Setelah debat di televisi, mari lanjutkan debat soal hati. Mumpung malam mingguuuuw,kuy!
Sepertinya ini juga tak kalah serunya, atau bahkan lebih greget. Terlebih di zaman now, rasanya kaum-kaum yang akan saya 'pertarungkan' juga tak sedikit penganutnya. Banyak yang jadi merasa, sensitif. Pertarungan soal perasaan,gitu lho.
Ini soal pengalaman perasaaan yang nasibnya juga sama-sama menjadi sebuah lagu yang fenomenal : ditinggal rabi (ditinggal menikah) dan korban janji. Kalau gak tau, mungkin kamu kurang koplo. #hiyahiyahiya
Tetapi bukan soal lagunya yang akan kita debatkan, sebab keduanya sama-sama asyik dengan lirik yang menggelitik. Lebih ke soal pengalamannya apabila terjadi secara nyata dalam hidupmu, kejadian beneran. Kalaupun tidak terjadi, cobalah bayangkan dan berpura-pura,ya. Berandai-andai dan semoga saja tidak benar terjadi dalam hidupmu, tetapi kalau ternyata menjadi iya seru juga kok. Jadi ada cerita, modal untuk viral di dunia maya. HAHA.
Ditinggal menikah
Dalam menjalin sebuah hubungan serius, tentu hubungan itu harapannya memiliki sebuah tujuan. Sebut saja tujuan yang dimaksud disini adalah menikah. Namun sebagaimana takdir jodoh yang tidak kita tahu, bisa sangat terjadi apabila ternyata seseorang yang selama kita ajak membangun hubungan bukanlah orang yang menjadi akhir pencarian. Ternyata kita harus menyudahinya, lalu sama-sama merelakan. Menjaga jodoh orang, katanya.
Bukan hal yang mudah melaluinya, pasti. Apalagi saat pertama memulai untuk terbiasa meniadakan si dia yang biasa hadir dalam hidupmu.
Belum lagi kamu juga harus siap sedia jika lanjutan ceritanya menjadi si dia yang mendapatkan teman hidup duluan, ditinggal menikah. Menjadi pura-pura tidak apa-apa memang disarankan, namun selayaknya hati yang pernah mencinta pasti ada rasa sakit juga yang tersisa. Wajar.
Atiku rasane loro / Hatiku rasanya sakit
Nyawang kowe rabi karo wong liyo / melihat kamu menikah dengan orang lain
-Nella kharisma, Ditinggal rabi
Ditinggal pas sayang-sayangnya
Koe lungo pas aku sayang-sayange / Kamu pergi saat aku sayang-sayangnya
Tanpo pamit koe ngadoh ngono wae / tanpa pamit kamu menjauh begitu saja
-Guyonwaton, Korban Janji
Tidak kalah dengan ditinggal menikah, ditinggal pas sayang-sayangnya juga sedang marak terjadi dalam kehidupan percintaan kaum milenial. Pengalaman perasaan yang rasanya ingin sambat (baca:mengeluh), tetapi sadar diri juga bukan siapa-siapa. Nyesek!
Mari mempersempit maknanya. Ditinggal pas sayang-sayangnya dalam konteks ini tidak harus saat sudah pacaran, sebab biasanya yang sering justru ketika masa-masa paling indah membangun hubungan : pendekatan.
Bayangkan, ketika si dia mendekatimu dan kamu tidak merasa apa-apa diawalnya. Namun semua berubah seiring waktu ketika dia secara bertubi-tubi menyusup dalam hidupmu, makin lama makin dekat. Kamu luluh, dia berhasil menjadikan dirinya seolah yang kamu cari-cari. Kamu pun mulai percaya, kemudian membuka hati dengan sangat hati-hati.
Tetapi apa mau dikata, ternyata dia yang mulai kamu percaya dan berani untuk di-jatuh cinta-kan menghilang dan tidak lagi berkabar apa-apa. Cerita usai sebelum semua dimulai. Bagaimana?
Jadi ikut sedih?Kalau kasusnya ditinggal nikah pas lagi sayang-sayangnya? Nah ini kasus besar, sabar~
***
Intinya nih, kalau disuruh memilih salah satunya kamu tim yang mana? Sila berdebatlah dengan hatimu, #eh Tenang, pilihan ini tidak ikut minta dicoblos pada 17 april nanti. Ehem.
Salam,
Listhia H. Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H