hadehh
Iya. Tulisan ini barangkali cuma kisah klasik saat lebaran tiba. Sudah sering jadi keluhan para umat jom(b)lo. Tapi, ndakpapa-lah, bahasan soal yang satu ini memang seru walau dibahas berkali-kali juga bukan? HAHA. Padahal cuma itu yang ada dipikiran saya malam ini sewaktu tahu tema tulisan untuk hari ke-32 adalah sebebas-bebasnya. #eh
Sudah ditebak bahwa lebaran tahun ini bakal tak jauh berbeda dari sebelumnya. Soal pertanyaan yang bakal jadi favorit ditanyakan kepada saya, seputar kapan menikah. Apalagi kalau mereka juga melihat catatan perjalanan kakak perempuan saya, dimana diusia saya, kakak sudah menikah dan menggendong satu anak. Duh, kakak saya yang nikahnya ke-mudaan dink! #mencaripembelaan
Tetapi sepertinya memang sudah wayahe (waktunya), lha teman-teman sepantaran sudah mulai pamer dengan pasangan dan membagi undangan nikahannya,je. Sedangkan saya masih mencoba berlindung dengan foto-foto sendirian saja. Ya gimana ya daripada timbul fitnah.
Mencari Sebuah Jawaban
"Kabogohnya mana?" | "Pacaranya Mana?"
"Sama orang mana?"
"Kapan dong, udah siap jadi saksi nih!"
Iya. Iya. Sabar.
Tahun lalu yang lalunya, sewaktu pertanyaan model ini baru kali pertama launching, menjawab pertanyaan macam itu ternyata cukup sulit dan membuat mikir berkepanjangan. Bikin grogi. Pertanyaan yang nampaknya cuma basa-basi kokya bisa sampai dibawa ke hati. Tak cuma dibawa, tapi juga diolah dan disimpan rapat-rapat, lalu berakhir jadi ingin mengasihani diri sendiri. Ngenes amat nasib.
Namun, itu dulu. Seiring berjalannya waktu, sepertinya saya mulai terbiasa dan makin selaw saja, mencoba menjadi golongan #antiribet. Toh, pertanyaan itu memang jadi pertanyaan yang baik untuk saya. Menjadi pengingat bahwa saya harus mencari sebuah jawabannya dengan tepat syukur-syukur juga cepat. Anggap saja begitu.
Entah mengapa pandangan menikah hari ini memang sudah berbeda saja rasanya. Waktu memang penting, tetapi dengan siapa kita akan menjalaninya juga tidak kalah penting. Ada ketakutan yang muncul ketika menikah dengan orang salah. Itu saja. Jadi, bukan sekadar mengharap si dia segera melamar lalu dengan itu kami bisa duduk dipelaminan, selesai. Lebih dari itu. Yang memang perlu dipikirkan matang-matang karena ini soal perjalanan seumur hidup.
Jadi saran saya, sabarlah menunggu wujud jawaban itu. Sama-sama. HAHA.
Jawaban Terbaik untuk Lebaran Tahun Ini
Masih sama. Senyumin aja. Kalau butuh jawaban dengan kata-kata "doakan saja" atau "tunggu undangannya"
Bukan tidak berusaha mencari, apalagi tidak ada rencana menikah. Namun, siapa yang tahu soal jodoh. Rahasia-Nya. Bukan juga menjual mahal. Hanya takut saja kalau ditanggapi jadi sangkanya berlebihan, lalu terlanjur sayang dan berujung seolah saya jadi orang paling jahat karena sudah memberi banyak pengharapan tapi ternyata tidak ada.
Bukan juga tidak memilih salah satunya. Sudah sempat yakin dengan si dia, tetapi di tengah jalan ternyata masih tidak bisa sama-sama. Untung belum dipamerin ke orang tua apalagi saudara, kalau tidak bisa jadi bahan cerita selanjutnya. Memang kalau belum sah rasanya pamali,ya. Yagitu. Ceritanya mungkin harus penuh lika-liku. Katanya kalau jodoh akan dimudahkan, jadi #dibikinsimpel saja sekarang.
Mungkin itu juga yang membuat hari ini soal siapa yang akan saya ajak hidup sama-sama memang bukan pertanyaan main-main. Ya, beginilah hidup di negeri +62 yang masyarakatnya punya tingkat kepo yang luar biasa tinggi terlebih ketika kumpul keluarga seperti lebaran. Jadi maklumi saja, sambil tetap dipikir tetapi kalau perlu dijawab #dibikinsimpel saja.
Toh, yang menjalani juga kita nantinya,kan? Ya, mudah-mudahan tahun depan pertanyaan itu sudah tidak lagi mampir. Siapa tahu. Tolong di amin-kan. Ehe.
Salam,
Listhia H. Rahman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI