Alhamdulilah yah sesuatu.
Setelah berhasil membayar lunas semua tantangan yang ada, rasanya kurang afdal jikalau tidak muncul testimoni bagaimana proses menulis dibalik 33 hari nonstop itu. Ya, apalagi tahun lalu saya juga sempat mengabadikannya dalam sebuah artikel (baca disini). Biar adil. Inilah tulisan yang terlahir dari membuat tulisan. Bisa gitu yak?
33 Hari Nonstop Menulis Itu..
Samber, Satu Ramadan Bercerita, menyapa kembali.
Bukan kali pertama perhelatan ini terjadi, masuk tahun kedua dan rasanya makin seru saja. Mungkin ini juga dampak dari hadiah yang bukan kaleng-kaleng, yaitu sebuah motor matic. Ngaku sajalah.
Karena hadiahnya yang makin menggoda, maka tak heran jika kompasianer pun makin bergairah untuk mengikutinya. Walau dengan syarat yang cukup lumayan membuat ngos-ngosan juga. Menulis selama 33 hari dengan tema yang berbeda, dengan 6 topik misteri yang baru diumumkan H-2 sebelum dimulai. Dibandingkan yang tahun lalu, sepertinya hadiah yang dijanjikan sebanding dengan level kesulitan (dan godaan untuk berhenti) meningkat.
Apalagi beberapa tema memang menuntut kita untuk melakukan sesuatu. Seperti di hari ke-7 yang mengharuskan peserta membuat artikel disertai dengan video, yang itu berarti selain menulis kita juga harus mampu menyuguhkan video. Nggak mudah lho, Ferguso. Padahal itu baru di minggu pertama, yang kalau sudah gagal melakukan ya jangan ngarep bisa mendapat hadiah utamanya. Namun, yang lebih mengerikan adalah apabila kegagalan di awal ini membuat kita makin malas untuk menulis kedepannya. Jangan.
Tidak sampai disitu, tantangan di minggu ke-2 juga tidak kalah menggoda untuk jadi usai sudah. Terutama di hari ke-14 di mana tema yang diangkat mengharuskan para peserta untuk melakukan reportase lagi. Kali ini membahas sosok, mintanya pengusaha pula. Dan dadakan, dong. Duh, rasanya dititik ini banyak sekali godaan untuk berhenti mumpung belum terlalu jauh, masih ditengah-tengah. Tetapi, juga sayang karena sudah setengah jalan kok malah memilih untuk putar balik padahal jarak antar asal dan tujuan sudah hampir sama. Aiiihh.
Untunglah di minggu berikutnya 3, 4, dan 5, tidak terlalu banyak menutut apa-apa. Pun juga mungkin karena sudah mulai enak dan menemukan ritmenya.
Godaan yang banyak muncul justru banyak yang berasal dari kita sendiri seperti rasa malas, merasa bosan, jenuh dan yang paling berdampak adalah karena sudah memasuki pertengahan Ramadan sampai jelang Lebaran biasanya waktu yang kita miliki jadi terbagi ke mana-mana. Seperti membantu ibu membeli kue lebaran, mencari kain untuk baju baru, pergi mudik ke luar kota dan tentu menghabiskan waktu berharga bersama saudara yang tidak lama jumpa.
Ya, aktivitas itu juga butuh waktu dari 24 jam yang kita miliki setiap harinya. Persoalan yang muncul jadi bagaimana cara mengatur agar tetap bisa menulis beriringan dengan aktivitas yang juga tak kalah penting gitu, deh.
Namun nyatanya dengan syarat yang naik level itu -btw dibanding tahun lalu untuk jumlah tulisan juga bertambah karena dulu hanya 32 eh jadi 33. Iya sih cuma nambah satu, tapi satu tulisan berarti satu hari itu juga lumayan lho ya---tak lalu membuat peminatnya jadi sepi.
Seperti pantauan penulis dari akun medsos milik salah satu admin Kompasiana --Mas Kevin-- yang pernah menuliskan status di hari pertama samber THR dimulai, seperti ini :
Indikator ramai tidaknya program Samber THR, ada di hari pertama. Dua jam sebelum hari pertama berakhir total artikel yang masuk sudah lebih dari 120 artikel. Selamat bertarung.
Nah, dari sini jadi kelihatan sebenarnya cara membangkitkan penulis di Kompasiana adalah dengan iming-iming hadiah yang mevvah. Atau saya saja deh ya, daripada dikira nuduh.
Sayangnya, jumlah peserta memang mengalami seleksi alam. Satu-satu berguguran. Namun di sisi lain pasti ada yang menjadi senang karena saingan makin berkurang. Entah jumlah pastinya ada berapa yang bisa lolos benar-benar, mungkin lebih dari setengahnya.
Inilah Artikel Ter...
Terlepas dari teknisnya yang dibahas sedikit di awal tulisan ini, ada sebuah curhat yang sebenarnya jadi intinya inti, core of the core.
Dari 33 tema tulisan yang menjadi tema samber THR, berikut adalah nomine artikel ter- versi saya pribadi.
1/ Ter-mepet: Berburu Takjil dari Kota Tembakau Sampai Kota Getuk
Di hari ke-7 ternyata nyaris membuat saya kepayahan. Ya, tema dengan reportase video itu ternyata membuat saya sempat hopeless. Mungkin juga karena salah saya sendiri, di mana dalam satu hari saya membuat secara bersamaan, ya mencari bahan untuk liput, lalu mengedit, belum lagi juga harus bercerita melalui tulisan.
