Tetapi Tidak Semua adalah Kenyataan
Bapak pernah bilang begini, "Bapak kalau bikin fiksi nggak bisa kayak kamu, khayalan!"
Bapak benar.
Jawabannya kalau begini jadi ya tidak. Tidak semua yang saya tulis terutama fiksi itu adalah berdasakan kenyataan, pengalaman. Walau bisa jadi hampir 90.000000009 persen datang dari yang saya rasakan sendiri. Sisanya? Saya dapat dari faktor luar,entah dalam bentuk curhatan seseorang atau bahkan dari kutipan-kutipan yang saya temukan ketika berselancar di dunia maya.
Ya. Tidak jarang, pikiran saya untuk membuat -yang saya bilang- fiksi itu datang dari membaca kutipan yang dikembangkan saja, kok. Mengenai cara mengembangkannya, saya punya jurus yang lumayan ampuh yaitu dengan memilih diksi dari KBBI.
Dengan bantuan dari KBBI yang saya sengaja pasang di perangkat android atau dari versi web-lah, saya banyak terbantu dalam meramu. Membuat saya juga makin banyak tahu, ternyata kata-kata dalam bahasa Indonesia masih banyak yang belum saya dengar, masih baru dan kokya luchuuu. Cara ini barangkali bisa juga kamu tiru. Anggap saja ini tips dari penulis fiksi yang banyak curhatnya.
Patah Hati yang Selalu Laku
Seperti lagu-lagu Didi Kempot yang banyak bercerita tentang patah hati, saya jadi ingin benar-benar mengikuti jejaknya. Bukan karena minta terus 'disakiti', namun patah hati memang tidak ada matinya
...dan laku.
Toh untuk mengalami patah hati kita tidak harus dengan didahului jatuh cinta. Terkadang tanpa perlu merasakan jatuh cinta, seperti mendengarkan lagu-lagu sedih juga bisa munculkan rasanya. Setidaknya itulah perlunya keterampilan pintar mengkhayal.
Jadi, sudah tahu sekarang jawaban: apakah menulis galau juga berarti penulisnya juga?