Ya, aktivitas itu juga butuh waktu dari 24 jam yang kita miliki setiap harinya. Persoalan yang muncul jadi bagaimana cara mengatur agar tetap bisa menulis beriringan dengan aktivitas yang juga tak kalah penting gitu, deh.
Namun nyatanya dengan syarat yang naik level itu -btw dibanding tahun lalu untuk jumlah tulisan juga bertambah karena dulu hanya 32 eh jadi 33. Iya sih cuma nambah satu, tapi satu tulisan berarti satu hari itu juga lumayan lho ya---tak lalu membuat peminatnya jadi sepi.
Seperti pantauan penulis dari akun medsos milik salah satu admin Kompasiana --Mas Kevin-- yang pernah menuliskan status di hari pertama samber THR dimulai, seperti ini :
Indikator ramai tidaknya program Samber THR, ada di hari pertama. Dua jam sebelum hari pertama berakhir total artikel yang masuk sudah lebih dari 120 artikel. Selamat bertarung.
Nah, dari sini jadi kelihatan sebenarnya cara membangkitkan penulis di Kompasiana adalah dengan iming-iming hadiah yang mevvah. Atau saya saja deh ya, daripada dikira nuduh.
Sayangnya, jumlah peserta memang mengalami seleksi alam. Satu-satu berguguran. Namun di sisi lain pasti ada yang menjadi senang karena saingan makin berkurang. Entah jumlah pastinya ada berapa yang bisa lolos benar-benar, mungkin lebih dari setengahnya.
Inilah Artikel Ter...
Terlepas dari teknisnya yang dibahas sedikit di awal tulisan ini, ada sebuah curhat yang sebenarnya jadi intinya inti, core of the core.
Dari 33 tema tulisan yang menjadi tema samber THR, berikut adalah nomine artikel ter- versi saya pribadi.
1/ Ter-mepet: Berburu Takjil dari Kota Tembakau Sampai Kota Getuk
Di hari ke-7 ternyata nyaris membuat saya kepayahan. Ya, tema dengan reportase video itu ternyata membuat saya sempat hopeless. Mungkin juga karena salah saya sendiri, di mana dalam satu hari saya membuat secara bersamaan, ya mencari bahan untuk liput, lalu mengedit, belum lagi juga harus bercerita melalui tulisan.