Saya ingat betul, waktu itu di hari Minggu, saya harus pergi meninggalkan rumah sejak tengah hari sampai buka puasa. Sekitar pukul 8 malam saya baru bisa benar-benar fokus untuk mengerjakan semuanya. Hal pertama yang saya lakukan adalah membuat tulisan kasar agar dengan videonya nanti bisa nyambung. Baru setelah itu saya mulai untuk menggabungkan video dengan meng-edit sekiranya saja. Maklum belum jago-jago amat.
Setelah rampung menyusun video, urusan tak lalu selesai. Saya harus berhasil mengunggahnya juga di laman berbagi video, youtube. Duh, sempat kecil hati karena untuk menyimpan video dari aplikasi edit video saja ternyata butuh waktu nyaris setengah jam. Lha, ini kok belum unggah youtube.
Untunglah, Wifi rumah sedang baik-baik saja. Tidak rewelan. Kecepatan juga stabil, mungkin karena juga sudah tengah malam. Jadilah, baru pukul 23.57 WIB saya baru bisa bernafas lega. Ya, diwaktu kurang dari 3 menit itu saya baru menyelesaikan segalanya.
2/Ter-nggak nyangka: Namanya Puguh, Youtuber Mojokerto Sekaligus Pengusaha Kue Kering Bulan Puasa
Di hari ke-14, lahirlah sebuah tulisan yang paling membuat saya terkejut. Kenapa? Karena sebelumnya saya tidak pernah menyangka saja bahwa ternyata saya bisa menuliskan sosok ini.
Padahal pada awalnya saya sempat bingung mau mewawancarai siapa. Beruntung, saya jadi disadarkan sore harinya. Walau waktu itu saya juga tidak terlalu ngarep banget. Lalu daripada tidak mencoba sama sekali, saya pun iseng mengubunginya entah dibalas atau tidak. Coba saja.
Di jelang buka puasa, ternyata sapaan saya di DM Instagram di jawab oleh youtuber ini. Benar-benar tidak menyangka saja. Ternyata kalau mau usaha ya selalu ada jalan. Terima kasih ya Dek Puguh, lagi-lagi.
3/Ter-serius banget: Memandang Ramadan Untuk Kita Semua, tanpa Beda-beda
Entah mengapa rasanya tema tulisan di hari ke-25 jadi yang paling serius bagi saya. Apanya ya. Pokoknya jadi tulisan yang serius saja diantara lainnya.
4/Ter-mumet : Sebentar Lagi Lebaran, Berikut Film-film yang Bisa Kamu Tonton di Bioskop
Tema dihari berikutnya, soal film, ternyata jadi paling membuat saya pusing. Pusing dalam artian apakah saya bisa menulis soal tema yang jarang saya sentuh ini. Maklum saya orang yang tidak mengetahui banyak soal dunia perfilman, maksudnya bagaimana menulis ulasan film tidak begitu paham benar gitu.
Akhirnya yang saya lakukan adalah mencoba untuk melihat cuplikan filmnya terlebih dahulu, baru menuliskan. Jadinya ya seperti itu, jadi tolong dimaklumi. Ehe.
5/Ter-deg-degan: Ramadan Bersama Kompasiana, Cara Menebar Kebaikan Lewat Tulisan
Di akhir samber THR jadi yang membuat saya dag-dig-dug-der. Hal ini karena diakhir itupulalah saya juga harus mengakhiri mudik di kampung halaman, jadi harus pulang.
Belajar dari pengalaman setahun lalu, di mana menulis dengan menggunakan laptop di mobil ternyata cukup menyulitkan, alhasil di tahun ini saya nekat saja menulis melalui ponsel pintar saja.
Menulis di tengah perjalanan pulang ternyata menjadi sensasi sendiri. Auto deg-degan saja takut tiba-tiba ketiduran lalu tidak menghasilkan tulisan. Kan nanggung aja pake banget tuh, kurang satu lagi. Masa gagal hanya karena saya di perjalanan. Tydaqqq.
Hari itu saya jadi suka macet, karena macet membuat saya tidak terlalu pusing untuk mengetik. Hiya. Alhamdulilah, selamat sampai tujuan selamat juga tantangan samber thr selama 33 hari yang saya ikuti.
***
Begitulah sedikit bocoraan dibalik layar proses menulis selama 33 hari belakangan. Bersama tulisan ini, saya juga ingin memohon maaf bagi teman-teman online saya jika dalam rentang waktu itu saya jadi lebih cerewet terutama di medsos facebook.
Terima kasih, Kompasiana. Sudah mengisi hari-hari saya dari sebelum, selama, dan setelah Ramadan. Dari masih di rumah, lalu pergi mudik, lalu kembali lagi ke rumah. Mudah-mudahan perhelatan semacam ini terus berjalan, pun kalau bisa jangan hanya Ramadan. Misal saja event setahun menulis, nanti hadiahnya rumah beserta seisinya bonus pasangan hidup. Eh, intinya makin kece saja ya ke depannya. Pasti.
Usul aja nih, untuk menghargai para penulis yang bertahan dan mengingat tidak semua bisa mendapat hadiah yang disediakan, bolehlah ada sertifikat online-nya gitu. Biar bisa buat cerita dan pajangan ruang tamu, "Nak, ini lho mama/papamu pernah nulis 33 hari tanpa jeda. Keren thooo". HAHA.
Akhir kata, kalau kalian ikut samber thr juga, kasih tahu dong artikel ter- versi kalian?
Tantangan sudah usai, tetapi bukan berarti menulisnya jadi selesai. Jangan lupa menulis lagi!
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H