam, saya akan perkenalkan mereka singkat. Dari rapor yang saya dapat dari youtube-nya, pencapaian "calon sarjana" memang cukup luar biasa, A+++.
Bayangkan bergabung sejak 19 Januari 2016, diketahui sudah lebih dari 2,5 miliar kali ditonton dengan jumlah pelanggan yang bahkan mengalahkan selebriti tanah air yaitu mencapai 12 juta lebih. Untuk video yang dihasilkannya pun tidak hitungan ratusan lagi, sudah mencapai 1,2 ribu.
Anggap saja setahun 365 hari dan genapkan saja usianya sudah 4 tahun. Dihitung-hitung ada 1460 hari, dibagi dengan 1200 video, berarti nyaris setiap hari channel ini membuat video. Keren bats! Salut deh.
Kasus yang Menimpa "Calon Sarjana"
Selidik punya selidik, rupanya kasus yang membawa nama "calon sarjana" memang cukup berat dan melibatkan pihak asing pula. Singkatnya, salah satu konten video yang dibuat "calon sarjana" ternyata ketahuan oleh si pemilik konten aslinya (nama akunnya YoutubeJT).
Ya, ini terkait pelanggaran hak cipta.
Saya sendiri belum melihat versi yang dibuat "calon sarjana", namun dalam pengakuannya -pemilik konten asli- menyatakan bahwa tidak hanya kontennya saja yang diambil tetapi juga thumbnail-nya. Itu lho cover depan ~
Hal yang membuat kasus ini jadi makin serius adalah karena "calon sarjana" tidak memberi keterangan (kredit) sama sekali bahwa konten yang mereka buat mengambil dari sumber lain.
Nah, inilah yang membuat mengapa kasus ini jadi makin 'berat' dan mengundang kecaman warganet, termasuk kamu?
Kasus semacam ini memang bukan hal yang baru namun tetap saja disayangkan mengapa terus saja terjadi. Iseng saya pun mencoba mencari-cari hubungan "calon sarjana" dengan kata kunci lain yaitu "plagiarisme" (kbbi: penjiplakan yang melanggar hak cipta) lewat google trends.
Rupanya dalam rentang waktu sehari terakhir ada tren yang memang cukup menarik. Lihat deh.
"Calon Sarjana" dan Kita sebagai Calon-calon Pembuat Konten
Jangan sibuk menghujat. Semua juga pernah salah. Lebih baik kita sama-sama memetik hikmah apa yang sedang terjadi. Sebab apa yang menimpa "calon sarjana", bisa menimpa kita semua (sebagai pembuat konten).
Kasus pelanggaran hak cipta mungkin saja juga kamu lakukan, hanya saja tidak sadar atau pura-pura tidak sadar saja. Bukan berarti kamu aman berlindung dengan alasan "hanya pembuat konten kecil-kecilan" ya, mau itu pembuat konten kecil atau besar, menjiplak sama-sama salahnya.
Harus kita akui, bahwa konten yang kita buat tidaklah selalu orisinil. Pasti ada yang membuat kita terinspirasi. Terinspirasi ya, bukan menjiplak persis mentah-mentah. Itu mah bukan bikin konten tapi mindahin doang. Bedaa.
Saya sendiri suka sengaja mencari-cari artikel yang kira-kira sejurusan dengan tema yang saya angkat. Selain untuk cemilan otak, pun untuk pembanding.
Jangan sampai yang saya buat itu sama persis. Pun saya juga selalu usahakan untuk selalu mencantumkan sumber bacaan saya. Pasti. Itu adalah cara saya menghargai karya yang berhasil menggugah pikiran saya. Ya, tidak hanya berlaku pada konten video, konten apapun termasuk tulisan juga lebih riskan lagi malahan.
Kembali pada konten berbentuk video. Kebetulan sebulan terakhir ini saya juga sedang rajin membuat konten video di Instagram. Maunya di youtube juga, tapi kameranya dari kompasiana belum sampai #eh. HAHA. Video yang saya buat bukan buatan saya sendiri. Saya juga mengambilnya dari youtube.
Hanya saja cara yang saya lakukan pakai cara yang aman dan legal yaitu menggunakan video-video gratisan. Cari saja dengan kata kunci "free footage no copyright" banyak kok yang lucu-lucu.
Pernah juga saya mengambil cuplikan dari acara televisi. Itu pun saya tidak lupa untuk mencantumkan sumbernya. Walau bisa saja saya nakal, tapi buat apa? Pasti ketahuan lhaaa, mana mungkin saya bisa autocinematic~~
Tidak hanya video, saya pun butuh musik untuk saya jadikan latarnya. Musik yang saya pakai biasanya buatan orang (maksudnya cover-an), yang saya sendiri tidak kenal. Namun, meski begitu saya tetap mencantumkan akun Instagram mereka *jika ada* pun tentu artisnya.
Ngga jarang mereka juga muncul dikolom komentar dong, senenggggnya! Ini sebagai bentuk penghargaan saya, bahwa karya mereka saya pakai. Mau kepo, ini contohnya wkakakak #promosialwayss
Ya, jangan alasan tidak tahu siapa pembuat karya tersebut ya. Di zaman medsos sekarang ini tidak ada jarak diantara kita lagi. Semua bisa kita temukan.
"Wah membuat konten ternyata jadi tidak mudah ya?
"Ya, kalau mudah nanti gak ada usahanya dong. "
Semangat berkonten, apa saja~ Jangan biasakan minta maaf belakangan, kalau bisa terima kasih di depan. Maksudnya bilang terimakasih sudah membuat konten dan izinkan saya terinspirasi eaeaea~~
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H